Jumat, 05 Februari 2021

RI Belum Bisa Lepas dari Jerat Resesi, Rupiah Bakal Jeblok?

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT Rifan FinancindoNilai tukar rupiah melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.010/US$ pada perdagangan Kamis kemarin. Belum stabilnya sentimen pelaku pasar, yang terindikasi dari merosotnya bursa saham utama Asia kemarin membuat dolar AS kembali menjadi target investasi.

Kabar buruk bagi rupiah pada perdagangan hari ini, Jumat (5/2/2021), indeks dolar AS kemarin melesat 0,4% ke 91,529 yang merupakan level tertinggi sejak awal Desember. Dan pagi ini masih stagnan, sehingga rupiah berisiko tertekan.

Sementara itu dari dalam negeri akan dirilis data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020 pagi ini.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air masih akan dihiasi oleh angka negatif. Pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020 terhadap kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/QtQ) diperkirakan -0,395%.

Kemudian pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY) diperkirakan -2,145%. Dengan demikian, Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) PDB selama tiga kuartal beruntun, artinya belum mampu lepas dari resesi. Meski kabar baiknya, kontraksi tersebut melandai.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih tertahan di atas Rp 14.000/US$.

Mata Uang Garuda masih di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Sehingga ruang penguatan terbuka cukup besar.

Pada November 2020 lalu terjadi death cross alias perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.

Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Sementara itu, indikator stochastic mendekati wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support terdekat masih di level psikologis Rp 14.000/US$, selama tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.050/US$. Jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.080 sampai 14.100/US$ yang merupakan resisten terdekat di pekan ini, dan berada di kisaran MA 50.

Sementara jika level psikologis ditembus, rupiah menguat ke Rp 13.970/US$. Kemampuan melewati level tersebut akan membawa rupiah menguat ke Rp Rp 13.940 hingga Rp 13.900/US$. 

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 04 Februari 2021

'Lockdown' Cuma Weekend, IHSG Berpotensi Melaju Tipis

Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

Rifan Financindo - Bursa saham domestik berhasil keluar dari tekanan dan berbalik menguat (rebound) pada perdagangan Rabu kemarin sebesar 0,56% ke posisi 6.077,74 poin di tengah wacana penerapan pembatasan sosial masyarakat yang lebih ketat dan berskala mikro.

Data perdagangan menunjukkan, nilai transaksi mencapai Rp 20,57 triliun dengan frekuensi sebanyak 1,41 juta kali. Pelaku pasar asing melakukan aksi pembelian yang cukup massif yakni Rp 4,76 triliun termasuk transaksi crossing PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO).

Pengamat pasar saham PT MNC Asset Management, Edwin Sebayang berpendapat, laju IHSG pada Kamis ini diproyeksikan akan bergerak sideways dalam kisaran terbatas menyusul penutupan indeks di Wall Street.

Di sisi lain, beberapa harga komoditas juga menunjukkan penurunan seperti emas, -0,10%, timah -0,25%, nikel -0,63% serta penurunan cukup tajam harga batu bara sebesar 2,93% sehingga sudah berada di bawah US$80 dan kejatuhan harga CPO sebesar -4,74% berada di bawah RM3230.

Dari dalam negeri, pelaku pasar juga akan menantikan pengumuman BPS pada Jumat besok mengenai data pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang tahun 2020/ "PDB diperkirakan akan terkoreksi -2,1% sampai dengan -2,2%," kata Edwin Sebayang.

Tidak hanya itu, saat ini juga muncul wacana pemerintah yang akan melakukan pengetatan PPKM dengan skala mikro. Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto usai rapat terbatas, Rabu (3/2) mengatakan Presiden Joko Widodo mendorong optimalisasi PPKM dengan pendekatan berskala mikro. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan efektifitas PPKM demi mencegah penularan Covid-19.

Dengan akumulasi berbagai sentimen tersebut, MNC Asset Management memperkirakan 6.026 - 6.118.

Sementara itu, NH Korindo Sekuritas mencermati, Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu kemarin (3/2/2021), di tengah rilis laporan keuangan perusahaan-perusahaan teknologi raksasa yang cukup menggembirakan.

Namun, kabar rencana pengunduran diri Jeff Bezos sebagai CEO Amazon justru menyebabkan harga sahamnya ditutup melemah. Sementara itu, otoritas AS akan melakukan investigasi untuk potensi fraud pada pergerakan saham Gamestop.

Dari bursa domestik, IHSG terlihat masih bergerak dalam rentang konsolidasi wajar. Investor mencermati perkembangan wacana akan diberlakukannya lockdown pada akhir pekan di wilayah Jakarta.

"Untuk hari ini, rentang pergerakan IHSG diperkirakan berada antara 6.000-6.157," tulis NH Korindo Sekuritas. (hps/hps)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 03 Februari 2021

Indeks Ketakutan & Dolar Turun, Rupiah Tembus Rp 14.000/US$?

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT RifanNilai tukar rupiah melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika (AS) ke Rp 14.020/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Dolar AS kemarin sedang menjadi favorit pelaku pasar sebab aset-aset berisiko sedang tidak stabil.

Namun, pada perdagangan hari ini, Rabu (3/2/2021), kondisinya akan berbeda. Rupiah berpeluang menguat, bahkan menembus ke bawah Rp 14.000/US$ melihat setiman pelaku pasar yang mulai bagus. Hal tersebut terlihat dari menguatnya bursa saham global dalam 2 hari terakhir, serta menurunnya indeks volatilitas (volatility index/VIX), atau yang dikenal dengan indeks yang mencerminkan ketakutan pelaku pasar.

Selasa kemarin, volatility index, turun tajam hingga lebih dari 15%. Artinya pelaku pasar kini sudah mulai tenang melihat gejolak di pasar finansial belakang ini sudah mulai mereda, dan kembali masuk ke aset-aset berisiko. Dalam kondisi tersebut, rupiah tentunya akan diuntungkan.

Selain itu, indeks dolar AS meski kemarin mencatat penguatan, tetapi pagi ini langsung turun 0,22% ke 90,994. Indeks tersebut merupakan tola ukur kekuatan dolar AS, sehingga ketika menurun peluang rupiah untuk menguat cukup besar.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih tertahan di atas Rp 14.000/US$.

Mata Uang Garuda masih di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Sehingga ruang penguatan terbuka cukup besar.

Pada November 2020 lalu terjadi death cross alias perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.

Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.

idr 
Foto: Refinitiv
idr

Sementara itu, indikator stochastic mendekati wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support terdekat masih di level psikologis Rp 14.000/US$, selama tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.050/US$. Jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.080 sampai 14.100/US$ yang merupakan resisten terdekat di pekan ini, dan berada di kisaran MA 50.

Sementara jika level psikologis ditembus, rupiah menguat ke Rp 13.970/US$. Kemampuan melewati level tersebut akan membawa rupiah menguat ke Rp Rp 13.940 hingga Rp 13.900/US$

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Selasa, 02 Februari 2021

Waspada, 'Perang Bharatayudha' Bikin Dolar Perkasa!

Traders work on the floor of the New York Stock Exchange (NYSE) in New York, U.S., December 19, 2018. REUTERS/Brendan McDermid

PT Rifan Financindo Berjangka - Selain itu, faktor eksternal juga berkontribusi terhadap depresiasi rupiah. Pelemahan mata uang Ibu Pertiwi terjadi karena dolar AS memang sedang perkasa. Pada pukul 07:32 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat sampai 0,46%.

Dolar AS menguat karena investor mencari tempat perlindungan kala bursa saham sedang sangat fluktuatif. Pekan lalu, indeks VIX (yang menggambarkan volatilitas di bursa saham AS) melonjak ke titik tertinggi sejak Oktober 2020.

Di bursa saham AS, 'perang' antara hedge funds dengan investor ritel membuat bursa saham bergolak. Saham GameStop, yang mendapat 'beking' investor ritel, bergerak luar biasa volatil.

Pekan lalu, aksi borong oleh investor ritel membuat harga saham GameStop meroket ke atas US$ 300. Hari ini, saham anjlok 30,77%.

Sekarang giliran komoditas perak yang 'digoyang' oleh investor ritel. Kemarin, harga perak naik gila-gilaan sebelum hari ini terkoreksi 1,79%.

'Perang Bharatayudha' antara hedge funds vs investor ritel yang berlangsung di pasar saham dan kini meluas ke pasar komoditas membuat situasi menjadi runyam. Ibarat kolam, pasar keuangan sekarang sedang keruh karena diobok-obok.

Dalam kondisi ini, tidak sedikit investor yang memilih untuk mencari perlindungan dengan memegang dolar AS. Status dolar AS sebagai aset aman (safe haven asset) menjauhkannya dari volatilitas sehingga investor bisa merasa tenang.

Tingginya permintaan terhadap dolar AS membuat nilai tukar mata uang ini menguat. 'Korban' keperkasaan dolar AS berjatuhan, salah satunya rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 29 Januari 2021

Wall Street Balas Dendam, Bursa AS Ijo Royo-royo

Trader Timothy Nick works in his booth on the floor of the New York Stock Exchange, Thursday, Jan. 9, 2020. Stocks are opening broadly higher on Wall Street as traders welcome news that China's top trade official will head to Washington next week to sign a preliminary trade deal with the U.S. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Bursa saham Amerika Serikat (AS) (AP Photo/Richard Drew)

 

Rifan Financindo - Bursa saham Amerika Serikat (AS) sukses ditutup menguat pada perdagangan Kamis (28/1/2021). Indeks 'balas dendam' setelah merah di sesi sebelumnya menyusul data ekonomi beragam.

Dow Jones Industrial Average ditutup naik 1,0% ke 30.603,36. Hal senada juga terjadi di S&P 500 yang berbasis luas yang juga naik 1,0% ke 3.787,38. Nasdaq yang kaya teknologi juga naik 0,50% ke 13.337,16.

Kenaikan Wall Street pada perdagangan kemarin setelah rilis kinerja keuangan perusahaan-perusahaan raksasa yang kinclong. Termasuk harapan akan pemulihan ekonomi yang akan rebound dengan kuat.

Saham-saham siklus, yang diuntungkan dengan pemulihan ekonomi yang kuat, masuk ke daftar saham yang melesat kencang pada perdagangan kemarin. Salah satunya tak lain dan tak bukan tentunya saham perbankan dan alat pembayaran.

American Express serta Capital One Financial melesat 4%. Sedangkan Citizens Financial melesat 6%.

Sementara itu, Produk Domestik Bruto AS (GDP) di kuartal IV tumbuh 4% secara tahunan. Meskipun sepanjang 2020 ekonomi terkontraksi 3,5% dibandingkan dengan tahun lalu karena anjlok pada kuartal kedua. Para Ekonomi juga bertaruh bahwa masa-masa terburuk pandemi corona akan terlewati pada kuartal pertama tahun 2021.

"Mengenai prospek GDP, pertumbuhan Q1 akan tertekan karena bulan November dan Desember 2020 menciptakan momentum yang sangat negatif ketika pergantian tahun, akan tetapi apabila bulan Februari seperti yang diprediksikan, akan menciptakan momentum yang baik untuk Q2," tulis Jefferies Financial Group.

Sebagaimana diketahui, Rabu lalu, indeks utama merosot tajam lebih dari 2% karena kekhawatiran akan virus corona. Namun ada lonjakan besar-besaran di saham GameStop Corp padahal tak ada fundamental yang jelas. (sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan