Nilai tukar yen Jepang kembali merosot dan menembus level 147 per dolar AS pada hari Rabu, menandai penurunan untuk sesi ketiga berturut-turut. Pelemahan ini mencerminkan meningkatnya tekanan pasar terhadap mata uang Jepang, seiring memburuknya hubungan dagang antara Jepang dan Amerika Serikat, khususnya terkait proteksi Jepang atas pasar beras domestiknya yang menjadi titik gesekan utama.
Ketegangan memuncak setelah Presiden AS Donald Trump secara resmi mengumumkan tarif sebesar 25% atas berbagai produk Jepang, yang dijadwalkan mulai berlaku pada 1 Agustus mendatang. Trump menegaskan bahwa kebijakan tarif tersebut bersifat final—tanpa ruang untuk revisi atau penundaan—dan berlaku untuk 14 negara sekaligus, menambah tekanan pada mitra dagang utama Washington, termasuk Tokyo.
Pemerintah Jepang merespons dengan nada diplomatis namun tegas. Perdana Menteri Shigeru Ishiba menyebut kebijakan tersebut sebagai "sangat disesalkan," namun menegaskan bahwa Jepang akan tetap melanjutkan dialog dengan pihak AS untuk mencari solusi yang adil dan saling menguntungkan. Pernyataan ini menunjukkan pendekatan negosiasi terbuka dari Jepang meskipun berada di bawah tekanan ekonomi dan politik yang signifikan.
Dari sisi moneter, Bank of Japan (BoJ) turut menyampaikan kekhawatirannya terhadap dampak jangka menengah dari kebijakan tarif ini terhadap stabilitas harga domestik. Anggota dewan BoJ, Junko Koeda, menyatakan bahwa bank sentral kini mengamati secara ketat potensi efek lanjutan terhadap inflasi inti, terutama dari kemungkinan lonjakan harga pangan seperti beras, yang merupakan komoditas strategis di pasar domestik Jepang.
Pelemahan yen dalam konteks ini juga memperlihatkan ketidakseimbangan yang dihadapi BoJ: di satu sisi, mata uang yang lebih lemah bisa meningkatkan daya saing ekspor Jepang, namun di sisi lain, dapat memicu tekanan inflasi impor, terutama di sektor pangan dan energi. Ketidakpastian kebijakan perdagangan global yang terus meningkat membuat ruang gerak kebijakan moneter Jepang semakin sempit.
Secara teknikal, jika tekanan terhadap yen terus berlanjut, potensi pelemahan lanjutan dapat membawa nilai tukar ke kisaran 148–149 per dolar dalam waktu dekat, terutama jika negosiasi bilateral tidak menunjukkan kemajuan. Para pelaku pasar kini menantikan rilis data ekonomi Jepang serta perkembangan lebih lanjut dalam perundingan dagang untuk menentukan arah tren nilai tukar berikutnya.
Dengan dinamika geopolitik yang kompleks dan risiko ekonomi yang meningkat, posisi yen akan sangat dipengaruhi oleh sentimen pasar terhadap stabilitas kawasan serta kemampuan Jepang mempertahankan komitmennya terhadap kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar