Jumat, 18 Januari 2019

IHSG Dibuka Hijau di 6.447 | Rifanfinancindo

Foto: Ari Saputra
Rifanfinancindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka hijau pagi ini. IHSG membuka perdagangan saham pagi ini dengan naik 20,43 poin (0,32%) ke level 6.444,213.

Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pagi berada di level Rp 14.160.

Pada perdagangan pre opening, IHSG naik 20,43 poin (0,32%) ke level 6.444,213. Indeks LQ45 juga bertambah 5,109 poin (0,50%) ke 1.030,018.
Membuka perdagangan, Kamis (18/1/2019), IHSG melanjutkan penguatan 23,807 poin (0,37%) ke level 6.447,587. Indeks LQ45 juga naik 4,763 poin (0,46%) ke 1.029,672.

Pada pukul 09.05 JATS, IHSG masih bergerak positif, naik 20,583 poin (0,32%) ke 6.444,363. Indeks LQ45 juga naik 3,585 poin (0,35%) ke 1.028,494.

Penguatan yang terjadi pada indeks seiring dengan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang tetap mempertahankan BI 7-Days Repo Rate bulan Januari 2019 di level 6%, keputusan tersebut masih sesuai dengan ekspektasi para pelaku pasar sebelumnya yang menilai BI akan tetap menahan suku bunga acuannya.

Sementara itu, indeks utama bursa Wall St ditutup dalam teritori positif. Indeks Dow Jones naik 0.67%, S&P menguat 0.76% dan Nasdaq terangkat 0.71%.

Penguatan indeks inline dengan optimisme pasar menyikapi pejabat AS terkait pertimbangan beberapa tarif pada produk-produk Cina dalam upaya untuk memperoleh lebih banyak konsesi dari China terkait kesepakatan perdagangan bilateral dan untuk menstabilkan pasar keuangan.

Selain itu sentimen positif juga berasal dari rilisnya jumlah penganggur baru Amerika yang turun (pekan yang berakhir 12 Januari) menjadi 213.000 dari 216.000 di minggu sebelumnya.

Perdagangan bursa saham Asia mayoritas bergerak positif pagi ini. Berikut pergerakannya:
  • Indeks Nikkei 225 naik 1,29% ke 20.666,119
  • Indeks Hang Seng naik 1,15% ke 27.602,711
  • Indeks Komposit Shanghai naik 0,92% ke 2.583,110
  • Indeks Strait Times turun 0,52% ke 3.231,260 (fdl/fdl)

Kamis, 17 Januari 2019

Harga Minyak Menguat Tertopang Wall Street | Rifan Financindo

Harga Minyak Menguat Tertopang Wall Street
Rifan Financindo -- Harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan Rabu (16/1), waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan terjadi seiring reli di pasar modal AS serta implementasi kesepakatan pemangkasan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+)

Dilansir dari Reuters, Kamis (17/1), harga minyak mentah berjangka Brent naik US$0,68 menjadi US$61,32 per barel. Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,2 menjadi US$52,31 per barel.

Indeks pasar saham Wall Street yang menyentuh level tertinggi dalam satu bulan terakhir telah mendongkrak harga minyak. Sebagai catatan, harga minyak mentah berjangka terkadang bergerak searah dengan pasar modal.

Selain itu, harga minyak berjangka juga mendapatkan sokongan dari kesepakatan pemangkasan pasokan oleh OPEC+, yang di dalamnya melibatkan produsen utama minyak dunia Arab Saudi dan Rusia. Pada Desember lalu, OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel per hari mulai Januari 2019.

Deputi Menteri Energi Rusia menyatakan Rusia akan mencapai target pemangkasan produksi pada April.

"Pasar tengah konsolidasi. Untuk melihat apa penggerak pasar berikutnya, kita akan melihat apakah kebijakan pemangkasan bekerja, apakah anggota yang menyepakati mengikuti kesepakatan (pemangkasan) tersebut," ujar Direktur Riset Pasar Tradition Energy Gene McGillian.

Kendati demikian, kenaikan produksi minyak mentah AS dapat menekan harga minyak.

Badan Administrasi Energi AS (EIA) mencatat produksi minyak AS mencapai 11,9 juta barel per hari (bph) pada pekan lalu, seiring lonjakan ekspor minyak mentah AS hingga hampir menyentuh level 3 juta bph.

EIA memperkirakan produksi minyak AS tahun ini akan tumbuh hingga melampaui level 12 juta bph. EIA juga memproyeksikan AS bakal menjadi negara net eksportir minyak mentah pada akhir 2020.

Selain itu, stok bahan bakar minyak (BBM) AS juga menanjak lebih dari yang diperkirakan. Kenaikan tersebut merupakan kenaikan yang terjadi selama empat pekan berturut-turut.

Pada pekan lalu, stok bensi naik 7,5 juta barel menjadi 255,6 juta barel, jauh di atas proyeksi jajak pendapat analis Reuters yang memperkirakan kenaikan hanya 2,8 juta barel. Secara mingguan, jumlah stok bensin tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari 2017.

Stok minyak distilasi, yang mencakup bahan bakar diesel dan minyak pemanas, juga menanjak 3 juta barel. Realisasi tersebut juga di atas ekspektasi yang memperkirakan kenaikan di atas 1,6 juta barel.

Namun, persediaan minyak mentah turun 2,7 juta barel, dua kali lipat di atas perkiraan.

"Sentimen kenaikan harga dari penggunaan stok minyak mentah telah dikalahkan oleh peningkatan stok produk," ujar Direktur Riset Komoditas ClipperData Matthew Smith.

Sinyal perlambatan laju pertumbuhan ekonomi juga turun menahan kenaikan harga minyak.

Pada Selasa (15/1) kemarin, Gedung Putih memperkirakan perekonomian AS mendapatkan pukulan yang di atas ekspektasi dari penghentian sebagian operasional pemerintahan.

Proyeksi perekonomian global juga tambah suram setelah parlemen Inggris menolak proposal Perdana Menteri Inggris Theresa May untuk meninggalkan Uni Eropa.

Tak hanya itu, pekan ini, China juga melaporkan data perdagangan Desember yang buruk. Pada Rabu (16/1) kemarin, bank sentral China tercatat melakukan net injeksi moneter harian terbesar melalui operasi reverse repo. Diharapkan, pasar minyak juga turut terjaga. (sfr/agi)


Rabu, 16 Januari 2019

Hantu Brexit Jadikan Rupiah Terlemah di Asia | PT Rifan Financindo

PT Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Sikap investor yang sepertinya bermain aman membuat rupiah dan mayoritas mata uang Asia tertekan.

Pada Rabu (16/1/2019), US$ 1 kala pembukaan pasar spot dibanderol Rp 14.105. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya dan dolar AS kembali ke kisaran Rp 14.100.

Seiring perjalanan pasar, rupiah malah tambah melemah. Pada pukul 08:15 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.130 di mana rupiah melemah 0,32%.

Kemarin, rupiah masih menguat dan bahkan menjadi mata uang terbaik di Asia. Namun pagi ini, nasib rupiah berbalik 180 derajat.

Depresiasi 0,32% membuat rupiah menempati dasar klasemen mata uang Asia. Tidak ada mata uang Benua Kuning yang melemah lebih dalam ketimbang rupiah.

Sepertinya rupiah menganut prinsip do or die. Sebab perubahan posisi rupiah sangat ekstrem, kalau tidak jadi yang terkuat ya jadi yang terlemah di Asia. Tidak ada tengah-tengah. (aji/aji)

Selasa, 15 Januari 2019

Dolar AS Melemah Terbatas di Level Rp 14.070 | Rifanfinancindo

Foto: Ari Saputra
Rifanfinancindo - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah terpantau melemah pada pagi ini. Dolar AS dihargai Rp 14.070 atau turun 40 poin dari posisi penutupan perdagangan kemarin.

Dikutip dari data perdagangan Reuters, Selasa (15/1/2019), dolar AS bergerak melemah terbatas di kisaran Rp 14.070 hingga Rp 14.120. Jika ditarik dalam lima hari terakhir, dolar AS bergerak di kisaran Rp 14.020 hingga Rp 14.136.

Dari data RTI, rupiah tercatat menguat terhadap beberapa mata uang. Di antaranya dolar AS, swiss franc, dolar kanada, euro dan dolar singapura.

Sementara mata uang yang berhasil menekan rupiah di antaranya korean won, thailand baht, japanese yen hingga chinese yuan.

Adapun mata uang yang berhasil menekan paling dalam dolar AS pagi ini adalah rupiah, korean won dan thailand baht. Dan mata uang yang berhasil tunduk dolar AS adalah japanese yen, dolar hong kong, indian rupee hingga riyal.(eds/zlf)
 

Senin, 14 Januari 2019

Dolar AS Pagi Ini Menguat ke Rp 14.065 | Rifan Financindo

Foto: Grandyos Zafna
Rifan Financindo - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pagi ini berada di angka Rp 14.065. Berdasarkan data perdagangan Reuters yang dikutip Senin (14/1/2019), dolar AS terpantau bergerak menguat dari level Rp 14.000 hingga Rp 14.065.

Pergerakan dolar AS pagi hari ini terpantau cukup volatile. Dolar AS bergerak naik turun dari posisi Rp 14.000 hingga RP 14.065. Jika ditarik dalam lima hari terakhir, posisi dolar AS cukup stabil di rentang angka Rp 14.000 hingga Rp 14.175.

Adapun posisi rupiah pagi ini tercatat melemah pada semua mata uang negara utama dunia.

Dari data RTI, mata uan yang menekan rupiah paling dalam adalah british pound sebesar 55 poin. Kemudian disusul euro, swiss franc dan dolar AS.

Rupiah juga menjadi mata uang paling dalam yang ditekan dolar AS pagi ini. Dengan depresiasi 35 poin, rupiah tercatat sebagai mata uang paling lemah terhadap dolar AS pagi ini disusul korean won, dolar taiwan dan philippine peso.(eds/eds)