Rabu, 11 November 2020

Semesta Mendukung! Rupiah Berpeluang Sentuh Rp 13.810/US$

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT RifanNilai tukar rupiah melanjutkan reli melawan dolar Amerika Serikat (AS) setelah menguat 6 hari beruntun melawan Selasa kemarin (10/11). Kabar vaksin virus corona dari Pfizer menjadi pemicu penguatan mata uang Garuda.

Melansir data Refinitiv, rupiah membukukan penguatan tipis 0,07% di Rp 14.040/US$, meski sebelumnya sempat menguat 0,53% ke Rp 13.975/US$, level terkuat dalam 5 bulan terakhir.

Sejak pekan lalu, Rupiah kini sudah menguat lebih dari 4%, tetapi pergerakan kemarin memperlihatkan adanya risiko koreksi akibat aksi ambil untung (profit taking), yang bisa membebani rupiah hari ini, Rabu (11/11/2020).

Apalagi yang dihadapi adalah level Rp 14.000/US$, yang merupakan level "angker" alias level psikologis.

Pfizer, perusahaan farmasi asal AS yang berkolaborasi dengan BioNTech asal Jerman, mengumumkan vaksin buatannya efektif menangkal penyakit akibat virus corona (Covid-19) hingga lebih dari 90% tanpa efek samping yang berbahaya.

"Hasil pertama dari uji klinis fase tiga uji vaksin mengindikasikan kemampuan vaksin kami untuk mencegah Covid-19," ujar Chairman & CEO Pfizer Albert Bourla dalam pernyataannya kemarin, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (9/11/2020).

Pengumuman tersebut membuat sentimen pelaku pasar global membaik, dan aliran modal kembali masuk deras ke Indonesia, yang menjadi tenaga bagi rupiah untuk menguat.

Hasil pemilihan presiden di AS yang menunjukkan kemenangan Joseph 'Joe' Biden dari petahanan Donald Trump menjadi pemicu awal capital inflow yang basar.

Data Bank Indonesia menunjukkan pada periode 2-5 November 2020, transaksi nonresiden di pasar keuangan domestik membukukan beli neto Rp3,81 triliun. Rinciannya, beli neto di pasar SBN sebesar Rp3,87 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 0,06 triliun.

Sementara data dari Bursa Efek Indonesia menunjukkan sepanjang pekan lalu, investor asing melakukan aksi beli (net buy) sebesar Rp 1,2 triliun. Aksi beli masih berlangsung 2 hari terakhir, sebesar Rp 189 miliar di hari Senin, dan kemarin Rp 1,73 triliun.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang bisa diperhatikan mengingat rupiah menguat tipis kemarin. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini bergerak jauh di bawah Kemudian rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), sehingga memberikan momentum penguatan.

Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian yang berada di wilayah jenuh jual (oversold).

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah. 

Artinya ada risiko rupiah akan terkoreksi akibat aksi ambil untung (profit taking), dengan resisten berada di kisaran Rp 14.080/US$. Jika dilewati, rupiah berisiko melemah lebih jauh ke Rp 14.150/US$.

Level psikologis Rp 14.000/US$, menjadi support terdekat, jika ditembus rupiah berpotensi menguat menguji kembali level Rp 13.975/US$ sebelum menuju Rp 13.935/US$ jika mampu dilewati juga.

Support selanjutnya di Rp 13.900/US$, jika mampu ditembus akan membuka peluang ke Rp 13.810/US$ di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Selasa, 10 November 2020

Dolar AS 'Dikeroyok' di Asia, Rupiah Salah Satu Pelakunya!

Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

PT Rifan Financindo Berjangka - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun melanjutkan penguatan di perdagangan pasar spot.

Pada Selasa (10/11/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.015. Rupiah menguat tajam 1,11% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Mata uang Tanah Air juga hijau di perdagangan pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.010 di mana rupiah menguat 0,28%.

Kala pembukaan pasar, rupiah sempat menguat 0,36% di Rp 14.000/US$. Seiring perjalanan, apresiasi rupiah tergerus dan dolar AS belum bisa ditekan ke bawah Rp 14.000.

Namun ruang rupiah menguat hingga ke kisaran Rp 13.000-an/US$ masih terbuka. Pasalnya, sentimen pasar sedang memihak aset-aset berisiko.

Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York ditutup menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 2,95% dan S&P 500 melonjak 1,17%.

Ini jadi pertanda bahwa investor berani mengambil risiko sehingga aset aman seperti dolar AS kekurangan peminat. Pada pukul 09:24 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,12%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini anjlok 1%.

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 09 November 2020

Biden Menang Pilpres AS, kok Harga Minyak Malah Terbang?

Pumpjacks are seen at an oil field in Huaian, Jiangsu province, China November 11, 2017. Picture taken November 11, 2017. REUTERS/Stringer  ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT.
Foto: REUTERS/Stringer

 

PT Rifan FinancindoSelera investor terhadap risiko membaik seiring dengan kemenangan Joe Biden dalam kontestasi politik pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) ke-46. Harga aset keuangan dan komoditas termasuk minyak mengalami kenaikan. Namun kemenangan Biden di sisi lain juga menjadi ancaman bagi industri minyak global. 

Awal pekan ini, Senin (9/11/2020) harga minyak terutama untuk kontrak futures (berjangka) yang teraktif diperdagangkan melesat lebih dari 2,5%. Pada 09.40 WIB, harga minyak berjangka Brent naik 2,51% ke US$ 40,44/barel dan untuk West Texas Intermediate (WTI) terapresiasi 2,67% ke US$ 38,13/barel.

Sistem pemilu di AS menggunakan pendekatan demokrasi tak langsung melalui lembaga pemilihan (electoral college). Untuk melenggang ke Gedung Putih, kandidat harus meraup 270 suara elektoral.

Sampai sejauh ini Joe Biden yang merupakan kandidat dari Partai Demokrat telah berhasil meraup 290 suara elektoral jauh meninggalkan rivalnya Donald Trump dengan 214 suara elektoral.

Pasar telah mengantisipasi kemenangan Biden. Dolar AS pun anjlok lagi ke posisi terendah dalam dua tahun. Akibatnya aset-aset keuangan dan komoditas seperti saham, emas dan minyak terdorong naik. 

Melemahnya dolar AS dipicu oleh kemungkinan adanya stimulus ekonomi AS jilid dua yang bernilai jumbo senilai US$ 2,2 triliun. Hanya saja yang perlu dicatat adalah kongres masih terbelah. 

Majelis rendah atau House (DPR) dikuasai oleh Demokrat sementara Senat dikuasai oleh Republik. Ada indikasi bahwa negosiasi stimulus tetap berjalan alot. 

Kemenangan Biden juga membuat pelaku industri minyak global terutama para kartel yang terdiri dari negara-negara eksportir minyak dan aliansinya (OPEC+) cemas. Selain karena Biden yang kontra terhadap bahan bakar fosil, peta kebijakan luar negeri AS juga akan berubah. 

Pria yang berusia tiga tahun lebih tua dari Trump itu mengatakan bakal mengkaji ulang hubungannya dengan Arab Saudi. Ia juga menganggap bahwa Rusia merupakan ancaman bagi AS dan global. Di sisi lain Biden juga berpotensi meninjau ulang perjanjian soal nuklir dengan Iran yang ditinggalkan Trump. 

Potensi relaksasi sanksi ekonomi yang diterapkan Biden untuk Iran dan Venezuela bakal berakibat pada peningkatan pasokan minyak di pasar. Padahal saat ini permintaan semakin melemah akibat lonjakan kasus infeksi Covid-19 dan lockdown serta banjir pasokan dari Libya. 

"Sanksi Iran dapat dievaluasi ulang dan kemudian Iran akan kembali ke pasar, jadi lagi-lagi akan ada kelebihan pasokan dan kesepakatan pemotongan saat ini akan berisiko," kata sumber OPEC sebelum hasil pemilu diumumkan.

"Ada risiko Rusia meninggalkan kesepakatan OPEC + juga yang berarti jatuhnya kesepakatan, karena Trump yang membawa Moskow ikut serta," kata sumber itu, melansir Reuters. 

Bagaimanapun juga harga minyak masih berpotensi untuk volatil dan cenderung tertekan dengan segala risiko ketidakpastian yang ada. 

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 06 November 2020

Rupiah Jaya! Dolar AS di Rp 14.250, Terlemah Sejak Juli

Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

 

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Faktor eksternal sepertinya masih menjadi pendorong penguatan rupiah, utamanya dari perkembangan pemilihan presiden (pilpres) AS.

Pada Jumat (6/11/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.250 kala pembukaan pasar spot, terkuat sejak awal Juli. Rupiah menguat 0,84% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi tajam 1,17% di hadapan dolar AS. Ini menjadi pengutan harian terbaik sejak 5 Juni. Rupiah yang berada di Rp 14.370/US$ adalah yang terkuat sejak 13 Juli.

Hari ini, bukan tidak mungkin pencapaian serupa bisa diraih. Soalnya mood investor sedang bagus, minat terhadap aset-aset berisiko tengah membuncah.

Tingginya risk appetite pelaku pasar terlihat di bursa saham New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,95%, S&P 500 menanjak 1,95%, dan Nasdq Composite melompat 2,59%.

Pelaku pasar merespons positif hasil sementara pilpres AS. Per pukul 07:41 WIB, sang penantang Joseph 'Joe' Biden (Partai Demokrat) unggul atas petahana Donald Trump(Partai Republik dengan suara elektoral (electoral college vote) 264 berbanding 214. Butuh 270 suara elektoral untuk memenangi pilpres.

Ya, investor memang lebih mengunggulkan Biden untuk menjadi penunggu Gedung Putih yang baru. Jika Biden menang, maka kemungkinan pemerintah akan menggelontorkan paket stimulus fiskal yang lebih besar.

Sebagai informasi, kubu Demokrat mengusulkan paket stimulus baru senilai US$ 2,2 triliun, lebih tinggi ketimbang proposal pemerintahan Trump yaitu US$ 1,8 triliun. Pembahasan stimulus masih mandek, karena semua fokus ke pilpres.

"Kami memperkirakan ada stimulus besar tahun depan. Stimulus itu, ditambah dengan kehadiran vaksin anti-virus corona (Coronavirus Diseasei-2019/Covid-19), akan mengangkat ekonomi dan mendorong pertumbuhan. Kami sangat yakin dengan prospek 2021 dan 2022," tegas James Knightly, Chief International Economist ING Group, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 05 November 2020

Yakin Goodbye Mr Trump, Wall Street Ijo Royo-royo

Traders work on the floor at the New York Stock Exchange (NYSE) at the end of the day's trading in Manhattan, New York, U.S., August 27, 2018. REUTERS/Andrew Kelly
Foto: REUTERS/Andrew Kelly

PT Rifan - Saham Wall Street Amerika Serikat (AS) ditutup di zona hijau, Rabu (4/11/2020). Pasar menanggapi positif keunggulan sementara calon dari Partai Demokrat Joe Biden dan mengabaikan risiko 'ancaman' tuntutan hukum petahana Presiden Donald Trump.

Dow Jones Industrial Average naik 1,3% ke 27.847,66, baik untuk tiga sesi berturut-turut. Sementara S&P 500 naik 2,2% ke 3.443,44 dan Nasdaq baik 3,9% ke 11.590,78.

Para analis menghubungkan reli ini dengan 'gelombang biru'. Di mana Partai Demokrat bukan hanya menang di DPR AS, tapi juga Senat, yang selama ini dikuasai Republik, dan Gedung Putih.

Meski belum selesai perhitungan, Biden dalam posisi unggul dibanding Trump. Berdasarkan data sementara Associated Press, Biden memperolaeh 248 dukungan elektoral yang jadi penentu kemenangan pemilu AS sementara Trump 214.



"Pasar sedikit lega," kata Shawn Cruz, ahli strategi pasar senior di TD Ameritrade, dikutip dari AFP.

"Hasil itu akan memoderasi kebijakan dari Washington, mengurangi kemungkinan kenaikan atau perbaikan pajak besar-besaran terutama ke bidang perawatan kesehatan dan bidang lain."

Pasar, kata dia, mengabaikan ancaman tuntutan hukum Trump. Pasar juga tidak bereaksi saat Trump meminta perhitungan ulang di Wisconsin setelah negara bagian itu memenangkan suara untuk Biden.

Sementara itu, di saat yang sama, AS dibayangi rilis ekonomi cukup berat. Perekrutan pekerjaan di sektor swasta lebih lemah dibanding perkiraan Oktober seiring dengan 'lempemnya' aktivitas sektor jasa.

Ini dipublikasikan jelang dua hari pertemuan bank sentral AS, The Fed. Lembaga moneter yang dipimpin Jerome Powell itu diharap memberi sinyal lebih banyak ke pasar bahwa The Fed akan membantu memulihkan perekonomian yang terpuruk karena corona.

Dari individual saham, Uber Technologies melonjak 14,6%, diikuti Lyft 11,3%.(sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan