Senin, 16 November 2020

Top! Jepang Keluar dari Resesi, PDB Q3 Positif

Keberangkatan PM Jepang Yoshihide dan Ibu Mariko Suga menuju Jepang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang  pada Rabu, 21 Oktober 2020 (Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris)
Foto: Keberangkatan PM Jepang Yoshihide dan Ibu Mariko Suga menuju Jepang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang pada Rabu, 21 Oktober 2020 (Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris)

PT Rifan Financindo Berjangka - Ekonomi Jepang keluar dari resesi di kuartal III (Q3) 2020. Dari data pemerintah yang diumumkan Senin (16/11/2020), Negeri Matahari Terbit mencatat PDB tumbuh 5%, lebih baik dari perkiraan analis sebesar 4,4%.

Kenaikan permintaan domestik serta ekspor membantu mendorong pertumbuhan secara basis kuartalan (qtq). Sebelumnya ekonomi terpukul karena corona (Covid-19) dan kenaikan pajak konsumsi.

Angka positif ini juga muncul setelah kontraksi beruntun dari Q4 2019 hingga kuartal Q2 2020. Di kuartal sebelumnya April hingga Juni, ekonomi -8,2%, rekor dari kemerosotan yang pernah ada.

Sejumlah pengamat menilai pemulihan akan terus berlanjut. Setidaknya hingga kuartal terakhir tahun ini.

"Antara Juli dan September, kegiatan ekonomi di Jepang mengalami kembali ke status yang agak normal karena pemerintah mencabut keadaan darurat di negara itu," kata Naoya Oshikubo, ekonom senior di Sumitomo Mitsui Trust, dikutip dari AFP.

"Ke depan, kami percaya bahwa angka PDB pada kuartal berikutnya akan terus menunjukkan tanda-tanda pemulihan, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat."

Jepang sudah berjuang dengan ekonomi yang stagnan dan dampak dari kenaikan pajak konsumsi yang diterapkan tahun lalu sebelum pandemi melanda. Sementara itu corona di negara ini lebih terkendali dibanding sejumlah negara maju lain, dengan infeksi mendekati 120.000 dan kematian di bawah 2.000.

Secara tahunan ekonomi tumbuh pada rekor ekspansi 21,4% di Q3. Setelah sebelumnya ekonomi berada di rekor penurunan 28,8% di Q2. (sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 13 November 2020

Rupiahnya, Kakak! Sudah 'Murah' Lho...

Dollar-Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

PT Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Setelah terkoreksi dua hari beruntun, rupiah kembali menarik di mata pelaku pasar.

Pada Jumat (13/11/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.040 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.

Namun tidak butuh waktu lama bagi rupiah untuk masuk jalur hijau. Pada pukul 09:03 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.030 di mana rupiah menguat tipis 0,07%.

Kemarin, rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan pelemahan 0,5% di hadapan dolar AS. Ini menjadi depresiasi kedua dalam dua hari beruntun. Dalam dua hari tersebut, pelemahan rupiah tercatat 0,71%.

Yup, sekarang mungkin investor beranggapan rupiah sudah cukup 'murah'. Ini kembali memunculkan minat untuk memburu mata uang Tanah Air.

Rupiah memang sedang mendapat angin. Dalam survei dwi-mingguan Reuters terhadap kinerja mata uang Asia, investor cenderung mengambil posisi beli (long) terhadap rupiah.

Hasil survei tersebut digambarkan dengan angka -3 hingga 3. Angka yang semakin besar menunjukkan pelaku pasar mengambil posisi long ke dolar AS, mata uang Asia dilepas.

Dalam survei yang dihelat pada 12 November 2020, rupiah mendapat skor -1,01. Ini menjadi angka negatif pertama sejak survei 3 September 2020. Jadi setelah lebih dari dua bulan investor membuang, sekarang rupiah berbalik jadi kesayangan.

kurs 
Sumber: Reuters
 
Jalanmu Belum Tentu Mulus, Rupiah!
 

Rupiah (dan mata uang utama Asia lainnya) diuntungkan oleh terpilihnya Joseph 'Joe' Biden sebagai presiden AS. Biden memang belum dilantik, hasil resmi pemilihan presiden (pilpres) saja belum keluar. Namun sejauh ini Biden sudah unggl jauh atas pesaingnya, sang petahana Donald Trump.

pilpres 
Sumber: Guardian

"Kepemimpinan Biden kemungkinan akan membawa lembaran baru dalam kebijakan luar negeri AS. Perundingan dagang yang didasarkan atas ancaman pengenaan bea masuk akan berubah menjadi pendekatan yang lebih diplomatis dan strategis," kata Margaret Yang, Strategist di DailyFX, dalam risetnya.

Akan tetapi, ke depan bukan berarti jalan rupiah bakal mulus. Soalnya, masih ada satu faktor yang membuat investor melepas aset-aset berisiko dan memilih bermain aman.

Faktor itu apa lagi kalau bukan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini semakin cepat dan luas.

Per 12 November 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh dunia adalah 51.848.261 orang. Bertambah 579.253 orang (1,13%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (30 Oktober-12 November 2020), rata-rata tambahan pasien positif baru mencapai 529.491 orang per hari. Melonjak tajam dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 427.590 orang.

"Sell-off (aksi jual massal) bisa terjadi ketika ada lonjakan kasus baru. Aset-aset aman seperti emas atau obligasi pemerintah AS akan menjadi buruan utama pelaku pasar.

"Memang ada kabar yang sangat menggembirakan tentang vaksin, tetapi jalan untuk mendapatkannya masih panjang. Covid-19 sepertinya masih akan memainkan peran penting dalam kehidupan kita," tegas Oliver Pursche, Presiden Bronson Meadows Capital Management yang berbasis di Connecticut, sebagaimana diwartakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 11 November 2020

Semesta Mendukung! Rupiah Berpeluang Sentuh Rp 13.810/US$

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT RifanNilai tukar rupiah melanjutkan reli melawan dolar Amerika Serikat (AS) setelah menguat 6 hari beruntun melawan Selasa kemarin (10/11). Kabar vaksin virus corona dari Pfizer menjadi pemicu penguatan mata uang Garuda.

Melansir data Refinitiv, rupiah membukukan penguatan tipis 0,07% di Rp 14.040/US$, meski sebelumnya sempat menguat 0,53% ke Rp 13.975/US$, level terkuat dalam 5 bulan terakhir.

Sejak pekan lalu, Rupiah kini sudah menguat lebih dari 4%, tetapi pergerakan kemarin memperlihatkan adanya risiko koreksi akibat aksi ambil untung (profit taking), yang bisa membebani rupiah hari ini, Rabu (11/11/2020).

Apalagi yang dihadapi adalah level Rp 14.000/US$, yang merupakan level "angker" alias level psikologis.

Pfizer, perusahaan farmasi asal AS yang berkolaborasi dengan BioNTech asal Jerman, mengumumkan vaksin buatannya efektif menangkal penyakit akibat virus corona (Covid-19) hingga lebih dari 90% tanpa efek samping yang berbahaya.

"Hasil pertama dari uji klinis fase tiga uji vaksin mengindikasikan kemampuan vaksin kami untuk mencegah Covid-19," ujar Chairman & CEO Pfizer Albert Bourla dalam pernyataannya kemarin, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (9/11/2020).

Pengumuman tersebut membuat sentimen pelaku pasar global membaik, dan aliran modal kembali masuk deras ke Indonesia, yang menjadi tenaga bagi rupiah untuk menguat.

Hasil pemilihan presiden di AS yang menunjukkan kemenangan Joseph 'Joe' Biden dari petahanan Donald Trump menjadi pemicu awal capital inflow yang basar.

Data Bank Indonesia menunjukkan pada periode 2-5 November 2020, transaksi nonresiden di pasar keuangan domestik membukukan beli neto Rp3,81 triliun. Rinciannya, beli neto di pasar SBN sebesar Rp3,87 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 0,06 triliun.

Sementara data dari Bursa Efek Indonesia menunjukkan sepanjang pekan lalu, investor asing melakukan aksi beli (net buy) sebesar Rp 1,2 triliun. Aksi beli masih berlangsung 2 hari terakhir, sebesar Rp 189 miliar di hari Senin, dan kemarin Rp 1,73 triliun.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang bisa diperhatikan mengingat rupiah menguat tipis kemarin. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini bergerak jauh di bawah Kemudian rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), sehingga memberikan momentum penguatan.

Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian yang berada di wilayah jenuh jual (oversold).

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. 

Artinya ada risiko rupiah akan terkoreksi akibat aksi ambil untung (profit taking), dengan resisten berada di kisaran Rp 14.080/US$. Jika dilewati, rupiah berisiko melemah lebih jauh ke Rp 14.150/US$.

Level psikologis Rp 14.000/US$, menjadi support terdekat, jika ditembus rupiah berpotensi menguat menguji kembali level Rp 13.975/US$ sebelum menuju Rp 13.935/US$ jika mampu dilewati juga.

Support selanjutnya di Rp 13.900/US$, jika mampu ditembus akan membuka peluang ke Rp 13.810/US$ di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Selasa, 10 November 2020

Dolar AS 'Dikeroyok' di Asia, Rupiah Salah Satu Pelakunya!

Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

PT Rifan Financindo Berjangka - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun melanjutkan penguatan di perdagangan pasar spot.

Pada Selasa (10/11/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.015. Rupiah menguat tajam 1,11% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Mata uang Tanah Air juga hijau di perdagangan pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.010 di mana rupiah menguat 0,28%.

Kala pembukaan pasar, rupiah sempat menguat 0,36% di Rp 14.000/US$. Seiring perjalanan, apresiasi rupiah tergerus dan dolar AS belum bisa ditekan ke bawah Rp 14.000.

Namun ruang rupiah menguat hingga ke kisaran Rp 13.000-an/US$ masih terbuka. Pasalnya, sentimen pasar sedang memihak aset-aset berisiko.

Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York ditutup menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 2,95% dan S&P 500 melonjak 1,17%.

Ini jadi pertanda bahwa investor berani mengambil risiko sehingga aset aman seperti dolar AS kekurangan peminat. Pada pukul 09:24 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,12%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini anjlok 1%.

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 09 November 2020

Biden Menang Pilpres AS, kok Harga Minyak Malah Terbang?

Pumpjacks are seen at an oil field in Huaian, Jiangsu province, China November 11, 2017. Picture taken November 11, 2017. REUTERS/Stringer  ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT.
Foto: REUTERS/Stringer

 

PT Rifan FinancindoSelera investor terhadap risiko membaik seiring dengan kemenangan Joe Biden dalam kontestasi politik pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) ke-46. Harga aset keuangan dan komoditas termasuk minyak mengalami kenaikan. Namun kemenangan Biden di sisi lain juga menjadi ancaman bagi industri minyak global. 

Awal pekan ini, Senin (9/11/2020) harga minyak terutama untuk kontrak futures (berjangka) yang teraktif diperdagangkan melesat lebih dari 2,5%. Pada 09.40 WIB, harga minyak berjangka Brent naik 2,51% ke US$ 40,44/barel dan untuk West Texas Intermediate (WTI) terapresiasi 2,67% ke US$ 38,13/barel.

Sistem pemilu di AS menggunakan pendekatan demokrasi tak langsung melalui lembaga pemilihan (electoral college). Untuk melenggang ke Gedung Putih, kandidat harus meraup 270 suara elektoral.

Sampai sejauh ini Joe Biden yang merupakan kandidat dari Partai Demokrat telah berhasil meraup 290 suara elektoral jauh meninggalkan rivalnya Donald Trump dengan 214 suara elektoral.

Pasar telah mengantisipasi kemenangan Biden. Dolar AS pun anjlok lagi ke posisi terendah dalam dua tahun. Akibatnya aset-aset keuangan dan komoditas seperti saham, emas dan minyak terdorong naik. 

Melemahnya dolar AS dipicu oleh kemungkinan adanya stimulus ekonomi AS jilid dua yang bernilai jumbo senilai US$ 2,2 triliun. Hanya saja yang perlu dicatat adalah kongres masih terbelah. 

Majelis rendah atau House (DPR) dikuasai oleh Demokrat sementara Senat dikuasai oleh Republik. Ada indikasi bahwa negosiasi stimulus tetap berjalan alot. 

Kemenangan Biden juga membuat pelaku industri minyak global terutama para kartel yang terdiri dari negara-negara eksportir minyak dan aliansinya (OPEC+) cemas. Selain karena Biden yang kontra terhadap bahan bakar fosil, peta kebijakan luar negeri AS juga akan berubah. 

Pria yang berusia tiga tahun lebih tua dari Trump itu mengatakan bakal mengkaji ulang hubungannya dengan Arab Saudi. Ia juga menganggap bahwa Rusia merupakan ancaman bagi AS dan global. Di sisi lain Biden juga berpotensi meninjau ulang perjanjian soal nuklir dengan Iran yang ditinggalkan Trump. 

Potensi relaksasi sanksi ekonomi yang diterapkan Biden untuk Iran dan Venezuela bakal berakibat pada peningkatan pasokan minyak di pasar. Padahal saat ini permintaan semakin melemah akibat lonjakan kasus infeksi Covid-19 dan lockdown serta banjir pasokan dari Libya. 

"Sanksi Iran dapat dievaluasi ulang dan kemudian Iran akan kembali ke pasar, jadi lagi-lagi akan ada kelebihan pasokan dan kesepakatan pemotongan saat ini akan berisiko," kata sumber OPEC sebelum hasil pemilu diumumkan.

"Ada risiko Rusia meninggalkan kesepakatan OPEC + juga yang berarti jatuhnya kesepakatan, karena Trump yang membawa Moskow ikut serta," kata sumber itu, melansir Reuters. 

Bagaimanapun juga harga minyak masih berpotensi untuk volatil dan cenderung tertekan dengan segala risiko ketidakpastian yang ada. 

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan