Selasa, 20 Oktober 2020

Harga Emas Antam 2 Hari Flat Rp 1 Juta, Ada Apa Ini Pemirsa?

Ilustrasi emas (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi emas (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

 

PT RifanHarga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk, stagnan pada perdagangan Selasa (20/10/2020).

Hal yang sama juga terjadi Senin kemarin. Harga emas dunia yang bergerak votatil sementara rupiah yang stabil membuat emas Antam stagnan 2 hari terakhir.

Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, emas batangan satuan 1 gram hari ini dibanderol Rp 1.008.000/batang, sama dengan harga Senin kemarin, juga Sabtu pekan lalu. Sementara satuan 100 gram, juga mager di Rp 95.012.000/batang atau Rp 950.120/gram.

Nilai tukar rupiah kemarin berakhir stagnan di Rp 14.670/US$, pada pekan lalu Mata Uang Garuda juga cenderung stabil dengan hanya menguat 0,03%.

Rupiah menjadi salah satu faktor yang menentukan harga logam mulia di dalam negeri. Sebab emas dunia dibanderol dengan dolar AS, kala Mata Uang Garuda menguat maka harga emas dunia akan menjadi lebih murah jika dikonversi ke rupiah.

Harga emas dunia sendiri kemarin sebenarnya membukukan penguatan 0,28% ke US$ 1.904,26/troy ons, tetapi posisi tersebut terkoreski lumayan tajam dari level tertinggi harian US$ 1.918,21/troy ons.

Artinya emas sedang bergerak volatil. Pelaku pasar menanti kejelasan stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS).

Ketua DPR (House of Representatif) yang berasal dari Partai Demokrat, Nancy Pelosi, memberikan tenggat waktu 48 jam sejak hari Minggu kemarin untuk mencapai kesepakatan dengan Pemerintah AS guna mencairkan stiumulus sebelum pilpres.

Artinya, masih ada peluang hingga Selasa waktu AS apakah stimulus akan cair atau tidak. Berapa besarnya stimulus yang akan digelontorkan masih menjadi perdebatan, Partai Demokrat yanug menguasai DPR AS mengusulkan US$ 2,2 triliun, yang dianggap terlalu besar oleh Pemerintah AS yang mengusulkan US$ 1,8 triliun.

Artinya, hari Selasa waktu AS, akan menentukan apakah emas mampu melesat lagi atau malah kembali melempem seperti pekan lalu. 

Stimulus fiskal merupakan salah satu bahan bakar emas untuk menanjak, jika cair maka logam mulia ini kemungkinan akan kembali melesat, yang pada akhirnya akan mengerek harga emas Antam.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

 

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 19 Oktober 2020

Kalau Rupiah Hari ini Menguat, Terima Kasihnya ke China ya..

Pertemuan Jokowi dan Xi Jinping di G20 (Biro Pers Kesekretariat Presiden/Laily Rachev)
Foto: Pertemuan Jokowi dan Xi Jinping di G20 (Biro Pers Kesekretariat Presiden/Laily Rachev)

PT Rifan Financindo BerjangkaNilai tukar rupiah menguat tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu.

Tidak ada pergerakan besar rupiah dalam 5 hari perdagangan pekan lalu. Bank Indonesia (BI) yang memprediksi transaksi berjalan (current account) akan mencetak surplus di kuartal III-2020 menjadi sentimen positif bagi rupiah.

"Transaksi berjalan pada kuartal III-2020 diperkirakan akan mencatat surplus. Dipengaruhi oleh perbaikan ekspor dan penyesuaian impor sejalan dengan permintaan domestik yang belum cukup kuat," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usar Rapat Dewan Gubernur Periode September 2020, Selasa (13/10/2020).

Jika terwujud maka akan menjadi surplus pertama sejak kuartal IV-2011.

Dengan surplus transaksi berjalan, artinya pasokan devisa cukup besar yang menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.

Sementara pada hari ini, Senin (19/10/2020), China bisa jadi akan membawa rupiah kembali ke zona hijau.

China akan merilis data pertumbuhan ekonomi pagi ini, yang kemungkinan menunjukkan pemulihan V-shape setelah merosot di kuartal I-2020 lalu. Berdasarkan data dari Refinitiv, ekonomi China diprediksi tumbuh 5,2% year-on-year (YoY) di kuartal III-2020, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 3,2% YoY.

Melesatnya pertumbuhan ekonomi China tersebut dapat memberikan gambaran perekonomian bisa segera bangkit setelah pandemi penyakit virus corona (Covid-19) berhasil dihentikan, yang tentunya menjadi sentimen positif di pasar. Saat sentimen pelaku pasar membaik, maka aset berisiko dengan imbal hasil tinggi seperti rupiah akan kembali diburu pasar.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan meski rupiah membukukan penguatan. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini berada di bawah US$ 14.730/US$, yang menjadi kunci pergerakan.

Level US$ 14.730/US$ merupakan Fibonnaci Retracement 61,8%. Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang terus menguat, tetapi jika balik lagi di atas level kunci, Mata Uang Garuda akan kembali melemah.
Indikator stochastic pada grafik harian kini mulai mendekati wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang belum masuk wilayah jenuh jual memberikan ruang penguatan bagi rupiah. 

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Selain itu, penguatan rupiah juga terjadi setelah munculnya pola Double Top sejak Jumat (25/9/2020). Pola ini menjadi sinyal pembalikan arah, artinya rupiah memiliki peluang menguat. Namun, untuk menguat lebih jauh, rupiah perlu menembus dan mengakhiri perdagangan di bawah Neckline Rp 14.640/US$.

Puncak Double Top berada di level Rp 14.950/US$, hingga ke Neckline Rp 14.640/US$, artinya ada jarak Rp 310. Sehingga Jika Rupiah berhasil melewati dan bertahan di bawah Neckline, rupiah memiliki peluang menguat Rp 310, yakni di Rp 14.330/US$ dalam jangka menengah.

Sementara itu resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.700/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke level kunci Rp 14.730/US$. Rupiah berisiko semakin tertekan seandainya level tersebut juga dilewati.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 16 Oktober 2020

Masih Kinclong! Harga Emas Antam Melesat 2 Hari Beruntun nih

Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

PT Rifan FinancindoHarga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. naik lagi pada perdagangan Kamis (16/10/2020). Harga emas dunia yang kembali naik turut mengerek harga emas Antam 2 hari terakhir.

Melansir data dari logammulia.com, situs resmi milik PT Antam, emas batangan satuan 1 gram dibanderol Rp 1.011.000/batang, naik 0,2% dibandingkan harga kemarin yang juga naik 0,2%.

Sementara emas satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan naik 0,21% ke Rp 95.312.000/batang atau Rp 953.120/gram.

Harga emas dunia pada perdagangan Kamis kemarin menguat 0,37% ke US$ 1.907,73/troy ons, melanjutkan kenaikan hari sebelumnya setelah sempat turun cukup jauh ke bawah US$ 1.900/troy ons.

Harga emas dunia maupun emas Antam belakangan ini memang terus naik turun. Sebab situasi saat ini masih dipenuhi ketidakpastian yang datang dari negeri Adi Kuasa, Amerika Serikat (AS).

Dinamika yang terjadi di AS memberikan dampak besar ke pergerakan harga emas. Isu yang paling mempengaruhi harga emas saat ini adalah stimulus fiskal dan pemilihan presiden yang akan digelar pada 3 November mendatang.

Dalam laporan terbarunya, TD Securities menyebutkan jika pemerintahan baru mulai terbentuk awal tahun depan, harga emas berpotensi reli lagi dan target harga 2021 dipatok di US$ 2.100/troy ons. 

"Rekor utang dan defisit yang dihasilkan, monetisasi dan kebijakan suku bunga sangat rendah Fed di seluruh kurva imbal hasil semua menyiratkan bahwa emas akan mengalami reli berkelanjutan, begitu pemerintah baru mulai beroperasi pada bulan-bulan awal 2021," kata laporan TD Securities, melansir Kitco.

Ini berarti, emas Antam juga memiliki masa depan cerah, dan berpotensi memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa Rp 1.065.000/batang untuk satuan 1 gram yang dicapai pada 7 Agustus lalu.

Sementara itu, Jeff Clark, analis logam mulia senior di Goldsilver.com, menyatakan setiap penurunan emas merupakan peluang untuk beli kembali.


Meski volatilitas emas sedang tinggi, artinya naik turun tajam dalam waktu singkat dan sering sekali terjadi, Clark masih belum merubah pandangannya jika emas masih akan terus menguat (bullish).

"Ada banyak sekali alasan untuk berinvestasi di emas. Banyak sekali katalis untuk emas saat ini, bahkan lebih banyak dari rambut di kepala saya. Kondisi pasar saat ini sangat sempurna untuk emas," kata Clark sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (9/10/2020) lalu.

Clark juga menyatakan tidak akan khawatir meski harga emas belakangan ini sedang menurun, sebab masih banyak ketidakpastian di dunia ini yang akan membawa emas kembali ke atas US$ 2.000/troy ons.

"Saya tidak akan terkejut jika di akhir tahun nanti emas berada di bawah US$ 2.000/troy ons. Sekali lagi, dalam gambaran besar, setiap penurunan harga emas merupakan peluang beli bagi saya," tegasnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 15 Oktober 2020

Biar Cuma Menguat Tipis, Rupiah Runner-Up Asia Lho!

Indonesian rupiah banknotes are counted at a money changers in Jakarta, Indonesia April 25, 2018. REUTERS/Willy Kurniawan
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)

 

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga masih menghijau di perdagangan pasar spot.

Hari ini, Kamis (15/10/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.760. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Mata uang Tanah Air juga menguat di 'arena' pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.670 di mana rupiah menguat 0,07%.

Sementara mata uang Asia lainnya bergerak variatif di hadapan dolar AS. Pelemahan maupun penguatan mata uang Benua Kuning juga tipis-tipis saja, sama seperti rupiah.

Walau penguatan rupiah terbatas, tetapi masih bisa menjadi mata uang terbaik di Asia. Hanya kalah dari won Korea Selatan.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10:04 WIB:

Penguatan rupiah terbatas karena investor masih menunggu rilis data perdagangan internasional yang akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada pukul 11:00 nanti. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pada September 2020, ekspor terkontraksi atau tumbuh negatif nyaris 8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Sementara impor diperkirakan ambles 25,15% YoY. Ini membuat neraca perdagangan surplus US$ 2,06 miliar.

Jika sesuai dengan ekspektasi, maka surplus perdagangan sepanjang kuartal III-2020 tidak main-main. Angkanya mencapai lebih dari US$ 7 miliar.

Tingginya surplus neraca perdagangan membuat transaksi berjalan Indonesia kemungkinan bisa surplus pada kuartal III-2020. Kalau terwujud, maka akan menjadi surplus pertama sejak 2011. (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 14 Oktober 2020

Rupiah Lemas, Dolar AS Balik ke Rp 14.700

Warga menunjukkan uang baru 75.000 Ribu di Gedung BI. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Warga menunjukkan uang baru 75.000 Ribu di Gedung BI. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

PT Rifan - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Sentimen eksternal yang negatif membuat mata uang Tanah Air susah menguat.

Pada Rabu ( 14/10.2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.670 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Akan tetapi itu tidak bertahan lama. Pada pukul 09:09 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.700 di mana rupiah melemah 0,14%.

Apa boleh buat, investor memang sedang berhati-hati dan enggan mengambil risiko. Ini terlihat di bursa saham New York di mana dini hari tadi waktu Indonesia indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,55%, S&P 500 minus 0,63%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,1%.

Setidaknya ada dua faktor yang membuat investor bersikap risk-on. Pertama, ada berita kurang menggembirakan seputar pengembangan vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Uji coba vaksin buatan Johnson & Johnson dihentikan sementara karena ada laporan salah satu relawan merasakan efek samping. "Butuh beberapa hari untuk mengumpulkan informasi dan melakukan evaluasi," kata Mathai Mammen, Kepala Riset dan Pengembangan Johnson & Johnson, seperti dikutip dari Reuters.

Dinamika ini membuat investor cemas. Kalau rilis vaksin anti-virus corona tertunda, maka ekonomi akan sulit dibangkitkan karena masyarakat belum merasa aman untuk beraktivitas di luar rumah. Resesi jadi semakin susah diakhiri.

"Sekali lagi, ini menunjukkan bahwa kehadiran vaksin sepertinya masih memakan waktu. Johnson & Johnson sebelumnya cukup menjanjikan, tetapi sekarang berbalik arah," ujar Oliver Pursche, Presiden Bronson Meadows Capital yang berbasis di Connecticut, sebagaimana diwartakan Reuters.

Kedua, pembahasan stimulus fiskal di AS lagi-lagi mentok. Nancy Pelosi, Ketua House of Representatives (salah satu dari dua kamar yang membentuk Kongres AS), menolak proposal stimulus dari pemerintah yang bernilai US$ 1,8 triliun. Jumlah yang memang lebih rendah ketimbang usulan Partai Demokrat yaitu US$ 2,2 triliun.

"(Nilai stimulus) sangat kurang untuk mengatasi kebutuhan penanganan pandemi dan resesi yang begitu dalam," tegas Pelosi, seperti diberitakan Reuters.

Prospek ekonomi yang samar-samar karena kabar soal vaksin dan stimulus tersebut membuat investor langsung berkerumun di sekitar dolar AS. Pada pukul 07:56 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan