Rabu, 25 September 2024

Bursa Saham AS Menghijau, Didukung Saham Pertambangan dan Stimulus China


Pada perdagangan Selasa (24/9/2024), bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup menghijau, dipicu oleh penguatan saham pertambangan yang terdorong oleh paket stimulus besar dari China. Stimulus ini menjadi katalis utama yang memacu penguatan di sektor-sektor terkait bahan material, logam, dan tambang.

Performa Indeks Utama di Bursa Saham AS

Menurut laporan Reuters, indeks utama bursa AS menunjukkan performa positif:

  • Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,2%.
  • S&P 500 naik 0,25%.
  • Nasdaq Composite mencatat kenaikan lebih tinggi, sebesar 0,56%.

DJIA dan S&P 500 bahkan mencapai rekor tertinggi baru, mencerminkan sentimen positif yang kuat di kalangan investor.

Penguatan Saham di Sektor Bahan Material

Lima dari sebelas sektor dalam indeks S&P 500 mengalami apresiasi, dengan sektor bahan material mencatatkan kenaikan terbesar. Saham-saham di sektor ini menguat 1,35%, outperform dibanding sektor-sektor lainnya. Kenaikan ini sejalan dengan lonjakan harga logam sebagai respons terhadap stimulus besar yang digelontorkan oleh pemerintah China. Stimulus ini merupakan yang terbesar sejak pandemi Covid-19, bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi China yang melambat.

Kenaikan Saham Pertambangan

Sektor tambang, terutama yang berfokus pada tembaga dan litium, mendapat keuntungan dari peningkatan harga logam.

Kenaikan harga saham ini sejalan dengan peningkatan permintaan logam yang didorong oleh langkah-langkah stimulus China yang bertujuan mempercepat pembangunan infrastruktur dan produksi industri.

Faktor Lain Penggerak Pasar: Pernyataan The Fed

Selain faktor stimulus China, penguatan bursa saham AS juga dipengaruhi oleh komentar dari Federal Reserve Governor Michelle Bowman, yang menyatakan bahwa inflasi di AS masih berada di atas target The Fed sebesar 2%. Pernyataan ini memicu spekulasi lebih lanjut terkait arah kebijakan moneter The Fed ke depan.

Ke depannya, data ekonomi penting seperti klaim angka pengangguran dan konsumsi personal akan menjadi fokus investor. Data ini diharapkan dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai kondisi ekonomi AS dan potensi langkah yang akan diambil oleh The Fed.

Dampak Global: Sentimen Positif dari Kebijakan China

Zachary Hill, Head of Portfolio Management di Horizon Investments, menyatakan bahwa kenaikan bursa saham AS sebagian besar didorong oleh kebijakan China yang mendukung pasar saham serta komitmen China untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut. Kebijakan ini tidak hanya mendorong pasar domestik China, tetapi juga memberi dampak positif bagi pasar global.

"Sentimen positif tersebut merembet ke pasar modal AS, di mana kita melihat saham-saham yang sensitif terhadap kebijakan China dan sektor industri cyclical—seperti logam dan tambang mineral—unggul dibanding sektor-sektor lainnya," ujar Hill.

Saham Perusahaan China di Bursa AS

Selain sektor tambang, sejumlah perusahaan China yang terdaftar di bursa saham AS juga mengalami kenaikan harga saham yang signifikan pada perdagangan Selasa.

Kenaikan ini menandakan bahwa investor global merespons positif kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah China, yang dianggap akan memberikan dampak positif terhadap kinerja ekonomi negara tersebut dan meningkatkan peluang pertumbuhan perusahaan-perusahaan besar China.

Secara keseluruhan, perdagangan bursa saham AS pada Selasa lalu diwarnai oleh optimisme yang tinggi terkait stimulus China, penguatan sektor bahan material, serta spekulasi kebijakan moneter The Fed.

Senin, 23 September 2024

Pergerakan Mata Uang Asia Stabil, Dolar AS Menunggu Petunjuk dari The Fed dan Inflasi


Mata uang Asia bergerak dalam rentang yang sempit pada hari Senin, sementara dolar AS stabil setelah mengalami kerugian baru-baru ini. Para pedagang menanti lebih banyak petunjuk mengenai kebijakan Federal Reserve dan inflasi AS.

Dolar Australia menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terbaik, naik menjelang pertemuan Reserve Bank of Australia (RBA), di mana bank sentral diperkirakan akan mengambil sikap hawkish.

Perdagangan regional cenderung sepi karena libur pasar di Jepang. Namun, yen Jepang melemah, mundur lebih jauh dari puncaknya selama sembilan bulan yang dicapai minggu lalu. Pasangan USDJPY naik 0,3% menjadi 144,32 yen.

Namun, di luar yen, sebagian besar mata uang Asia mencatatkan beberapa keuntungan dari minggu lalu, setelah pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh The Fed.

Dolar Australia Menguat, RBA Menjadi Sorotan

Pasangan AUDUSD naik 0,3% menjelang sinyal hawkish dari RBA yang akan diumumkan pada hari Selasa.

Ekspektasi Sikap Hawkish dari RBA

Bank sentral Australia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap. Namun, inflasi yang tetap tinggi serta kekuatan pasar tenaga kerja baru-baru ini diperkirakan akan mendorong sikap hawkish dari RBA.

RBA juga diperkirakan akan mengisyaratkan bahwa suku bunga akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, sebuah skenario yang menguntungkan bagi dolar Australia. Saat ini, mata uang tersebut diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam 10 bulan terakhir.

Dolar AS Stabil, Menunggu Petunjuk dari The Fed dan Inflasi

Indeks dolar dan kontrak berjangka indeks dolar keduanya naik sedikit dalam perdagangan Asia, stabil setelah mencatat kerugian minggu lalu.

Kebijakan Federal Reserve dan Dampaknya pada Dolar

The Fed telah memangkas suku bunga dan memulai siklus pelonggaran yang dapat membuat suku bunga turun sebanyak 125 basis poin tahun ini. Namun, kerugian dolar secara keseluruhan tetap terbatas, mengingat bahwa The Fed mengisyaratkan bahwa suku bunga netral akan lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya.

Lebih banyak petunjuk dari bank sentral AS akan datang minggu ini, dengan beberapa pejabat The Fed, terutama Ketua Jerome Powell, dijadwalkan berbicara dalam beberapa hari mendatang.

Data indeks harga PCE – tolok ukur inflasi pilihan The Fed – juga akan dirilis pada hari Jumat. Data ini kemungkinan besar akan memberikan sinyal lebih lanjut mengenai rencana pemotongan suku bunga oleh The Fed.

Mata Uang Asia Bergerak Stabil

Sebagian besar mata uang Asia bergerak dalam rentang yang datar hingga rendah.

  • Yuan China melemah sedikit setelah People’s Bank of China memangkas suku bunga repo 14-hari untuk melonggarkan kondisi moneter lebih lanjut dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

  • Won Korea Selatan naik 0,3%, sementara dolar Singapura menguat 0,2%.

  • Rupee India naik 0,1%, meskipun masih berada jauh di bawah rekor tertinggi yang dicapai baru-baru ini.

Dengan kondisi pasar yang tenang dan pelaku pasar yang menunggu perkembangan dari The Fed, pergerakan mata uang Asia cenderung stabil. Kekuatan dolar Australia serta ekspektasi kebijakan dari bank sentral global menjadi fokus utama dalam beberapa hari mendatang.

Kamis, 19 September 2024

Harga Minyak Dunia Melemah: Dampak Pemangkasan Suku Bunga The Fed dan Perlambatan Ekonomi China


Harga minyak dunia turun pada perdagangan Kamis (19/9/2024) di pasar Asia, setelah keputusan Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga yang lebih besar dari perkiraan. Hal ini memicu kekhawatiran terhadap kondisi perekonomian Amerika Serikat dan berdampak pada pergerakan harga minyak.

Penurunan Harga Minyak Mentah

Brent dan WTI turun setelah keputusan The Fed
Mengutip laporan dari Reuters, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak November turun 34 sen, atau 0,46%, menjadi US$73,31 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Oktober turun 42 sen atau 0,59%, menjadi US$70,49 per barel. Kedua kontrak minyak mentah ini mengalami tekanan setelah keputusan suku bunga The Fed yang memberikan pandangan kurang optimis terhadap prospek ekonomi.

Dampak Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Pemangkasan suku bunga memicu kekhawatiran ekonomi
Salah satu faktor yang mempengaruhi pelemahan harga minyak adalah pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin. Keputusan ini memberikan sinyal bahwa bank sentral AS melihat adanya perlambatan di pasar tenaga kerja. Biasanya, pemangkasan suku bunga akan mendorong aktivitas ekonomi, namun pandangan The Fed tentang kondisi ekonomi yang lesu telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor.

Analis ANZ mencatat bahwa meskipun pemotongan suku bunga ini seharusnya memberikan dorongan positif bagi ekonomi, prospek ekonomi jangka menengah yang suram justru membuat investor merasa tidak puas. "Pemotongan suku bunga mengisyaratkan adanya tantangan ekonomi yang berat di masa depan," jelas mereka dalam sebuah catatan.

Pengaruh Perlambatan Ekonomi China

Lemahnya permintaan dari China turut menekan harga minyak
Selain kebijakan The Fed, perlambatan ekonomi China juga menjadi faktor utama yang membebani harga minyak dunia. Analis pasar IG, Tony Sycamore, menyatakan bahwa "Kekhawatiran permintaan yang sedang berlangsung dari Tiongkok membayangi keputusan The Fed." Perlambatan ekonomi di China, sebagai salah satu konsumen minyak terbesar di dunia, berdampak signifikan terhadap permintaan minyak global.

Data dari biro statistik China menunjukkan bahwa produksi kilang di negara tersebut melambat untuk bulan kelima berturut-turut pada bulan Agustus. Selain itu, pertumbuhan output industri juga mencapai level terendah dalam lima bulan terakhir, sementara penjualan ritel dan harga rumah baru semakin melemah, menambah tekanan pada harga minyak global.

Prospek Permintaan Minyak di China

Permintaan minyak China diprediksi meningkat di kuartal keempat
Meski demikian, analis dari Citi menyebutkan bahwa permintaan minyak China kemungkinan akan meningkat sebesar 300.000 barel per hari pada kuartal keempat tahun ini. Peningkatan ini didorong oleh pengoperasian kilang independen yang lebih aktif dan dimulainya operasional kilang baru Shandong Yulong Petrochemical. Faktor ini diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap permintaan minyak global dalam beberapa bulan mendatang.

Ketegangan di Timur Tengah

Kekhawatiran geopolitik meningkatkan risiko di pasar minyak
Selain faktor ekonomi, pasar minyak juga mencermati ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Pada hari Rabu, walkie-talkie yang digunakan oleh kelompok bersenjata Lebanon Hizbullah meledak, menyusul ledakan serupa yang terjadi sehari sebelumnya. Meskipun pejabat Israel belum memberikan komentar resmi, sumber keamanan menyebutkan bahwa agen mata-mata Israel, Mossad, bertanggung jawab atas serangan tersebut. Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut dalam konflik Israel yang telah berlangsung selama 11 bulan di Gaza.

Kesimpulan

Ketidakpastian ekonomi dan geopolitik menekan harga minyak
Penurunan harga minyak dunia pada Kamis (19/9/2024) dipengaruhi oleh kombinasi faktor ekonomi dan geopolitik. Pemangkasan suku bunga oleh The Fed, yang seharusnya mendorong aktivitas ekonomi, justru menimbulkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi AS. Di sisi lain, perlambatan ekonomi China dan ketegangan di Timur Tengah terus memberikan tekanan pada pasar minyak, membuat prospek harga minyak tetap bergejolak dalam waktu dekat.

Jumat, 13 September 2024

Harga Emas Mencapai Rekor Tertinggi, Didukung Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed


Harga emas melonjak dan mencapai rekor tertinggi pada Jumat (13/9/2024), dipicu oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga dalam pertemuan minggu depan. Data ekonomi AS yang menunjukkan perlambatan lebih lanjut memperkuat harapan ini, menjadikan emas semakin menarik sebagai aset investasi.

Kenaikan Harga Emas di Pasar Spot dan Berjangka

Menurut laporan Reuters, harga emas di pasar spot melonjak sebesar 1,85% menjadi US$2,558 per troy ounce, sementara harga emas berjangka AS naik 1,79% menjadi US$2,557 per troy ounce. Kenaikan ini menunjukkan kepercayaan pasar yang semakin kuat bahwa The Fed akan mengambil langkah-langkah pelonggaran moneter untuk mendukung ekonomi AS yang melambat.

Klaim Pengangguran AS Meningkat

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim awal tunjangan pengangguran naik 2.000 menjadi 230.000, menunjukkan adanya penurunan dalam sektor tenaga kerja. Kondisi ini semakin mendorong spekulasi bahwa The Fed mungkin harus mengambil langkah tegas dengan menurunkan suku bunga.

Indikasi Perlambatan Inflasi

Sementara itu, harga produsen AS mencatat kenaikan sedikit lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Agustus, didorong oleh tingginya biaya jasa. Namun, tren ini masih sesuai dengan ekspektasi bahwa inflasi mulai mereda, memberikan ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga tanpa khawatir terhadap peningkatan inflasi yang signifikan.

Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed

Pasar saat ini memperkirakan peluang sebesar 73% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan yang dijadwalkan pada 17-18 September. Selain itu, terdapat peluang sebesar 27% untuk penurunan suku bunga yang lebih besar, yakni 50 basis poin, menurut alat CME FedWatch.

Komentar Analis

Menurut Alex Ebkarian, Chief Operating Officer di Allegiance Gold, "Kita sedang menuju lingkungan suku bunga yang lebih rendah sehingga emas menjadi jauh lebih menarik. Saya pikir The Fed berpotensi melakukan pemotongan yang lebih sering dibandingkan dengan besaran yang lebih besar."

Phillip Streible, Chief Market Strategist di Blue Line Futures, juga menyatakan, "Pasar tenaga kerja terus melemah, dan jika kondisi ini memburuk, proses penurunan suku bunga oleh The Fed akan memakan waktu lebih lama."

Pengaruh Penurunan Suku Bunga Terhadap Logam Mulia

Penurunan suku bunga memberikan keuntungan bagi emas dan logam mulia lainnya. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk berinvestasi pada aset non-imbal hasil seperti emas, menjadikannya lebih menarik bagi investor.

Kenaikan Logam Mulia Lainnya

Tidak hanya emas yang mengalami kenaikan, logam mulia lainnya juga mencatatkan kenaikan signifikan:

  • Paladium naik 4,1% menjadi US$1.050 per ounce, mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua bulan.
  • Perak spot naik 3,7% menjadi $29,76 per ounce.
  • Platinum naik 3% menjadi $979,62 per ounce, juga mencapai level tertinggi dalam hampir dua bulan.

Pengaruh Geopolitik Terhadap Harga Logam Mulia

Perkembangan geopolitik juga memengaruhi pasar logam mulia, terutama setelah pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyebutkan bahwa Moskow harus mempertimbangkan pembatasan ekspor uraniumtitanium, dan nikel sebagai bentuk pembalasan terhadap sanksi Barat. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa produksi logam mulia seperti paladium dan nikel akan menurun, yang pada akhirnya dapat memperdalam defisit pasar paladium.

Menurut Nitesh Shah, Commodity Strategist di WisdomTree, "Paladium adalah pasar yang siap menghadapi reli short-covering. Meskipun Putin tidak menyebutkan paladium secara langsung, karena logam tersebut merupakan produk sampingan dari produksi nikel Rusia, pembatasan ekspor dapat menurunkan produksi kedua logam tersebut."

Kesimpulan

Harga emas terus mencetak rekor tertinggi di tengah ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed dan data ekonomi AS yang menunjukkan perlambatan. Kenaikan ini juga diikuti oleh peningkatan harga logam mulia lainnya seperti paladium, perak, dan platinum, yang didorong oleh perkembangan geopolitik dan prospek penurunan produksi logam mulia di Rusia.

Senin, 09 September 2024

Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp15.475 di Tengah Pelemahan Mata Uang Asia


Pada perdagangan hari ini, Senin (9/9/2024), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke level Rp15.475. Pelemahan ini terjadi bersamaan dengan tren melemahnya mayoritas mata uang Asia lainnya, yang juga terdampak oleh penguatan dolar AS.

Rupiah dan Mata Uang Asia Melemah

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka turun sebesar 0,63% atau 97,5 poin ke level Rp15.475. Pada saat yang sama, indeks dolar AS menunjukkan penguatan, naik sebesar 0,08% ke level 101,25. Ini menunjukkan bahwa penguatan dolar AS masih menjadi tekanan utama bagi mata uang-mata uang di kawasan Asia.

Selain rupiah, beberapa mata uang utama Asia juga mengalami pelemahan. Berikut adalah beberapa mata uang yang turut melemah:

  • Dolar Singapura: turun sebesar 0,01%
  • Dolar Taiwan: melemah 0,38%
  • Won Korea: turun 0,09%
  • Yen Jepang: susut 0,39%
  • Dolar Hong Kong: turun 0,01%
  • Peso Filipina: melemah 0,53%
  • Yuan Tiongkok: turun 0,17%
  • Ringgit Malaysia: turun 0,45%
  • Baht Thailand: mengalami pelemahan minor sebesar 0,07%

Rupee India Menguat Tipis

Di tengah pelemahan yang melanda mata uang Asia, rupee India justru tercatat mengalami penguatan terhadap dolar AS. Rupee India naik tipis 0,04% atau 0,032 poin, menunjukkan sedikit perlawanan terhadap tren pelemahan di kawasan.

Proyeksi Penguatan Rupiah di Tengah Tekanan Dolar AS

Meski hari ini rupiah melemah, proyeksi sebelumnya memperkirakan bahwa rupiah akan mengalami penguatan selama periode 9 – 13 September 2024. Penguatan ini diperkirakan akan terjadi seiring dengan dolar AS yang berada di bawah tekanan akibat data-data ekonomi, khususnya terkait pekerjaan di AS.

Selain itu, cadangan devisa Indonesia yang meningkat hingga mendekati rekor US$150 miliar diprediksi akan menjadi faktor positif yang mendukung penguatan rupiah lebih lanjut.

Faktor Tekanan Dolar AS

Dolar AS diperkirakan akan terus berada dalam tekanan menjelang pertemuan penting Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan dua pekan mendatang. Investor juga tengah menanti beberapa data ekonomi penting dari AS, termasuk data inflasi konsumen dan produsen. Sementara itu, dari sisi domestik Indonesia, data seperti penjualan ritel serta survei kepercayaan konsumen akan menjadi fokus perhatian.

Perkiraan Rentang Pergerakan Nilai Tukar Rupiah

Berdasarkan analisis kondisi pasar dan sentimen yang berkembang, nilai tukar rupiah diproyeksikan akan bergerak di rentang Rp15.200 hingga Rp15.550 per dolar AS selama periode perdagangan pekan ini. Prediksi ini memperhitungkan berbagai faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi pasar keuangan global dan regional.