PT Rifan Financindo -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp15.200 per dolar AS
pada perdagangan pasar spot pagi ini, Selasa (23/10). Posisi ini
melemah 13 poin atau 0,09 persen dari kemarin sore, Senin (22/10) di
Rp15.187 per dolar AS.
Di kawasan Asia, mayoritas mata uang melemah dari dolar AS. Won Korea Selatan minus 0,5 persen peso Filipina minus 0,18 persen, baht Thailand minus 0,09 persen, ringgit Malaysia minus 0,05 persen, dan dolar Singapura minus 0,04 persen. Namun, dolar Hong Kong menguat 0,01 persen dan yen Jepang 0,03 persen.
Di kawasan Asia, mayoritas mata uang melemah dari dolar AS. Won Korea Selatan minus 0,5 persen peso Filipina minus 0,18 persen, baht Thailand minus 0,09 persen, ringgit Malaysia minus 0,05 persen, dan dolar Singapura minus 0,04 persen. Namun, dolar Hong Kong menguat 0,01 persen dan yen Jepang 0,03 persen.
Begitu pula dengan mata uang utama negara maju. Rubel Rusia minus
0,15 persen, dolar Australia minus 0,11 persen, euro Eropa minus 0,03
persen, franc Swiss minus 0,03 persen, dan poundsterling Inggris minus
0,01 persen. Hanya dolar Kanada yang menguat 0,04 persen dari mata uang
Negeri Paman Sam.
Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp15.100-15.240 per dolar AS pada hari ini dengan kecenderungan bergerak stabil. Menurutnya, sentimen yang mempengaruhi rupiah hari ini akan berasal dari pernyataan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI).
Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp15.100-15.240 per dolar AS pada hari ini dengan kecenderungan bergerak stabil. Menurutnya, sentimen yang mempengaruhi rupiah hari ini akan berasal dari pernyataan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI).
Namun, karena pasar sudah berekspektasi bank sentral nasional akan
mempertahankan tingkat bunga acuan, maka pengaruhnya terhadap mata uang
Garuda diperkirakan tidak banyak.
"Karena memang fundamental ekonomi saat ini bukan alasan BI untuk menaikkan bunga. Inflasi juga masih stabil. Jadi tidak urgent (mendesak) untuk menaikkan bunga acuan dan pasar sudah tahu itu," katanya kepada CNNIndonesia.com, dikutip Selasa (23/10).(uli/bir)
"Karena memang fundamental ekonomi saat ini bukan alasan BI untuk menaikkan bunga. Inflasi juga masih stabil. Jadi tidak urgent (mendesak) untuk menaikkan bunga acuan dan pasar sudah tahu itu," katanya kepada CNNIndonesia.com, dikutip Selasa (23/10).(uli/bir)
Sumber : CNN Indonesia
PT Rifan Financindo
PT Rifan Financindo