Rabu, 23 Juli 2025

Perdana Menteri Jepang Ishiba Bantah Kabar Pengunduran Diri di Tengah Krisis Politik



Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba membantah tegas laporan media yang menyebutkan bahwa dirinya akan segera mengumumkan pengunduran diri, menyusul kekalahan bersejarah dalam pemilihan majelis tinggi pada hari Minggu lalu. Penolakan ini disampaikan setelah serangkaian pertemuan penting dengan para tokoh senior Partai Demokrat Liberal (LDP) di Tokyo.

Dalam konferensi pers yang digelar Rabu sore, Ishiba menegaskan bahwa kabar pengunduran dirinya tidak berdasar. "Tidak ada kebenaran dalam laporan tersebut," ujarnya setelah bertemu dengan tiga mantan pemimpin dan tokoh kunci partai: Yoshihide Suga, Taro Aso, dan Fumio Kishida. Ia juga menyatakan bahwa dalam pertemuan tersebut, mereka tidak membahas soal kelanjutan posisinya sebagai perdana menteri.

Sekretaris Jenderal LDP, Hiroshi Moriyama, yang turut hadir dalam pertemuan itu, menyatakan bahwa mereka sepakat untuk menghadapi kondisi partai saat ini dengan rasa urgensi yang tinggi dan mencegah perpecahan internal. Menurutnya, solidaritas partai menjadi prioritas utama di tengah menurunnya dukungan publik.

Sebelum Ishiba memberikan klarifikasi, surat kabar Yomiuri melaporkan bahwa ia telah menyampaikan niatnya untuk mundur kepada orang-orang terdekatnya, bahkan menyebutkan pengumuman resmi bisa dilakukan pada bulan ini. Media lokal lainnya menyebut bulan Agustus sebagai waktu yang lebih mungkin. Laporan tersebut muncul tak lama setelah kesepakatan dagang AS-Jepang diumumkan, yang menurunkan tarif mobil dan bea impor lainnya dari Jepang hingga 15%.

Yomiuri juga menyatakan bahwa Ishiba merasa sudah saatnya bertanggung jawab atas hasil pemilu majelis tinggi, terlebih karena ada kemajuan penting dalam perundingan dagang yang selama ini menjadi perhatian utama pemerintahannya.

Pasar merespons laporan pengunduran diri Ishiba dengan cepat. Yen Jepang melemah hingga menyentuh level 147,20 terhadap dolar AS, sebelum kembali menguat sebagian setelah Ishiba memberikan bantahan resmi.

Surat kabar Sankei melaporkan bahwa keputusan final mengenai masa depan Ishiba kemungkinan akan diambil pada akhir Agustus, mengingat jadwal padatnya di awal bulan. Jika Ishiba benar-benar mengundurkan diri, maka pemilihan pemimpin baru LDP dijadwalkan akan berlangsung sekitar bulan September.

Untuk menggantikan posisi Ishiba sebagai perdana menteri, kandidat baru dari LDP harus mendapatkan dukungan dari parlemen. Ini berarti koalisi yang berkuasa perlu menjalin kerja sama tertentu dengan partai oposisi — sebuah skenario yang belum pernah terjadi sejak LDP didirikan pada tahun 1955.

“Ini menandai dimulainya periode spekulasi mengenai siapa yang akan menjadi pemimpin berikutnya,” kata William Chou, Wakil Direktur Japan Chair di Hudson Institute. “Saat ini, situasinya penuh ketidakpastian dan spekulasi.”

Kekalahan LDP dalam pemilu majelis tinggi membuat partai tersebut kehilangan mayoritas di kedua kamar parlemen untuk pertama kalinya dalam sejarahnya. Ishiba sebelumnya menyatakan bahwa proses perundingan dagang dengan AS menjadi alasan penting baginya untuk tetap menjabat. Namun, kesepakatan dagang yang telah tercapai justru dianggap oleh sebagian pihak sebagai alasan yang sah untuk dirinya mundur.

Dukungan publik terhadap pemerintahan Ishiba kini berada pada titik kritis. Survei besar terbaru menunjukkan tingkat persetujuan terhadapnya hanya sedikit di atas 20%, level yang secara historis dianggap sangat rendah dan tidak stabil bagi kelangsungan sebuah pemerintahan di Jepang.

Dengan tekanan politik yang semakin kuat, masa depan Ishiba sebagai pemimpin negara kian dipertanyakan. Meski ia masih bertahan, posisinya tampak rapuh di tengah dorongan internal partai dan gejolak publik yang menginginkan perubahan kepemimpinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar