Kamis, 24 Juni 2021

Dibayangi "Setan" Taper Tantrum, Harga Emas Antam Naik Tipis

Petugas menunjukkan koin emas Dirham di Gerai Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Bank Indonesia (BI) mengajak masyarakat dan berbagai pihak untuk menjaga kedaulatan Rupiah sebagai mata uang NKRI.    (CNBC Indonesia/ Tri Susislo)
Foto: Koin Emas Dirham (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

PT Rifan Financindo Berjangka - Harga emas Antam mampu naik pada perdagangan Kamis (24/6/2021) di saat harga emas dunia sedang mengalami gejolak. Meski demikian, kenaikan emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. ini cukup tipis, dan terbantu pelemahan nilai tukar rupiah.

Melansir data dari situs resmi PT Antam, logammulia.com, emas ukuran/satuan 1 gram dijual Rp 932.000/batang atau naik 0,22% dibandingkan harga kemarin.

Sementara emas satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan naik 0,23% ke Rp 87.412.000/batang atau Rp 874.120/gram.

Selain itu, PT Antam menjual emas batangan mulai satuan 0,5 gram hingga 1.000 gram.

Emas Batangan Harga per Batang Harga per Gram
0,5 Gram Rp 516.000 Rp 1.032.000
1 Gram Rp 932.000 Rp 932.000
2 Gram Rp 1.804.000 Rp 902.000
3 Gram Rp 2.681.000 Rp 893.667
5 Gram Rp 4.435.000 Rp 887.000
10 Gram Rp 8.815.000 Rp 881.500
25 Gram Rp 21.912.000 Rp 876.480
50 Gram Rp 43.745.000 Rp 874.900
100 Gram Rp 87.412.000 Rp 874.120
250 Gram Rp 218.265.000 Rp 873.060
500 Gram Rp 436.320.000 Rp 872.640
1000 Gram Rp 872.600.000 Rp 872.600

Harga emas dunia kemarin berakhir stagnan di US$ 1.778,73/troy ons setelah sempat naik 0,9%. Pergerakannya pun terbilang liar, naik-turun cukup signifikan dalam waktu singkat. "Setan" taper tantrum yang sebelumnya sempat menghilang dari pasar finansial kini kembali muncul, membuat harga emas bergerak liar.


Kemarin, dua pejabat teras bank sentral AS (The Fed), Raphael Bostic (Presiden The Fed Atlanta) dan Michelle Bowman (Anggota Dewan Gubernur The Fed), menyatakan tekanan inflasi boleh saja cuma sementara. Namun dampaknya akan terasa dalam waktu lebih lama dari perkiraan sebelumnya.

"Berbagai data terbaru membuat saya memajukan proyeksi (perkiraan kenaikan suku bunga acuan). Saya memperkirakan suku bunga sudah perlu naik pada akhir 2022. Meski temporer, tekanan inflasi akan terjadi dalam waktu yang lebih lama dari perkiraan. Bukan hanya 2-3 bulan tetapi bisa 6-9 bulan," ungkap Bostic, sebagaimana diwartakan Reuters.

"Saya setuju bahwa tekanan inflasi disebabkan oleh keterbatasan pasokan dan peningkatan permintaan akibat pembukaan kembali aktivitas masyarakat (reopening). Jika situasi sudah lebih stabil, lebih seimbang, tekanan ini memang akan berkurang. Namun saya sulit memperkirakan kapan itu terjadi, yang jelas akan memakan waktu," tambah Bowman, juga dikutip dari Reuters.

Pernyataan keduanya kembali memunculkan spekulasi The Fed akan melakukan tapering dalam waktu dekat. Tapering tersebut berisiko memicu taper tantrum seperti yang terjadi di tahun 2013.

Di sisi lain, spekulasi tersebut membuat dolar AS berbalik perkasa, rupiah pun kemarin melemah 0,21% ke Rp 14.430/US$, dan sudah mencatat pelemahan dalam 7 dari 8 hari perdagangan terakhir.

Saat nilai tukar rupiah melemah, maka harga emas dunia yang dibanderol dolar AS menjadi lebih mahal ketika dikonversi ke Mata Uang Garuda. Alhasil, meski emas dunia kemarin stagnan, tetapi emas Antam mampu naik tipis.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar