Senin, 02 Maret 2020

Setelah Dilanda Profit Taking, Harga Emas Naik Lagi

Setelah Dilanda Profit Taking, Harga Emas Naik Lagi
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Rifan Financindo - Setelah mendapat tekanan jual pada akhir pekan kemarin, hari ini emas ditransaksikan menguat. Ketakutan akan dampak wabah corona yang akan menyeret perekonomian ke dalam jurang resesi membuat investor beralih ke aset minim risiko seperti emas dan surat utang pemerintah AS.

Mengawali perdagangan awal pekan sekaligus awal bulan ini Senin (2/3/2020) harga emas dunia di pasar spot naik 0,76% ke level US$ 1.596,75/troy ons mendekati level psikologis US$ 1.600/troy ons.

Harga emas naik pasca rilis data ekonomi China untuk sektor manufaktur yang mengalami kontraksi paling dalam bahkan lebih dalam dibanding ketika krisis keuangan pada 2008.

Pada Sabtu (29/2/2020) biro statistik nasional China mengumumkan angka PMI manufaktur Tiongkok pada Februari berada di 35,7 lebih rendah dari bulan sebelumnya di angka 50 dan jauh lebih rendah dari perkiraan konsensus pasar di angka 46.

Sementara itu angka PMI manufaktur China untuk bulan lalu versi Caixin juga menunjukkan kontraksi yang lebih dalam dari perkiraan. Angka PMI manufaktur versi Caixin untuk bulan Februari secara aktual perada di 40,3 sementara konsensus memperkirakan berada di angka 45,7. Angka PMI di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi.

Walau aktivitas produksi China sudah berangsur pulih, tetapi sampai saat ini aktivitas operasinya masih berada di bawah kapasitas normal. Reuters melaporkan, pabrik-pabrik di China tengah mengalami kesulitan untuk menemukan pekerja pasca libur tahun baru imlek karena wabah corona. Hal ini turut memperlambat pemulihan sektor manufaktur negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu. 

Virus corona yang kini telah menginfeksi lebih dari 88.000 orang di 68 negara menebar ancaman resesi global. Para investor lebih kembali ke risk averse mode. Dalam sepekan kemarin bursa saham global telah kehilangan kurang lebih US$ 6 triliun pada nilai pasarnya.

Kiblat pasar saham dunia yaitu Wall Street dilaporkan menyumbang setengah lebih. Dalam sepekan kemarin, pasar saham Paman Sam kehilangan US$ 3,18 triliun menurut estimasi indeks S&P dan Dow Jones, seperti yang diwartakan oleh CNBC Internasional.

Kini investor lari ke aset-aset minim risiko seperti surat utang pemerintah AS. Sampai dengan hari ini, yield atau imbal hasil obligasi pemerintah AS terus mencetak rekor terendahnya sepanjang masa dan berada di angka 1,098%.

Pada instrumen surat utang, Imbal hasil berbanding terbalik dengan harga. Penurunan imbal hasil menunjukkan terjadinya kenaikan harga. Harga yang naik mengindikasikan instrumen investasi jenis ini sedang diburu oleh investor.

Harga emas juga kembali naik setelah dilanda aksi ambil untung para investor pada akhir pekan kemarin. Maklum emas juga merupakan salah satu jenis aset minim risiko yang diburu kala perekonomian global sedang tak kondusif.

Virus corona yang terus meluas membuat bank investasi global Goldman Sachs memperkirakan bank sentral AS yakni The Fed akan emmangkas suku bunga acuan secara agresif untuk meredam dampak dari meluasnya wabah COVID-19. Hal itu tercermin dari kata-kata pimpinan The Fed, Jerome Powell pada Jumat pekan lalu.

"Fundamental ekonomi AS tetap kuat" kata Powell. "Bagaimanapun juga virus corona menimbulkan risiko yang terus berkembang terhadap perekonomian. The Federal Reserves akan terus memantau dengan cermat perkembangan (virus corona) dan dampaknya terhadap perekonomian. Kami akan menggunakan tools dan bertindak sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung perekonomian" tambahnya, melansir CNBC International. 
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Jumat, 28 Februari 2020

Bursa Saham Asia Menjelma Menjadi 'Lautan Merah'!

Bursa Saham Asia Menjelma Menjadi 'Lautan Merah'!
Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan - Bursa saham Asia masih berada di jalan yang terjal dan penuh kerikil tajam. Pagi ini, seluruh indeks saham utama Benua Kuning merah. Tidak sekadar melemah, koreksinya juga dalam.

Well, mau bilang apa. Dunia memang semakin mencekam karena virus corona yang tambah kejam. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:43 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 83.078. Korban jiwa juga semakin bertambah menjadi 2.855.

Kini yang menjadi ketakutan adalah penyebaran di luar China yang semakin masif. Beberapa negara telah melaporkan kasus corona perdana mereka, seperti San Marino, Belanda, dan Georgia.

Sementara di negara-negara lain, jumlah kasus kian membengkak. Di Korea Selatan sudah mencapai 1.766, Italia 655, Iran 245, dan Jepang 214.

Berdasarkan jajak pendapatan bulanan yang dilakukan Reuters, pelaku pasar terlihat sudah mengurangi porsi saham dalam portofolio mereka. Dalam survei terhadap 38 wealth managers di kawasan Eropa, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Jepang selama 11-27 Februari, porsi saham dalam portofolio adalah 49,1%. Turun dibandingkan posisi Januari yaitu 49,7%.

"Untuk saat ini, kami rasa cukup layak untuk bersikap waspada sampai skala dan dampak penyebaran virus sudah jelas," kata Mark Robinson, Chief Investment Officer di Bordier & Cie yang berbasis di Inggris.

"Penyebaran virus corona masih menjadi perhatian utama kami. Dampaknya akan terpusat di Asia, tetapi pemerintah di berbagai negara akan mengambil langkah serius untuk mencegahnya. Skenario terburuk kami, virus corona akan masih menjadi faktor pemberat pasar meski tidak sampai menyebabkan resesi," kata Alan Gayle, Presiden Via Nova Investment Management.

Salah satu aset yang kini menjadi buruan investor adalah obligasi pemerintah AS. Meski ada kemungkinan bank sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) akan menurunkan suku bunga acuan, tetapi US Treasury Bonds/Bills tetap akan menarik karena berstatus sebagai aset aman (safe haven). Porsi obligasi dalam portofolio para responden naik dari 40,3% menjadi 41,4%.

Mayoritas responden juga menjawab sepertinya mereka akan tetap bermain aman seperti ini setidaknya selama enam bulan ke depan, atau sampai situasi dirasa lebih jelas. Oleh karena itu, prospek pasar saham dalam waktu dekat memang suram. Aset-aset berisiko seperti saham bakal sepi peminat.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Kamis, 27 Februari 2020

Gas Terus, Emas Masih Bertengger di Level Tertinggi 7 Tahun

Gas Terus, Emas Masih Bertengger di Level Tertinggi 7 Tahun
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger
PT Rifan Financindo Berjangka - Harga emas dunia pagi ini bergerak naik setelah kemarin ditutup menguat. Penyebaran virus corona yang sangat cepat dan semakin meluas di luar China mendongkrak harga emas untuk naik.

Pagi ini, Kamis (27/2/2020) harga emas di pasar spot berada di level US$ 1.649,46/troy ons. Harga emas mengalami kenaikan 0,6% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin. Kenaikan harga emas masih dipicu oleh merebaknya virus corona di luar China.

Awal pekan ini, dunia kembali dihebohkan dengan terjadinya lonjakan jumlah kasus baru infeksi virus corona yang terjadi di luar China. Lonjakan kasus baru terjadi di Korea Selatan, Italia dan Iran.

Sampai dengan hari ini, Korea Selatan melaporkan sudah ada 1.595 kasus infeksi virus corona di negaranya. Sementara di Italia dan Iran masing-masing sudah sudah ada 453 kasus dan 139 kasus infeksi.

Jumlah korban meninggal di Korea Selatan bertambah menjadi 12 orang, di Italia jug ada 12 orang dikabarkan meninggal dunia akibat infeksi virus ini. Di Iran, jumlah korban meninggal mencapai 19 orang.

Selain lonjakan kasus baru terjadi di tiga negara tersebut. Jumlah negara yang mengkonfirmasi adanya infeksi virus corona juga bertambah. Jika pada awal pekan ini ada 39 negara yang sudah terjangkit virus corona, hari ini jumlahnya bertambah menjadi 45 negara.

Lonjakan kasus dan meluasnya infeksi membuat dunia khawatir, kasus ini akan jadi pandemi dan memukul perekonomian dunia. Inilah yang menyebabkan pasar keuangan terutama pasar saham global tertekan.

Indeks S&P 500 anjlok 6,6% sejak awal pekan. Hal ini menyebabkan sell off US$ 1,737 triliun menguap pada perdagangan Senin dan Selasa pekan ini di bursa Wall Street. Tadi pagi indeks S&P 500 juga masih ditutup terkoreksi 0,27%.

Pagi ini bursa saham utama kawasan Asia juga bergerak di zona merah. Berdasarkan data Trading Economics, indeks Nikkei225 (Jepang) melorot 1,65% hari ini. 

Senada dengan Jepang indeks Hang Seng (Hong Kong) dan indeks Straits Times (Singapura) juga melemah masing-masing 0,81% dan 0,74%.

Sementara indeks Kospi (Korea Selatan) kembali bergerak di zona merah, jatuh 0,92% setelah secara tak terduga bank sentral Korea Selatan memilih untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan di 1,5% di tengah wabah virus corona yang kini tengah menjangkiti negeri tempat KPOP itu berasal.

Dampak dari wabah akibat infeksi virus corona diperkirakan akan memukul perekonomian global pada kuartal pertama 2020. Berbagai negara sudah berancang-ancang untuk memberikan stimulus untuk perekonomiannya demi meredam dampak yang ditimbulkan virus ini.Bank sentral di berbagai negara juga diperkirakan akan melakukan pemangkasan suku bunga acuan.

Kala ekonomi global sedang mengalami turbulensi, maka investor buru-buru cari aman dengan memindahkan asetnya dari yang berisiko yang cenderung relatif aman (safe haven).

Saat ini aset-aset minim risiko seperti emas memang sedang dilirik oleh para investor. Hal ini yang menyebabkan harga emas mengalami kenaikan dan mencetak rekor tertinggi dalam 7 tahun terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Rabu, 26 Februari 2020

Wabah Virus Corona Ancam Dunia, Harga Minyak Drop 3%

Wabah Virus Corona Ancam Dunia, Harga Minyak Drop 3%
Foto: Reuters
PT Rifan Financindo - Harga minyak mentah anjlok sekitar 3% pada hari Selasa (25/2/2020). Ini merupakan penurunan hari ketiga berturut-turut akibat meningkatnya kekhawatiran yang ditimbulkan wabah virus corona di berbagai negara.

Harga minyak mentah Brent turun US$ 1,35 atau 2,4%, menjadi US$ 54,95 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun US$ 1,53 atau 3%, menjadi US$ 49,90 per barel.

Tekanan pada harga minyak juga diperberat oleh meningkatnya pasokan minyak belakangan ini. Bahkan, persediaan minyak mentah diperkirakan akan naik untuk minggu kelima berjalan. American Petroleum Institute (API) mengatakan pada Selasa malam bahwa stok minyak mentah naik 1,3 juta barel pekan lalu.

Menurut analis dalam jajak pendapat Reuters, kenaikan pasokan akan sebanyak 2 juta barel dalam data pemerintah yang dijadwalkan untuk dirilis pada pukul 10:30 pagi EST hari Rabu (15:30 GMT).

"Kekhawatiran terkait permintaan menghapus semua keuntungan yang telah kami catatkan selama beberapa minggu terakhir," kata Bob Yawger, director of energy futures di Mizuho di New York. "Ini bukan situasi yang tiba-tiba akan menjadi lebih baik."

Terkait wabah virus corona asal Wuhan, China, berbagai negara di dunia telah dibuat khawatir karena jumlah korban terus berjatuhan. Di Eropa, negara-negara seperti Finlandia, Perancis, hingga Austria melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran lebih luas wabah yang mirip SARS ini.

Swedia bahkan langsung mengalokasikan 40 juta kronor (US$ 4,1 juta) kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk membantu negara-negara lain mengatasi penyebaran virus.

"Upaya itu dilakukan Swedia karena menganggap pengecekan di bandara tidak efektif, karena orang yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala." tulis AFP.

Sementara itu di Amerika Serikat (AS), pemerintahan Presiden Donald Trump telah meminta pendanaan untuk menangani wabah pada Kongres sebesar US$ 2,5 miliar (sekitar Rp 35 triliun).

Lebih dari US$ 1 miliar dari anggaran itu akan digunakan untuk mengembangkan vaksin untuk wabah COVID-19, kata Gedung Putih, Senin waktu setempat.

"Hari ini, Pemerintah mengirim kepada Kongres rencana permintaan dana tambahan senilai US$ 2,5 miliar untuk mempercepat pengembangan vaksin, mendukung kesiapsiagaan dan kegiatan respon dan untuk pengadaan peralatan dan pasokan yang sangat dibutuhkan [untuk menanggulangi wabah virus corona]," kata Rachel Semmel, juru bicara Kantor Manajemen dan Anggaran Gedung Putih, dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilaporkan Reuters.

Pemerintah AS juga telah memperingatkan warga Amerika untuk bersiap-siap menghadapi penyakit ini. Bahkan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan bahwa warga Amerika harus mulai mempersiapkan diri akan penyebaran virus corona baru setelah laporan kasus baru meningkat di beberapa negara minggu ini.

Tidak hanya membuat harga minyak anjlok, langkah dramatis dalam penanganan tersebut juga telah mempengaruhi pasar saham. Saham-saham di seluruh dunia merosot ke zona merah pada hari Selasa, ke level terendah sejak awal Desember, dan bahkan imbal hasil (yield) surat utang AS mencapai rekor terendah akibat meningkatnya kekhawatiran tentang dampak ekonomi yang dibawa COVID-19. (hps/hps)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Selasa, 25 Februari 2020

Corona Mewabah, Harga Buyback Emas Antam Terbang Rp 10.000

Corona Mewabah, Harga Buyback Emas Antam Terbang Rp 10.000
Foto: Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Rifan Financindo - Harga beli kembali (buyback) emas yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) meroket Rp 10.000 (1,37%) menjadi Rp 741.000 per gram pada perdagangan Selasa ini (25/2/2020), dari Rp 731.000/gram kemarin akibat kontraksi pasar keuangan dunia akibat kekhawatiran pasar terhadap virus corona Wuhan (Covid-19).

Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Butik Emas LM - Pulo Gadung di situs logammulia milik Antam hari ini, harga emas Antam ukuran 100 gram masih belum bergerak di angka Rp 760.000/gram dibanding harga kemarin.

Stagnannya harga itu menyebabkan harga per batang keping acuan itu masih pada Rp 76 juta/batang. 

Naiknya harga emas Antam itu mengekor harga emas di pasar spot global yang naik kemarin, meskipun hari ini penguatannya sudah mulai mereda. 

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Harga itu dapat menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.

Terkait dengan harga emas di pasar spot global, kemarin harga logam mulia ini sudah mencapai US$ 1.660,42 per troy ounce (oz), naik 1,04% dari US$ 1.643,31/oz pada hari sebelumnya. Hari ini, harga emas di pasar spot masih turun sebesar 0,4% menjadi US$ 1.653,8/oz.

Selain emas Antam biasa, Antam juga menawarkan emas batik dan emas tematik serta menampilkan harga hariannya di situs yang sama.

Di sisi lain, Antam juga menjual emas batangan dengan dasar ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram di berbagai gerai yang tersedia di berbagai kota, dari Medan hingga Makassar.

Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut sudah termasuk PPh 22 0,9%. Masyarakat bisa menyertakan NPWP untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah yaitu 0,45%.

Naik-turunnya harga emas ukuran kecil itu biasanya mengindikasikan risiko pada hari kerja sebelumnya.

Beberapa faktor yang memengaruhi harga emas adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.

Penguatan harga emas Antam biasanya mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk memburu emas ritel ketika kondisi tidak kondusif, sehingga mencerminkan fungsi logam mulia sebagai instrumen yang dinilai lebih aman (safe haven) untuk masyarakat di dalam negeri.
TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan