Jumat, 25 Juni 2021

Emas Dunia Tak Jelas Mau ke Mana, Harga Emas Antam Mager

Petugas menunjukkan koin emas Dirham di Gerai Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Bank Indonesia (BI) mengajak masyarakat dan berbagai pihak untuk menjaga kedaulatan Rupiah sebagai mata uang NKRI.    (CNBC Indonesia/ Tri Susislo)
Foto: Koin Emas Dirham (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

PT RifanHarga emas dunia kembali bergerak liar pada perdagangan Kamis kemarin, naik dan turun cukup tajam dalam waktu singkat. Pergerakan yang sama terjadi sejak Selasa lalu, alhasil harga emas Antam stagnan pada perdagangan Jumat (25/6/2021).

Melansir data dari logammulia.com, emas Antam satuan 1 gram hari ini dibanderol RP 932.000/batang, sama persis dengan harga kemarin. Emas batangan yang dijual PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. ini tersedia mulai satuan 0,5 gram hingga 1.000 gram. Satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan dijual Rp 87.412.000/batang atau Rp 874.120/gram.

Naik turun harga emas Antam sangat dipengaruhi pergerakan harga emas dunia. Pada perdagangan Kamis, harga emas dunia melemah 0,2% ke US$ 1.775,18/troy ons, setelah sebelumnya sempat menguat ke US$ 1.787,71/troy ons.


Emas Batangan Harga per Batang Harga per Gram
0,5 Gram Rp 516.000 Rp 1.032.000
1 Gram Rp 932.000 Rp 932.000
2 Gram Rp 1.804.000 Rp 902.000
3 Gram Rp 2.681.000 Rp 893.667
5 Gram Rp 4.435.000 Rp 887.000
10 Gram Rp 8.815.000 Rp 881.500
25 Gram Rp 21.912.000 Rp 876.480
50 Gram Rp 43.745.000 Rp 874.900
100 Gram Rp 87.412.000 Rp 874.120
250 Gram Rp 218.265.000 Rp 873.060
500 Gram Rp 436.320.000 Rp 872.640
1000 Gram Rp 872.600.000 Rp 872.600

Naik turunnya harga emas dunia belakangan ini terjadi akibat kebingungan pasar mengenai kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed). Pada pekan lalu, The Fed memberikan proyeksi suku bunga akan naik dua kali di tahun 2023, bahkan ada kemungkinan naik di tahun 2022.

Tetapi di pekan ini, ketua The Fed Jerome Powell mengatakan tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga hanya karena inflasi yang sedang tinggi saat ini.

"Kami tidak akan menaikkan suku bunga hanya karena kekhawatiran kemungkinan percepatan laju inflasi. Kami akan menunggu lebih banyak bukti mengenai inflasi. Percepatan laju inflasi saat ini belum mencerminkan ekonomi secara keseluruhan, tetapi adalah efek langsung dari reopening," jelas Powell.

Tetapi Rabu lalu, dua pejabat teras bank sentral AS (The Fed), Raphael Bostic (Presiden The Fed Atlanta) dan Michelle Bowman (Anggota Dewan Gubernur The Fed), menyatakan tekanan inflasi boleh saja cuma sementara. Namun dampaknya akan terasa dalam waktu lebih lama dari perkiraan sebelumnya.

"Berbagai data terbaru membuat saya memajukan proyeksi (perkiraan kenaikan suku bunga acuan). Saya memperkirakan suku bunga sudah perlu naik pada akhir 2022. Meski temporer, tekanan inflasi akan terjadi dalam waktu yang lebih lama dari perkiraan. Bukan hanya 2-3 bulan tetapi bisa 6-9 bulan," ungkap Bostic, sebagaimana diwartakan Reuters.

"Saya setuju bahwa tekanan inflasi disebabkan oleh keterbatasan pasokan dan peningkatan permintaan akibat pembukaan kembali aktivitas masyarakat (reopening). Jika situasi sudah lebih stabil, lebih seimbang, tekanan ini memang akan berkurang. Namun saya sulit memperkirakan kapan itu terjadi, yang jelas akan memakan waktu," tambah Bowman, juga dikutip dari Reuters.

Pernyataan keduanya kembali memunculkan spekulasi The Fed akan melakukan tapering atau pengurangan nilai pembelian aset (quantitative easing/QE) dalam waktu dekat. Selain kenaikan suku bunga, tapering juga merupakan musuh utama emas yang membuat harganya merosot.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar