Kamis, 06 Agustus 2020

Aduh, Rupiah! Ngapain Pake Kepleset Segala Sih...

FILE PHOTO: An Indonesia Rupiah note is seen in this picture illustration June 2, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Thomas White)

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun rupiah terpeleset di perdagangan pasar spot.

Pada Kamis (6/8/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.587. Rupiah menguat 0,25% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Akan tetapi, mata uang Tanah Air melemah di 'arena' pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.580 di mana rupiah melemah 0,41%.

Tidak seperti rupiah, berbagai mata uang Asia menguat di hadapan dolar AS. Plus, rupiah kini jadi mata uang terlemah di Asia.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:09 WIB:

Hawa Kebangkitan Ekonomi Kian Terasa
Investor sedang berani mengambil risiko, ogah bermain aman. Ini karena data ekonomi di berbagai negara menunjukkan bahwa sepertinya dampak buruk dari pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sudah berlalu, puncaknya ada di kuartal II-2020. Selepas kuartal II-2020, pemulihan ekonomi dunia semakin nyata.

Aktivitas manufaktur di berbagai negara menunjukkan perbaikan pada Juli 2020. Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur di negara-negara Asia seperti Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Thailand, China, sampai Taiwan mengalami peningkatan pada Juli 2020 dibandingkan sebulan sebelumnya. Bahkan di China, Taiwan, Malaysia, dan Vietnam, skor PMI sudah di atas 50 yang menandakan industriawan mulai melakukan ekspansi.


Sementara di AS, PMI sektor jada pada Juli 2020 berada di 58,1. Ini menjadi rekor tertinggi sejak Maret tahun lalu.

Kinerja perdagangan internasional AS juga ciamik. Pada Juni 2020, ekspor tumbuh 9,4% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM) dan impor naik 4,7% MtM. Ini membuat neraca perdagangan AS defisit US$50,69 miliar, lebih sedikit dibandingkan Mei 2020 yang minus US$ 54,8 miliar.

Kemudian di Eropa, PMI manufaktur Zona Euro pada Juli 2020 tercatat 51,8. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 47,4 dan untuk kali pertama berhasil menembus level 50 sejak Februari 2019.

"Jelas bahwa berbagai data ini mendongrak risk appetite investor global. Ini membebani langkah dolar AS dibandingkan mata uang lain," kata Karl Schamotta, Chief Market Strategist di Cambridge Global Payments yang berbasis di Toronto, seperti dikutip dari Reuetrs.

So, mengapa rupiah lesu? Kemungkinan investor sedang mengambil untung (profit taking) dari rupiah yang cenderung menguat akhir-akhir ini.

Sejak pekan ketiga Juli, rupiah menguat nyaris 1% di hadapan dolar AS. Bahkan ada masa di mana rupiah menguat tujuh hari beruntun.

Oleh karena itu, keuntungan yang dapat dari 'beternak' rupiah sudah lumayan tinggi. Ini menggoda pelaku pasar untuk melepas mata uang Ibu Pertiwi sehingga rupiah terperosok ke zona merah.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji) 

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Ekonomi Mau Bangkit, Rupiah Lanjut Menguat

Indonesian rupiah banknotes are counted at a money changer in Jakarta, Indonesia, May 9, 2018. REUTERS/Willy Kurniawan
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat. 'Cuaca' yang mendukung membuat mata uang Tanah Air terus menapaki jalur hijau nan asri.

Pada Kamis (6/8/2020), US$ 1 setara dengan Rp 15.450 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,48% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,21% di hadapan dolar AS. Hari ini, tren penguatan rupiah kemungkinan masih akan berlanjut.

Pasalnya, investor sedang dalam mood yang bagus sehingga berkenan masuk ke aset-aset berisiko. Tingginya risk appetite ini sudah terlihat di pasar saham New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 1,39%, S&P 500 naik 0,64%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,52%.
Investor berbunga-bunga karena data ekonomi terbaru di AS cukup impresif.

Laporan ADP terbaru menyebutkan, perekonomian AS menciptakan 167.000 lapangan kerja pada Juli 2020. Memang melambat dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi menunjukkan bahwa situasi mulai berangsur normal setelah dampak luar biasa dari pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).


adp 
ADP

Data lain menyebutkan, Purchasing Managers' Index (PMI) jasa AS pada Juli 2020 berada di 58,1. Ini menjadi rekor tertinggi sejak Maret tahun lalu.

Kinerja perdagangan internasional AS juga ciamik. Pada Juni 2020, ekspor tumbuh 9,4% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM) dan impor naik 4,7% MtM. Ini membuat neraca perdagangan AS defisit US$50,69 miliar, lebih sedikit dibandingkan Mei 2020 yang minus US$ 54,8 miliar.

Berbagai data ini menunjukkan bahwa sepertinya efek terburuk dari pagebluk virus corona terhadap ekonomi sudah berlalu, paling parah terjadi pada kuartal II-2020 lalu. Sekarang kondisi mulai membaik seiring dengan dibukanya kembali 'keran' aktivitas masyarakat.

Oleh karena itu, Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Atlanta dalam laman GDPNow memperkirakan ekonomi Negeri Adikuasa pada kuartal III-2020 akan tumbuh tinggi yaitu mencapai 20,3%. Kalau ini terwujud, maka resesi di AS akan berakhir.

Harapan ini, meski kewaspadaan tetap tinggi karena lonjakan kasus corona di seluruh dunia, membuat investor berani untuk mengambil risiko. Arus modal pun mengalir ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia. Arus modal ini yang menjadi 'vaksin' bagi keperkasaan rupiah
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 05 Agustus 2020

Breaking! AS-China Bakal Ketemuan, Ada Kejutan?

INFOGRAFIS, Damai Perang Dagang As-China Berujung Kebuntuan
Foto: Infografis/Perang Dagang AS-China/Edward Ricardo
PT Rifan - Pejabat senior Amerika Serikat (AS) dan China disebut akan meninjau implementasi dari kesepakatan perdagangan Fase I yang sudah dibuat kedua negara. Disebut Reuters mengutip Wall Street Journal, kedua belah pihak akan menyelenggarakan konferensi melalui video 15 Agustus ini.

Negosiator utama yakni Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer dan Wakil Perdana Menteri China Liu He akan berpartisipasi. Ini akan jadi peninjauan pertama selama enam bulan pakta perjanjian dibuat sejak 15 Februari.

Sayangnya Kantor Perwakilan Dagang AS dan Departemen Keuangan AS belum berkomentar soal ini.

Sebelumnya dalam kesepakatan Fase I, China telah berjanji meningkatkan pembelian barang-barang AS sekitar US$ 200 miliar di atas realisasi di tahun 2017. Termasuk produk pertanian, manufaktur, energi, dan jasa.

Namun sayangnya China disebut belum merealisasikan hal ini sesuai target yang dibuat. Impor barang pertanian bahkan lebih rendah dari 2017, bahkan 50% lebih rendah dari target.

Beijing juga hanya membeli 5% produk energi AS. Padahal target pada fase ini mencapai US$ 25,3 miliar.

Menurut sumber yang akrab dengan ini, China ingin mengadakan pembicaraan untuk membahas masalah lain. Ia menyebut hal-hal di luar pelaksanaan perdamaian dagang Fase I.

"Ini adalah tinjauan semi-tahunan normal dan juga datang pada saat hubungan terus memburuk. Tentu ada banyak yang perlu dibicarakan, "kata orang itu, dikutip Rabu (5/8/2020).

Sementara itu, Duta Besar China untuk AS Cui Tiankai mengatakan rencana evalusasi Fase I selalu ada. Karena kedua belah pihak berhubungan secara teratur soal kesepakatan dagang itu.

"Jika mereka melakukan pertemuan seperti itu, saya kira itu akan sangat positif," kata Cui.

Sebelumnya Presiden AS Donald Trump kerap mengancam akan mengakhiri pakta perdagangan. Ia berulang kali menyebut enggan membicarakan hal tersebut lagi dengan China.

Hubungan AS-China memang menanas kembali sejak pandemi corona muncul di Wuhan. Trump mengatakan China melakukan disinformasi.

Saat ini AS menjadi negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia. Selain Covid-19, Trump juga kini menyasar TikTok dan bakal melarang aplikasi itu jika tak dijual ke pembeli non-China. (sef/sef)
 
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 04 Agustus 2020

Dahsyat! Harga Emas Antam Cetak Rekor Lagi Rp 1.029.000/Gram

Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
PT Rifan Financindo Berjangka - Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) naik pada Selasa (4/8/2020) dibandingkan sehari sebelumnya. Dengan kenaikan ini, harga emas Antam terus berada di rekor termahal sepanjang sejarah.

Berdasarkan data di situs logammulia.com, emas batangan Antam pecahan satu gram hari ini dibanderol Rp. 1.029.000, naik Rp 1.000 per gram dibandingkan kemarin. Sementara harga emas batangan Antam 100 gram yang biasa menjadi acuan dibanderol Rp 97.112.009 atau Rp 971.120 per gram.

Rekor termahal harga emas Antam itu mengikuti harga emas dunia yang memang terus bergerak naik. Namun, selain itu, faktor nilai tukar rupiah serta supply-demand juga menjadi penentu kenaikan harga tersebut.

Hantu resesi yang menyelimuti dunia saat ini membuat banyak orang mengalihkan investasinya ke emas yang disebut sebagai safe haven. Sejumlah negara di tiga benua telah mengumumkan resesi antara lain Amerika Serikat (AS), Hong Kong, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan. Negara-negara pengguna mata uang euro pun sudah mengalami resesi. (miq/miq)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 03 Agustus 2020

Berkilau! Harga Emas Antam Rekor Termahal Rp 1.028.000/gram

Ilustrasi emas (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi emas (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
PT Rifan FinancindoHarga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (ANTM) atau yang lazim disebut emas Antam stagnan alias tidak berubah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (3/8/2020) dibandingkan Sabtu pekan lalu. Meski tidak berubah, harga emas Antam berada di rekor termahal sepanjang sejarah.

Berdasarkan data dari situs logammulia.com, emas Antam batangan 1 gram hari ini dibanderol Rp 1.028.000/batang. Harga tersebut merupakan yang termahal sepanjang sejarah. Sementara itu, untuk harga emas batangan 100 gram yang biasa menjadi acuan dibanderol Rp 97.012.000/batang atau Rp 970.120/gram.


Rekor termahal harga emas Antam tersebut mengikut harga emas dunia yang mendekati rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Jumat (31/7/2020). Pergerakan harga emas Antam memang cenderung mengikuti harga emas dunia, selain juga faktor lain seperti nilai tukar rupiah, serta supply-demand.

Rekor tertinggi harga emas dunia sebelumnya US$ 1.920,3/troy ons dicapai pada 6 September 2011 akhirnya berhasil di pecahkan di awal pekan lalu, nyaris satu dekade lamanya. Di hari Senin (27/7/2020) Harga emas dunia melesat menyentuh US$ 1.945,16/troy ons, rekor tertinggi baru saat itu, tetapi umurnya kurang dari 24 jam.

Selasa (28/7/2020) pagi harga emas emas dunia terbang tinggi menyentuh US$ 1.980,56/troy ons yang kini menjadi rekor tertinggi sepanjang masa, tetapi menutup perdagangan di US$ 1.970,37/troy ons

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, emas memang gagal mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, tetapi mencetak rekor penutupan perdagangan tertinggi di US$ 1.974,69/troy ons.

Resesi yang terjadi di 3 benua membuat harga emas terus menguat.
Di Asia, Hong Kong melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 yang berkontraksi (tumbuh minus) 9% year-on-year (YoY), sementara di kuartal sebelumnya -9,1% YoY. Sebelum Hong Kong, Jepang, Singapura dan Korea Selatan sudah lebih dulu masuk ke jurang resesi.

Dari Asia beralih ke Eropa, Zona Euro Jumat pekan lalu sah mengalami resesi.

Produk domestik bruto (PDB) blok 19 negara teersebut terkontraksi (tumbuh minus) 12,1% quarter-to-quarter (QtQ) di kuartal II-2020, menjadi yang terdalam sejak pencatatan dimulai pada tahun 1995. Di kuartal I-2020 lalu, PDB zona euro juga juga minus 3,6% QtQ

Sementara jika dilihat secara tahunan, PDB di kuartal II-2020 minus 15% YoY dan di kuartal I-2020 terkontraksi 3,1%. Sehingga zona euro resmi mengalami resesi.
Negara-negara raksasa ekonomi Eropa juga berguguran. Jerman, Spanyol, Italia resmi mengalami resesi, dan Prancis mengalami resesi teknikal

Beralih ke benua Amerika, sang Negeri Adikuasa, Amerika Serikat, akhirnya resmi mengalami resesi.

Produk domestik bruto (PDB) di kuartal II-2020 dilaporkan mengalami kontraksi 32,9%. Kontraksi tersebut menjadi yang paling parah sepanjang sejarah AS.

Di kuartal I-2020, perekonomiannya mengalami kontraksi 5%, sehingga sah mengalami resesi.

Bukan kali ini saja AS mengalami resesi, melansir Investopedia, AS sudah mengalami 33 kali resesi sejak tahun 1854. Sementara jika dilihat sejak tahun 1980, Negeri Paman Sam mengalami empat kali resesi, termasuk yang terjadi saat krisis finansial global 2008.

Artinya, resesi kali ini akan menjadi yang ke-34 bagi AS.

AS bahkan pernah mengalami yang lebih parah dari resesi, yakni Depresi Besar (Great Depression) atau resesi yang berlangsung selama 1 dekade, pada tahun 1930an. Tetapi kontraksi ekonominya tidak sedalam di kuartal II-2020.

Saat resesi terjadi, artinya perekonomian mengalami kemerosotan, sehingga investor mengalihkan investasinnya ke aset aman (safe haven) seperti emas. Harga emas dunia akhirnya terus melesat dan diikuti emas Antam.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan