Jumat, 02 Februari 2018

Wilayah Pekanbaru Alami Pemadaman Listrik Selama 16 Jam | Rifanfinancindo Palembang


Rifanfinancindo - Palembang - Sebagian area di Kota Pekanbaru, Riau, mengalami pemadaman listrik tak terjadwal selama 16 jam, yang sampai kini PLN belum mengetahui penyebabnya.

"Sejak Kamis jam 5 sore listrik padam. Sudah 16 jam berlangsung tanpa ada penjelasan dari PLN," kata Widiarso, warga Jl. Sumatera Kulim, Jumat (2/2/2018).

Ia mengaku sudah melaporkannya ke PLN, namun tidak ada penjelasan yang diberikan. "Saya terpaksa bawa anak-istri mandi di rumah mertua karena lampu masih padam sampai sekarang," katanya.

Keluhan serupa juga diutarakan oleh Syahnan Rangkuti, yang juga warga, bahwa listrik di daerahnya "byar-pet" padahal tidak ada jadwal pemadaman.

"Di rumahku jam 10 malam mati, terus 30 menit hidup. Jam 4 pagi mati lagi sampai sekarang. Untung matahari mulai bersinar," katanya.

Ia mengeluhkan PLN tetap saja hanya bisa mengatakan ada gangguan tapi tetap gak ada penjelasan gangguannya apa dan berapa lama perbaikannya.

"Kalau soal gangguan, sejak PLN belum lahir, gangguan itu sudah ada," katanya.

Sementara itu, Humas PLN Cabang Pekanbaru, Komang, menyatakan PLN telah mengupayakan sejak semalam untuk penormalan namun gagal. Kondisi saat ini masih padam dari Simpang Alam Mayang ke arah Teluk Lembu, Pekanbaru.

"Titik gangguan masih dalam penelusuran oleh tim," kata Komang.
(kmj)

Sumber : Okezone


Kamis, 01 Februari 2018

BI: Rata-Rata Suku Bunga Kredit 11,3% | Rifan Financindo Palembang


Rifan Financindo - Palembang - Bank Indonesia melalui surveinya menyebutkan rata-rata suku bunga kredit perbankan sebesar 11,3% hingga akhir Desember 2017, atau menunjukkan penurunan tipis 15 basis poin.
Penurunan tersebut dipengaruhi dampak dari penyesuaian suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate Bank Sentral yang sejak akhir 2015 hingga Oktober 2017 turun 200 basis poin. Suku bunga 7-Day Reverse Repo Rate saat ini sebesar 4,25%.

"Sedangkan suku bunga simpanan berjangka dengan tenor 3, 6, dan 12 bulan yang masing-masing tercatat sebesar 6,11%, 6,61%, dan 6,8%, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 6,17%, 6,63%, dan 6,82%," tulis BI dalam Analisis Uang Beredar. 

Sedangkan suku bunga simpanan tenor 1 dan 12 bulan mengalami peningkatan dari 5,8% dan 6,72% menjadi 5,81% dan 6,73% pada Desember 2017.
Di sisi lain, kredit yang disalurkan perbankan pada akhir Desember 2017 tercatat Rp4.763,2 triliun atau tumbuh 8,2 peren (tahun ke tahun/yoy).
Namun data kredit tersebut tidak termasuk instrumen keuangan yang dipersamakan dengan pinjaman, seperti surat berharga (Debt Securities), tagihan akseptasi (Banker's Acceptances), dan Tagihan Repo. 

Selain itu, kredit yang diberikan tidak termasuk kredit yang diberikan oleh kantor Bank Umum yang berkedudukan di luar negeri, dan kredit yang disalurkan kepada Pemerintah Pusat dan Bukan Penduduk Kredit tersebut menjadi salah satu faktor pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2). Uang beredar dalam arti luas teratat melambat pada Desember 2017 atau sebesar Rp5.418,5 triliun. Angka itu tumbuh 8,3% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan November 2017 yang tumbuh 9,3% (yoy). 

Selain kredit perbankan, faktor lain yang mempengaruhi uang beredar adalah kontraksi operasi keuangan pemerintah pusat (Pempus) yang tercermin dari pertumbuhan tagihan bersih Pempus sebesar -5,7% (yoy) pada Desember 2017, lebih rendah dari 1,9% (yoy) pada November 2017.
(rzy)
Sumber : Okezone


Rabu, 31 Januari 2018

Telkom Akan Beli Saham Perusahaan Hungaria | PT Rifan Financindo Palembang

PT Rifan Financindo - Palembang - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) melalui anak usahanya, PT MetraNet, menandatangani perjanjian penyertaan saham baru bersyarat dengan Cellum Global Zrt.
Melansir keterbukaan informasi yang diterbitkan perseroan di situs Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (31/1/2018), MetraNet akan melakukan penyertaan saham baru di Cellum dalam dua tahap. Tahap pertama, MetraNet akan menyertakan saham baru senilai USD4 juta, dengan demikian, maka kepemilikan MetraNet di Cellum menjadi 20,4%.

Sementara untuk tahap kedua, MetraNet akan menyertakan saham baru di Cellum dengan nilai USD2 juta. Dengan demikian, kepemilikan saham akhir MetraNet di Cellum akan menjadi 30,4%. 

Sekadar informasi, Cellum adalah perusahaan penyedia mobile payment. Penyertaan saham baru ini, diharapkan dapat memperkuat portofolio Telkom, khususnya penguatan ekosistem bisnis fitech Telkom Group.

Cellum sendiri, adalah perusahaan ayng berdiri di bawah hukum Hungaria, yang menyediakan solusi mobile payment dan commerce services. Sementara MetraNet adalah anak usaha Telkom yang bergerak di bidang pengembangan bisnis konten mobile dan media online.
(mrt)
Sumber : Okezone


Pertamina Siap Tambah Saham di Kilang Bontang Jika Diperlukan | Rifanfinancindo Palembang

Rifanfinancindo - Palembang - PT Pertamina (Persero) telah menetapkan mitra untuk pembangunan kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR) Bontang, Kalimantan Timur. Mitra tersebut adalah perusahaan minyak asal Oman, yakni Overseas Oil and Gas LLC (OOG).
Dalam kerjasama ini, perusahaan minyak asal Oman ini tidak sendiri, melainkan membentuk konsorsium dengan perusahaan perdagangan Cosmo Oil International Pte Ltd (COI) yang merupakan trading arm dari Cosmo Energy Group, salah satu perusahaan pengolahan minyak ternama di Jepang.

Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Gigih Prakoso mengatakan, dalam tahap awal kerjasama ini Pertamina hanya akan mendapatkan 10% saham dalam Kilang Bontang. Porsi 10% tersebut, didapatkan Pertamina secara cuma-cuma, karena Pertamina tidak melakukan injeksi modal di tahap awal pembangunan kilang. 

"Kenapa kita 10% di awal? Ini dalam rangka mengurangi risiko. Bukan berarti kita tidak punya funding. Kita punya. Tapi uuntuk mengurangi risiko terhadap penyiapan project," ujarnya di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (30/1/2018).

Akan tetapi, porsi 10% tersebut belum ketetapan final. Setelah Final Investment Decision (FID), Pertamina masih memiliki kesempatan untuk meningkatkan atau memilih tetap dengan 10% saham di Kilang Bontang. "Nanti setelah FID kita akan review kembali. Kalau kita memang harus ambil majority position, kita akan lakukan," ujar dia. 

Gigih juga menjelaskan, meskipun memiliki porsi minoritas di Kilang Bontang, bukan berarti kedudukan Pertamina lemah. Pasalnya, Pertamina tidak memberikan jaminan offtake karena Pertamina bersedia bekerjasama untuk joint marketing atau kerjasama pemasaran untuk hasil produk Kilang Bontang melalui Cosmo Oil International Pte Ltd (COI). 

"Bisa desain di awal bahwa kita punya komitmen juga untuk ambil produk. Apabila untuk ketahanan nasional, tentunya kita bisa buat komitmen dengan pihak partner, apabila dalam negeri membutuhkan, tentunya harus diprioritaskan," jelasnya.

Dalam tahapan selanjutnya, Pertamina dan mitra terpilih akan menandatangani Frame Work Agreement yang dilanjutkan dengan Feasibility Study (FS) yang akan diselesaikan pada pertengahan 2019, dan dilanjutkan dengan penyusunan engineering package (FEED) hingga akhir 2020. Ditargetkan kilang Bontang beroperasi pada 2025.
(mrt)
Sumber : Okezone


Senin, 29 Januari 2018

Berkah Harga Komoditas terhadap Ekonomi Indonesia | Rifan Financindo Palembang

Rifan Financindo - Palembang - komoditas di pasar dunia menjadi sentimen positif bagi perekonomian nasional. Kenaikan harga komoditas ini melanjutkan tren positif selama 2017 lalu.
Meski dari sisi konsumsi domestik nasional pertumbuhan tidak terlalu baik, setidaknya ada katalisator yang membuat perekonomian nasional tetap seksi, yakni aktivitas ekspor komoditas. Tren kenaikan harga sejumlah komoditas asal Indonesia yang diekspor, khususnya yang bersumber dari komoditas sumber daya alam seperti karet, kelapa sawit, batu bara dan komoditas tambang lain, memberikan sentimen positif bagi penghasilan masyarakat, terutama yang tinggal di kawasan penghasil komoditas seperti Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.

Bank Dunia juga memperkirakan harga komoditas di pasar global akan terus pada fase tren meningkat pada tahun ini. Salah satunya akibat dari meningkatnya permintaan di pasar Eropa dan China. Apalagi negara-negara produsen dan pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC menyepakati pemotongan kuota produksi. Ini tentu memberikan dampak terhadap fluktuasi harga komoditas tahun ini. Bank Dunia memperkirakan untuk komoditas seperti gas alam dan batu bara akan tumbuh 4-6% pada tahun ini. Hal yang sama juga terjadi untuk komoditas berbasis mineral hasil tambang seperti nikel, emas, dan feronikel. Lalu apa dampaknya terhadap Indonesia?

Kondisi eksternal peningkatan harga komoditas di pasar dunia itu akan menopang surplus neraca perdagangan nasional. Lalu apa dampaknya bagi Indonesia? Tahun ini pemerintah memproyeksikan surplus neraca perdagangan lebih tinggi daripada tahun lalu. Peningkatan gradual harga komoditas juga telah memberikan dukungan pada ekspor tambang yang menjadi salah satu komoditas ekspor utama Indonesia. Kenaikan harga komoditas ini juga diyakini akan memberikan dampak pada pertumbuhan sektor lain seperti automotif.

Meningkatnya permintaan komoditas global secara langsung mendorong pertumbuhan perdagangan internasional, khususnya ekspor ke negara-negara besar sepeti China, AS, Jepang dan negara-negara kawasan Eropa. Peningkatan permintaan tersebut juga telah memberi kontribusi pada pergerakan harga komoditas seperti batu bara yang didorong kenaikan permintaan dari China
Kenaikan harga batu bara yang cukup tajam sejak 2017 lalu disebabkan hambatan di sisi suplai karena penurunan produksi di China serta isu perburuhan di Australia. Sementara untuk komoditas non-sumber daya alam seperti komoditas pangan dan hortikultura berhasil dikendalikan sehingga berkontribusi pada penurunan tren laju inflasi volatile food.
Penurunan beberapa harga komoditas pangan lainnya seperti bawang merah, bawang putih, dan daging ayam ras mendorong laju inflasi pangan yang relatif cukup rendah. Sementara untuk produk komoditas nonmigas, komoditas ekspor sektor industri manufaktur dan pertanian tahun ini juga diproyeksikan meningkat. Tren harga komoditas yang meningkat sejak pertengahan 2017 lalu berhasil mendorong positifnya pertumbuhan ekspor Indonesia.

Adapun komoditas ekspor utama yang diproyeksikan akan tumbuh agresif adalah komoditas minyak nabati, bahan bakar mineral, mesin dengan negara tujuan ekspor ke China, AS, dan Jepang. Meskipun tahun ini merupakan tahun politik dengan diadakannya pilkada serentak di beberapa kabupaten/kota dan provinsi, hal itu tidak akan memberikan dampak krusial bagi pertumbuhan perekonomian nasional tahun ini.

Kondisi ekonomi global yang positif dan tren peningkatan harga komoditas masih menjadi katalisator dan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Harapannya, di tahun politik ini, konsumsi domestik justru meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi juga mendapat dukungan dari pertumbuhan konsumsi di dalam negeri yang selama dua tahun terakhir menunjukkan tren kurang bagus.
(kmj)

Sumber : Okezone