Selasa, 23 Oktober 2018

Rupiah Melemah Jelang Rapat BI, Sentuh Rp15.200 per Dolar AS | PT Rifan Financindo

Rupiah Melemah Jelang Rapat BI, Sentuh Rp15.200 per Dolar AS
PT Rifan Financindo -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp15.200 per dolar AS pada perdagangan pasar spot pagi ini, Selasa (23/10). Posisi ini melemah 13 poin atau 0,09 persen dari kemarin sore, Senin (22/10) di Rp15.187 per dolar AS.

Di kawasan Asia, mayoritas mata uang melemah dari dolar AS. Won Korea Selatan minus 0,5 persen peso Filipina minus 0,18 persen, baht Thailand minus 0,09 persen, ringgit Malaysia minus 0,05 persen, dan dolar Singapura minus 0,04 persen. Namun, dolar Hong Kong menguat 0,01 persen dan yen Jepang 0,03 persen.

Begitu pula dengan mata uang utama negara maju. Rubel Rusia minus 0,15 persen, dolar Australia minus 0,11 persen, euro Eropa minus 0,03 persen, franc Swiss minus 0,03 persen, dan poundsterling Inggris minus 0,01 persen. Hanya dolar Kanada yang menguat 0,04 persen dari mata uang Negeri Paman Sam.

Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp15.100-15.240 per dolar AS pada hari ini dengan kecenderungan bergerak stabil. Menurutnya, sentimen yang mempengaruhi rupiah hari ini akan berasal dari pernyataan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI).

Namun, karena pasar sudah berekspektasi bank sentral nasional akan mempertahankan tingkat bunga acuan, maka pengaruhnya terhadap mata uang Garuda diperkirakan tidak banyak.

"Karena memang fundamental ekonomi saat ini bukan alasan BI untuk menaikkan bunga. Inflasi juga masih stabil. Jadi tidak urgent (mendesak) untuk menaikkan bunga acuan dan pasar sudah tahu itu," katanya kepada CNNIndonesia.com, dikutip Selasa (23/10).(uli/bir)

Sumber : CNN Indonesia
PT Rifan Financindo

Senin, 22 Oktober 2018

Harga Minyak Pekan Lalu Tertekan Peningkatan Produksi AS | Rifanfinancindo

Harga Minyak Pekan Lalu Tertekan Peningkatan Produksi AS

Rifanfinancindo -- Harga minyak dunia kembali merosot sepanjang pekan lalu. Pelemahan dipicu oleh kenaikan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran terhadap perang dagang yang berpotensi menyeret aktivitas perekonomian.

Dilansir dari Reuters, Senin (22/10), harga minyak mentah berjangka Brent pada Jumat (19/10) merosot sekitar 0,9 persen menjadi US$79,78 per barel secara mingguan.

Pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) sebesar 3,1 persen menjadi US$69,12 per barel.

Kedua harga acuan global juga melemah pada pekan sebelumnya. Harga Brent dan WTI telah merosot sekitar US$7 per barel dari level tertinggi dalam empat tahun terakhir yang terjadi pada awal Oktober 2018 lalu.

Selanjutnya, selisih harga antara WTI dan Brent mencapai level terlebar sejak 8 Juni 2018 menjadi US$11 per barel.

Pekan lalu, harga minyak dunia tertekan oleh data kenaikan persediaan minyak mentah AS sebesar 6,5 juta barel pada pekan sebelumnya. Kenaikan tersebut terjadi selama empat pekan berturut-turut dan hampir tiga kali lipat dari perkiraan analis.

Sebenarnya, pada Jumat (19/10) lalu, kedua harga acuan secara harian menguat. Hal itu dipicu oleh muncul sinyal melesatnya permintaan minyak dari China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia.

Secara harian, penguatan pada Brent dan WTI masing-masing sebesar US$0,49 dan US$0,47 per barel.

Berdasarkan data pemerintah China, Aktivitas pengilangan di Negeri Tirai Bambu menanjak pada September lalu menjadi 12,49 juta barel per hari (bph). Hal itu memberikan harapan terhadap meningkatkan permintaan minyak di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga ke level terendah sejal krisis keuangan global.

Sementara itu, sumber Reuters menyatakan pengawas Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan non OPEC mencatat tingkat kepatuhan produsen minyak terhadap kesepakatan pemangkasan pasokan merosot ke 111 persen pada September 2018 lalu dari sebelumnya 129 persen pada Agustus 2018 lalu.

Sebelumnya, OPEC dan sekutunya telah memangkas produksi minyak dari produsen minyak utama dunia sejak 2017 untuk mengerek harga minyak.


"Kenaikan produksi OPEC dan non OPEC belum mampu menyamai berkurangnya pasokan dari Iran, sehingga membuat pasar khawatir apakah mereka (OPEC) mampu atau tidak memenuhi pasokan yang berkurang," tutur Presiden Lippo Oil Associates Andrew Lipow.

Perhatian pasar telah terfokus pada sanksi AS terhadap Iran yang akan berlaku efektif mulai 4 November 2018. Sanksi tersebut bakal memangkas ekspor minyak dari produsen minyak terbesar ketiga OPEC tersebut.

Jumat (19/10) lalu, minyak mentah AS awal bulan diperdagangkan dengan diskon terbesar hingga dua bulan untuk hampir setahun. Para trader mengantisipasi kenaikan persediaan minyak lebih jauh di Cushing seiring beroperasinya jaringan pipa baru.

Kemudian, perusahaan layanan energi Baker Hughes mencatat jumlah rig di AS naik empat menjadi 873 rig pada pekan lalu, tertinggi sejak Maret 2015. Sebagai catatan, jumlah rig bisa menjadi indikasi output produk kilang di masa depan.

Sementara, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi AS (CFTC) mencatat manajer keuangan telah memangkas posisi beli bersih untuk kontrak berjangka dan opsi minyak mentah AS di New York dan London sebesar 37.080 menjadi 259.375 pada pekan yang berakhir pada 16 Oktober 2018, terendah sejak 19 September 2017. (sfr/bir)

Sumber : CNN Indonesia
Rifanfinancindo

Jumat, 19 Oktober 2018

Dolar AS Kembali Dekati Rp 15.200 | Rifan Financindo

Foto: Dolar AS/ Selfie Miftahul Jannah
Rifan Financindo - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pagi ini dibuka menguat. Dolar AS berada di level Rp 15.195 atau lebih tinggi dibandingkan posisi kemarin di Rp 15.190.

Demikian dikutip dari Reuters, Kamis (19/10/2018).

Dolar AS berada di level tertinginya di Rp 15.195 atau hampir mendekati level Rp 15.200. Sementara level terendahnya di Rp 15.192.\

Membuka perdagangan, pagi hari ini IHSG masih berada di zona merah. IHSG turun 44,033 poin (0,75%) ke 5.801,209. Indeks LQ45 juga turun 1,08% ke 910,217.

Pagi ini sentimen akan berkisar mengenai risalah The Fed yang berencana akan tetap menaikkan suku bunga acuannya.

Hal ini lah yang akan membuat para pelaku pasar dan investor menantikan RDGI (Rapat Dewan Gubernur BI) yang akan berlangsung pada tanggal 23 Oktober nanti.

Pandangan Bank Indonesia khususnya terkait volatilitas Rupiah dan strategi Bank Indonesia hingga akhir tahun akan menjadi sentimen tersendiri pada saat RDGI nanti.

Kamis, 18 Oktober 2018

Rupiah Kembali Tertekan Sentimen Kenaikan Bunga Acuan AS | PT Rifan Financindo

Rupiah Kembali Tertekan Sentimen Kenaikan Bunga Acuan As
PT Rifan Financindo -- Nilai tukar rupiah melemah pada perdagangan Kamis (18/10) pagi. Di pasar spot, rupiah diperdagangkan di level Rp15.195 per dolar Amerika Serikat (AS), melemah dibanding perdagangan Rabu (17/10) sore yang diperdagangkan di kisaran Rp15.150 per dolar.

Rupiah tidak sendirian. Mata uang garuda melemah bersama sejumlah mata uang Asia lainnya, seperti; won Korea yang melemah 0,54 persen, Peso Filipina yang melemah 0,18 persen, rupee India yang melemah 0,18 persen, baht Thailand yang melemah 0,28 persen.

Rupiah hanya beda nasib dengan dolar Hongkong yang menguat tipis 0,01 persen dan yen Jepang yang menguat 0,09 persen. Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan pergerakan rupiah melemah pada hari ini karena pasar me-respons hasil rapat bank sentral AS, The Federal Reserve.

Dalam risalah rapatnya, para jajaran The Fed sepakat untuk tetap agresif (hawkish) dalam mengerek bunga acuan pada tahun ini. "Antisipasi kebijakan tersebut rupiah diperkirakan bergerak di rentang Rp15.070-15.210 per dolar AS hari ini," kata Dini kepada CNNIndonesia.com, Kamis (18/10).

Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelemahan rupiah tertahan oleh rilis data ekonomi dalam negeri, salah satunya neraca perdagangan dan indeks keyakinan konsumen dalam negeri yang baik.

Data tersebut akan membuat pelemahan rupiah pada hari ini tertahan di kisaran Rp15.160-Rp15.215 per dolar AS.(uli/agt)
Sumber : CNN Indonesia
PT Rifan Financindo

Rabu, 17 Oktober 2018

Dolar AS Melemah ke Rp 15.180 | Rifanfinancindo

Foto: Agung Pambudhy
Rifanfinancindo - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pagi ini keluar dari level Rp 15.200. Pagi ini dolar AS berada di level Rp 15.180.

Mengutip reuters, Rabu (17/10/2018), mata uang Paman Sam ini bergerak dari level Rp 15.172 ke Rp 15.180. Rupiah menunjukkan keperkasaannya setelah kemarin seharian berada di level Rp 15.200-an.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan dalam menentukan nilai dolar AS sulit tak bisa menggunakan ilmu sains.
"Kalau murni kursnya naik dan interest rate BI mengikuti The Fed maka neraca pembayaran harus dijaga dan growth ekonomi akan melemah," imbuh dia.

Dia mengungkapkan jika mengenai kurs gubernur BI adalah orang yang tepat untuk menjelaskan karena sesuai dengan Undang-undang dan mandat.

"Sesuai UU BI yang mengelola stabilisasi nilai tukar. Tapi ini didesain supaya harmonis dan menjaga ekonomi secara bersama-sama," jelas dia.