Selasa, 09 Juli 2019

Rifanfinancindo - Situasi Timur Tengah Bikin Harga Minyak Ogah Turun Banyak

Situasi Timur Tengah Bikin Harga Minyak Ogah Turun Banyak
Ilustrasi Minyak Mentah (REUTERS / Brendan McDermid)
Rifanfinancindo Palembang - Harga minyak dunia bergerak turun pada pagi ini. Namun penurunan harga si emas hitam tidak terlalu drastis, karena himpitan dua sentimen besar. 

Pada Selasa (9/7/2019) pukul 07:38 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet masing-masing terkoreksi terbatas 0,02% dan 0,18%. Namun dalam sepekan terakhir, harga brent melonjak 2,45% dan light sweet melesat 2,3%. 

Faktor yang menyeret harga minyak ke selatan adalah masih tingginya kekhawatiran investor terhadap perlambatan pertumbuhan permintaan. Data-data ekonomi di berbagai negara menunjukkan perlambatan ekonomi begitu nyata.

Di Jepang, Pemesanan mesin inti (di luar komponen kapal dan elektronik) di Jepang turun 3,7% year-on-year (YoY) pada Mei. Ini menjadi penurunan paling tajam dalam delapan bulan terakhir.

Sementara di Jerman, produksi industri pada Mei terkontraksi alias minus 3,7% YoY. Memburuk dibandingkan April yang terkontraksi 2,3%.

Data kurang enak juga datang dari Amerika Serikat (AS). Memang penciptaan lapangan kerja di Negeri Paman Sam pada Juni mencapai 224.000, tertinggi sejak awal tahun. Namun angka pengangguran naik dari 3,6% menjadi 3,7%.

Belum lagi isu perang dagang AS-China yang belum terselesaikan. Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping boleh bersepakat untuk kembali berunding. Namun jalan menuju kesepakatan damai dagang seperti masih butuh proses.

Jadi wajar saja jika investor cemas perlambatan ekonomi akan menurunkan permintaan energi. Akibatnya, harga minyak pun terdorong ke bawah.

Namun faktor yang membuat koreksi harga minyak tidak terlampau dalam adalah potensi ketegangan di Timur Tengah. Iran memutuskan untuk kembali melakukan pengayaan uranium yang tidak sesuai dengan kesepakatan yang dibuat dengan negara-negara barat pada 2015. 

Langkah Teheran tentunya mengundang kecaman dunia, tidak terkecuali AS. "Mereka sebaiknya hati-hati," kata Presiden Trump. Sebuah kalimat yang singkat, tetapi tidak bisa dianggap enteng.

Jika Iran terus melakukan pengayaan uranium (yang bisa digunakan untuk senjata pemusnah massal), maka situasi Timur Tengah bakal tetap panas. Bukan tidak mungkin AS dan sekutunya menempuh opsi agresi militer.

"Kami melihat ada risiko konflik bersenjata, sehingga menahan penurunan harga minyak lebih lanjut akibat perlambatan ekonomi global," kata Jim Ritterbusch, Analis dari Rittersburch and Associates dalam laporannya, seperti diberitakan Reuters. (aji/aji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar