Jumat, 21 Juni 2019

Yen Menguat, Bursa Jepang Dibuka Lesu di Akhir Pekan - PT Rifan Financindo

Yen Menguat, Bursa Jepang Dibuka Lesu di Akhir Pekan
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
PT Rifan Financindo Palembang - Bursa saham Jepang dibuka terkoreksi, Jumat (21/6/2019), setelah yen menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Padahal, Wall Street reli kencang dini hari tadi.

Indeks acuan Nikkei 225 melemah 0,18% sementara indeks Topix turun 0,39 di awal perdagangan.

Indeks-indeks acuan Wall Street ditutup menguat dini hari tadi. Dow Jones Industrial Average melesat naik 0,94%, S&P 500 melompat 0,95%, dan Nasdaq Composite melejit 0,8% di akhir perdagangan.

The Fed mengumumkan kebijakan moneternya Rabu waktu setempat dan mengatakan bank sentral siap menghadapi risiko-risiko ekonomi global dan dalam negeri. Sebagian besar pejabat The Fed menurunkan proyeksi tingkat suku bunga acuannya tahun ini hingga sekitar 0,5 poin persentase.

Para pelaku pasar melihat secara umum bank sentral AS telah bersikap lebih dovish dari yang diharapkan.

Penguatan bursa AS juga dipengaruhi melejitnya harga minyak. West Texas Intermediate (WTI), ditutup melejit 5,4% menjadi US$56,65 per barel sementara harga minyak acuan global, Brent, melompat 4,5% ke posisi US$64,61 per barel. (prm)
 

Kamis, 20 Juni 2019

Banjir Sentimen Positif, Harga Minyak Melesat 1% Lebih - Rifanfinancindo

Banjir Sentimen Positif, Harga Minyak Melesat 1% Lebih
Foto: REUTERS / Isaac Urrutia
Rifanfinancindo Palembang - Harga minyak melesat lebih dari 1% seiring dengan penurunan inventori minyak di Amerika Serikat (AS). Selain itu Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akhirnya telah menyepakati tanggal pertemuan untuk mendiskusikan kelanjutan pengurangan produksi.

Pada perdagangan Kamis (20/6/2019) pukul 09:00 WIB, harga minyak brent kontrak pengiriman Agustus naik hingga 1,59% ke US$ 62,8/barel. Adapun harga light sweet (WTI) kontrak pengiriman Juli melesat hingga 1,69% menjadi US$ 54,67/barel.

US Energy Information Administration (EIA) mengumumkan inventori minyak mentah AS untuk minggu yang berakhir pada 14 Juni 2019 berkurang hingga 3,1 juta barel dibanding pekan sebelumnya. Hal itu membuat pelaku pasar sumringah karena sebelumnya konsensus analis memperkirakan penurunan inventori hanya sebesar 1,1 juta barel.

Penurunan inventori di AS akan membuat permintaan minyak mentah akan meningkat, setidaknya dlaam jangka pendek. Namun itu juga memberi harapan bahwa permintaan minyak masih bisa terjaga di tengah perlambatan ekonomi global seperti sekarang ini.

Isu pelemahan permintaan memang menjadi salah satu yang paling diperhatikan pelaku akhir-akhir ini. Pasalnya tiga lembaga yang memantau perkembangan keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) pasar minyak, kompak menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan untuk 2019. Tiga lembaga tersebut adalah EIA, OPEC, dan International Energy Agency (IEA), yang mana masing-masing menurunkan proyeksi pertumbuhan permintaan tahun 2019 sebesar 160.000 barel/hari, 70.000 barel/hari, dan 100.000 barel/hari.

Sentimen permintaan yang positif juga datang dari perkembangan hubungan dagang AS-China yang kian mesra.

"Saya rasa pertemuan nanti (dengan Presiden Xi) akan berjalan dengan sangat baik. Tim kami akan memulai pembicaraan. China ingin sebuah kesepakatan, demikian pula AS. Namun kesepakatan itu harus menguntungkan bagi semuanya," tutur Trump, mengutip Reuters.

Kala dua raksasa ekonomi dunia tidak lagi saling hambat perdagangan, maka rantai pasokan global akan kembali lancar. Permintaan energi, yang salah satunya berasal dari minyak juga berpotensi meningkat.

Sementara itu, OPEC akhirnya sepakat untuk bertemu pada tanggal 2 Juli 2019 di Wina, Austria demi menentukan kelanjutan kebijakan pengurangan produksi yang telah dilakukan sejak Januari 2019 silam.

Jauh hari sebelumnya, pertemuan dijadwalkan pada tanggal 25-26 Juni, tetapi Rusia meminta diundur hingga 3-4 Juli. Iran bahkan menyarankan pertemuan ditunda hingga 10-12 Juli.

Sejauh ini OPEC telah memberi sinyal akan terus menahan produksi di level yang rendah. Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih juga pernah mengatakan bahwa pihaknya akan terus mengurangi produksi secara bertahap dan menjaga pasokan di level normal.

Jika benar pada pertemuan nanti OPEC dan sekutunya lanjut mengurangi pasokan hingga akhir tahun, harga minyak berpeluang untuk menguat lagi.

Dari Timur Tengah, serangan roket telah menghantam kawasan pemukiman dan kantor beberapa perusahaan minyak, termasuk ExxonMobil, di daerah dekat Basra, Irak pada hari Rabu (19/6/2019). Serangan tersebut turut membuat ketegangan yang telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir semakin parah.

"Kelompok (yang meluncurkan roket) terdiri dari lebih dari satu grup dan terlatih dalam hal peluncuran misil," ujar pihak keamanan Irak, mengutip Reuters.

Pekan lalu juga telah terjadi penyerangan pada dua kapal tanker di perairan dekat Selat Hormuz, yang mana beberapa negara menuding Iran sebagai pihak yang bertanggungjawab. Namun Iran dengan segera menampik tuduhan tersebut.

Entah siapa yang salah, tetapi konflik di Timur Tengah dapat mengancam pasokan minyak global. Sebab, wilayah tersebut merupakan ladang minyak terbesar di dunia. Pasokan yang semakin seret sudah tentu akan memberi dorongan ke atas pada harga minyak.(taa/taa)

 

Rabu, 19 Juni 2019

Trump & Xi Jinping Akan Bertemu, Bursa Jepang Meroket - Rifan Financindo

Trump & Xi Jinping Akan Bertemu, Bursa Jepang Meroket
Rifan Financindo Palembang - Bursa Jepang dibuka naik tajam, Rabu (19/6/2019), mengikuti reli yang dicatatkan Wall Street dini hari tadi.

Bursa Amerika Serikat (AS) melesat kencang setelah Presiden Donald Trump mengatakan dirinya akan bertemu Presiden China Xi Jinping di sela-sela pertemuan G20 akhir bulan nanti.

Kabar ini membuat harapan bahwa kedua negara akan mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang AS-China hidup kembali.

Indeks acuan Nikkei 225 di Jepang melonjak 1,19% sementara indeks Topix melompat 1,07% di awal perdagangan.

Indeks-indeks Wall Street sendiri mencatatkan penguatan tajam dini hari tadi. Dow Jones Industrial Average melonjak 1,35%, S&P 500 menguat 0,97%, sementara Nasdaq Composite melesat naik 1,39% di akhir perdagangan.

Trump menulis di akun Twitter resminya bahwa ia telah berbicara lewat telepon dengan Xi dan hasilnya sangat baik.

"Kami akan bertemu pekan depan di G20 di Jepang. Tim kami akan memulai pembicaraan jelang pertemuan kami," tulisnya.

Pertemuan tingkat tinggi negara-negara kelompok 20 itu akan dimulai pada 28 Juni mendatang. (prm)

Sumber : CNBC
 
 

Selasa, 18 Juni 2019

Poundsterling Jeblok ke Level Terendah 6 Bulan - PT Rifan Financindo

Selasa Pagi, Poundsterling Jeblok ke Level Terendah 6 Bulan
Foto: Ilustrasi mata uang poundsterling (REUTERS/Benoit Tessier)
PT Rifan Financindo Palembang - Jelang voting kedua lingkup Partai Konservatif hari ini, Selasa (18/6/19), mata uang poundsterling kembali jeblok hingga mendekati level terendah enam bulan melawan dolar Amerika Serikat (AS). Terus menurunnya nilai tukar pound terjadi setelah nama Boris Johnson semakin kuat menjadi Perdana Menteri Inggris menggantikan Theresa May.

Hingga Senin (17/6/19) kemarin, poundsterling telah anjlok dalam empat hari perdagangan berturut-turut, dengan total pelemahan sebesar 1,5% dan mencapai level terendah sejak 3 Januari. Sementara pagi ini, pound diperdagangkan di kisaran US$ 1,2534 pada pukul 8:10 WIB, tidak jauh dari penutupan perdagangan Senin.

Dalam voting tahap pertama di lingkup Partai Konservatif pada pekan lalu, Boris Johnson menjadi pengumpul suara terbanyak. Johnson memperoleh 114 suara, unggul jauh dari pesaing terdekatnya Jeremy Hunt (43 suara). Posisi ketiga ditempat Michael Gove (37 suara).

Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock, yang tereleminasi pada voting tahap pertama (hanya memperoleh 20 suara), kini memberikan dukungannya kepada Johnson. Hancock mengatakan Johnson merupakan kandidat terbaik yang bisa memimpin Partai Konservatif, mengutip Reuters

"Sepertinya Boris Johnson akan menjadi perdana menteri berikutnya, kecuali ada kejutan besar dan itu menunjukkan peningkatan konfrontasi yang dengan Uni Eropa," kata Lee Hardman, ahli strategi mata uang MUFG di London, melansir Reuters.

Total ada tujuh kandidat yang bakal ikut serta dalam voting tahap kedua, dan berlanjut pada 19 dan 20 Juni hingga menyisakan 2 kandidat. Pada 22 Juni akan dilakukan pemungutan suara antara dua kandidat terakhir, pemenangnya akan menduduki kursi tertinggi Partai Konservatif yang otomatis menjadi Perdana Menteri Inggris.

Johnson adalah figur kontroversial dan seorang euroskeptik. Oleh karena itu, ada kekhawatiran bahwa Johnson akan membuat Inggris keluar dari Uni Eropa dengan cara apa pun, termasuk No Deal atau Hard Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kompensasi) pada 31 Oktober nanti.

Hasil survei Reuters pada periode 11 - 15 Juni menunjukkan peluang terjadinya Hard Brexit pada 31 Oktober nanti sebesar 25%, naik dibandingkan survei sebelumnya yang dilakukan di bulan Mei sebesar 15%.(prm)

Senin, 17 Juni 2019

GSP Dicabut, Perang Dagang AS-India Berkobar - Rifanfinancindo

GSP Dicabut, Perang Dagang AS-India Berkobar
Foto: REUTERS/Thomas White
Rifanfinancindo Palembang - India mengenakan bea impor yang lebih tinggi terhadap 28 produk asal Amerika Serikat (AS) sebagai balasan setelah Negeri Paman Sam mencabut fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) untuk Negeri Bollywood itu.

Aksi balasan dari India itu menargetkan produk-produk AS, seperti kacang almond, apel, dan kacang walnut.

Penerapan GSP sebelumnya membuat berbagai produk dari India senilai US$5,6 miliar dapat masuk ke AS tanpa dikenai bea impor.

Bea impor baru itu berlaku mulai Minggu, menurut pemberitahuan resmi pemerintah, dilansir dari Reuters. Langkah ini membuat perseteruan dagang baru terjadi setelah Presiden AS Donald Trump berkuasa pada 2017 dan berjanji akan menindak negara-negara yang mencetak defisit perdagangan besar.

Trump telah mencabut GSP bagi India sejak 5 Juni lalu. India menyebut kebijakan itu sangat disayangkan dan berjanji akan membela kepentingan nasionalnya.

Reuters sebelumnya melaporkan bahwa India bersiap untuk menjatuhkan bea masuk yang lebih tinggi jelang pertemuan Perdana Menteri Narendra Modi dan Trump di sela-sela konferensi G20 di Jepang pada 28 dan 29 Juni mendatang.

India awalnya mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan bea impor hingga 120% terhadap beberapa produk AS pada Juni tahun lalu menyusul keputusan Washington yang menolak mengecualikan New Delhi dari bea masuk baja dan aluminium yang lebih tinggi.

Namun, India terus-menerus menunda penerapan kebijakan itu sembari menunggu hasil pembicaraan dagang kedua negara. Nilai perdagangan AS-India mencapai sekitar US$142,1 miliar di 2018.

Bea masuk India yang lebih tinggi terhadap barang-barang AS dapat berdampak pada hubungan politik dan keamanan kedua negara.

GSP Dicabut, Perang Dagang AS-India Berkobar
Ilustrasi pabrik di India (Foto: REUTERS/Amit Dave)
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan berkunjung ke India bulan ini. Pada pekan lalu, ia sempat mengatakan negaranya terbuka untuk berdialog untuk menyelesaikan perbedaan pendapat dengan India melalui pemberian akses pasar yang lebih besar bagi perusahaan-perusahaan Amerika di Negeri Bollywood itu.

Aturan baru India di beberapa bidang, seperti e-commerce dan lokalisasi data, telah membuat AS marah dan menghantam berbagai perusahaan seperti Amazon.com, Walmart, Mastercard, dan Visa. (prm)