Selasa, 11 Februari 2020

Dolar Perkasa & Corona Makin Ganas, Emas Malah Tak Berdaya

Dolar Perkasa & Corona Makin Ganas, Emas Malah Tak Berdaya
Foto: Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)
PT Rifan Financindo Berjangka - Harga emas di pasar spot melemah pada perdagangan kedua pekan ini. Walau virus corona masih belum dapat dijinakkan harga emas tak bisa banyak bergerak karena dolar AS yang juga perkasa.

Data Refinitiv menunjukkan harga emas global di pasar spot mengalami koreksi sebesar 0,25% ke level US$ 1.597.98/troy ons pada Selasa (11/2/2020). Harga si logam mulia turun setelah kemarin ditutup menguat di posisi US$ 1.57,9/troy ons.

Harga emas memang berada di rentang level tertingginya sejak awal tahun setelah mengalami apresiasi dobel digit sepanjang tahun 2019. Pada 2019, harga emas di pasar spot naik 18%. Penyebabnya adalah perang dagang yang berkecamuk antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Namun, harga emas kembali melesat pada awal tahun karena ketidakpastian masih ada. Terutama soal hubungan AS-China. Walau sudah teken kesepakatan dagang fase satu, tarif yang menghambat perdagangan keduanya masih ada.

Harga emas makin melejit kala virus penyebab pneumonia misterius ditemukan di Wuhan China. Patogen tersebut berasal dari golongan virus corona, masih satu kelompok dengan penyebab SARS 2002-2003.

Sebulan lebih berlalu, virus corona terus memakan korban. Menurut data John Hopkins CSSE, sudah ada 43.099 kasus terkonfirmasi positif terjangkit corona.

Walau kasus paling banyak ditemukan di China, tetapi orang yang terinfeksi virus mematikan ini telah dilaporkan di 27 negara dan kasus juga dijumpai di kapal pesiar Diamond Princess yang kini menepi di pelabuhan Yokohama Jepang untuk dikarantina.

Sampai saat ini sudah ada 1.016 orang yang meninggal dunia akibat infeksi patogen berbahaya tersebut. Sebanyak 1.014 orang berasal dari China, sementara dua kasus kematian lainnya berasal dari Hong Kong dan Filipina. Masing-masing satu kasus.

Merebaknya virus corona ini membuat berbagai aktivitas di China terganggu. Libur yang sudah panjang diperpanjang dan memukul aktivitas perekonomian China.

Reuters melaporkan banyak perusahaan China yang memulai mencari pinjaman bank untuk meringankan dampak akibat wabah virus corona ini. Ada lebih dari 300 perusahaan China yang meminjam total US$ 8,2 miliar ke bank-bank di China.

Tak bisa dipungkiri, epidemi virus corona mulai menampakkan tanda-tanda memukul perekonomian China. Saat ini Negeri Panda yang menyandang status perekonomian terbesar kedua di dunia sedang "sakit".


Bisa dibayangkan ketika perekonomian terbesar kedua di dunia mengalami guncangan maka dampaknya juga akan terasa pada perekonomian global, mengingat perekonomian global saat ini serba terhubung satu sama lain.

Kala perekonomian sedang tidak sehat, pelaku pasar mulai melirik aset-aset minim risiko alias safe haven salah satunya adalah emas. Inilah yang mengangkat harga emas saat pertama kali virus corona merebak.

Namun harga emas tak dapat terangkat banyak mengingat aset minim risiko lain yaitu mata uang dolar greenback juga dilirik oleh pelaku pasar. Alhasil dolar menjadi menguat. Keperkasaan dolar tercermin dari indeks dolar yang mengukur dolar AS di hadapan enam mata uang lain.

Indeks dolar saat ini berada di posisi 98.853, tertinggi sejak 10 Oktober 2019. Penguatan dolar juga dipicu oleh rilis data ekonomi AS yang boleh dibilang bagus akhir-akhir ini. Aktivitas manufaktur yang mulai ekspansif hingga data tenaga kerja yang kuat.
Hal ini menyebabkan emas tak bisa naik banyak. Emas yang dibanderol dalam dolar AS menjadi lebih mahal kala dolar AS menguat. Inilah yang terjadi saat ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/hps)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar