Kamis, 30 Agustus 2018

Harga Minyak Terdongkrak Menurunnya Pasokan AS | PT Rifan Financindo

Harga Minyak Terdongkrak Menurunnya Pasokan AS 
PT Rifan Financindo -- Harga minyak dunia menguat lebih dari satu persen pada perdagangan Rabu (29/8), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan dipicu oleh berkurangnya stok minyak dan bensin AS serta merosotnya pengiriman pasokan minyak dari Iran.

Dilansir dari Reuters, Kamis (30/8), harga minyak mentah Brent menanjak US$1,19 atau 1,6 persen menjadi US$77,14, setelah sempat menyentuh level US$77,41 per barel selama sesi perdagangan. Level penutupan harga ini merupakan yang tertinggi sejak tujuh pekan terakhir.

Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,98 atau 1,4 persen menjadi US$69,51 per barel. Selama sesi perdagangan, harga WTI sempat menyentuh level US$69,75 per barel, tertinggi sejak 7 Agustus 2018.

Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mencatat persediaan minyak mentah AS turun 2,6 juta barel pekan lalu. Realisasi penurunan tersebut melampaui proyeksi analis yang memperkirakan sto minyak AS bakal merosot 686 ribu barel.

"Minyak mentah hari ini mendapatkan dukungan tambahan dari merosotnya persediaan," ujar President Lipow Oil Associates Andrew Lipow.

Lipow mengungkapkan merosotnya ekspor minyak mentah Iran dan berkurangnya ekspor dari Venezuela akibat kerusakan terminal.

Para analis memperkirakan bahwa harga mendapatkan dorongan dari indikasi penurunan ekspor minyak mentah Iran yang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

Berdasarkan data awal Thomson Reuters Eikon, ekspor minyak mentah dan kondensat Iran pada Agustus diperkirakan turun hingga ke level di bawah 70 juta barel untuk pertama kalinya sejak April 2017.

Banyak pembeli mengurangi pembelian minyak mentah dari Iran sebelum pemberlakuan sanksi AS pada 4 November 2018 mendatang. Iran merupakan produsen minyak terbesar ketiga di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Kepala perusahaan minyak pelat merah Irak SOMO pada Rabu lalu menyatakan sanksi AS akan menyebabkan pasar kekurangan pasokan minyak. Kemudian, OPEC akan membicarakan cara untuk mengkompensasi pasokan yang berkurang.

Di Venezuela, di mana jumlah produksi minyak telah berkurang separuh sejak 2016, perusahaan minyak pelat merah PDVSA pada Selasa kemarin menyatakan telah menandatangani perjanjian investasi senilai US$430 juta untuk mengerek produksi sebesar 40 ribu barel per hari (bph).

Kendati demikian, para analis ragu investasi tersebut akan terealisasi mengingat ketidakstabilan yang sedang terjadi di negara tersebut.

Sementara, rencana awal ekspor untuk anggota OPEC Angola mengindikasi bahwa pengiriman minyak Angola telah merosot hingga ke level terendah sejak Desember 2006. Hal itu disebabkan oleh kurangnya investasi pada infrastruktur yang sudah tua sehingga membatasi produksi.

Meski risiko gangguan produksi di semlah negara OPEC, Bank of America Merrill Lynch menyatakan pasokan global dapat menanjak hingga akhir tahun akibat kenaikan pasokan dari negara non OPEC, seperti Kanada, AS, dan Brasil.

Perusahaan minyak asal Norwegia Equinor mengungkapkan rencananya utuk mengembangkan lapangan minyak baru di Brasil dan mengerek produksi dari 90 ribu barel setara minyak per hari (boepd) menjadi antara 300 ribu hingga 5 ribu boepd pada 2030 mendatang.



Info Lowongan Kerja

Sumber : CNN Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar