Rabu, 13 Mei 2020

Siap-siap, Emas Sang Raksasa yang Tertidur Bangkit & Mengamuk

Siap-siap, Emas Sang Raksasa yang Tertidur Bangkit & Mengamuk
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pagi ini harga emas global menguat tipis. Ke depan harga logam mulia emas masih berpotensi untuk reli dengan adanya potensi munculnya gelombang kedua wabah, tambahan stimulus, tensi geopolitik Washington-Beijing yang kembali naik.

Rabu (13/5/2020) harga emas dunia di pasar spot naik tipis 0,07% ke US% 1.703,35/troy ons. Harga emas pada pekan ini cenderung bergerak di rentang harga dekat level psikologis US$ 1.700/troy ons.



Harga emas memang cenderung stabil. Namun peluang emas untuk menguat lagi masih ada. Emas bahkan digambarkan sebagai 'raksasa yang sedang tertidur' oleh Andrew Hecht dari Hecht Commodity.

Dalam tulisannya yang dikutip Kitco, Hecht melihat harga emas yang turun ke bawah US$ 1.700/troy ons pada pekan lalu bisa jadi menandai periode penguatan (bull rally) yang baru. Ia melihat harga emas dalam jangka panjang emas akan menuju US$ 2.000/troy ons, dan tidak menutup kemungkinan ke US$ 3.000/troy ons atau lebih tinggi lagi.

Sejatinya ruang untuk harga emas menguat lagi memang terbuka. Pertama, seiring dengan pelonggaran pembatasan yang dilakukan beberapa negara, kasus infeksi Covid-19 bertambah lagi. Hal ini memicu terjadinya kekhawatiran akan gelombang kedua wabah.

"Saya rasa kita berada di jalan yang benar, tetapi bukan berarti kita sudah bisa mengendalikan penyebaran. Ada risiko yang sangat nyata bahwa kita mungkin bisa memicu penyebaran yang mungkin tidak bisa kita kontrol, dan membuat kita mundur lagi. Tidak hanya menyebabkan kematian yang seharusnya bisa dihindari, tetapi juga membuat kita mundur dalam hal menuju pemulihan ekonomi," tegas Fauci dalam rapat dengan Kongres AS, seperti diberitakan Reuters.

Fauci mendesak agar pemerintah negara bagian untuk benar-benar memperhatikan rekomendasi otoritas kesehatan sebelum melakukan pembukaan kembali (reopening) aktivitas publik. Harus dipastikan terlebih dulu bahwa memang terjadi penurunan jumlah kasus.

Mengutip data US Centers for Disease Control and Prevention, jumlah kasus corona di Negeri Paman Samm per 11 Mei adalah 1.324.488. Naik dibandingkan posisi per hari sebelumnya yaitu 1.300.696.

Beralih ke negara lain, di Jepang, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah kasus corona per 12 Mei adalah 15.874. Naik 0,48% dibandingkan posisi per hari sebelumnya. Kenaikan 0,48% lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan hari sebelumnya yaitu 0,32%.

Faktor kedua yang juga mendukung penguatan harga emas adalah kemungkinan adanya tambahan stimulus dari pemerintah maupun bank sentral global yang akan kembali digelontorkan untuk menyelamatkan perekonomian dari serangan pandemi.

Presiden AS Donald Trump melalui akun twitternya mengatakan bahwa untuk saat ini ide suku bunga acuan negatif adalah hal yang dapat menyelamatkan perekonomian Negeri Paman Sam.

Namun gagasan ini kemungkinan besar akan ditentang oleh ketua bank sentral AS, The Fed yakni Jerome Powell. Di sisi lain The Fed juga terus mengucurkan stimulus dengan membeli berbagai aset-aset keuangan melalui program Quantitative Easing-nya.

The Fed bahkan mulai membeli Exchange Traded Fund (ETF) yang berinvestasi di obligasi pada Selasa waktu setempat. Langkah The Fed ini belum pernah dilakukan sebelumnya walau kondisi ekonomi AS sedang mengalami krisis.

"The Fed akan mulai membeli ETF obligasi untuk pertama kalinya. Ini [nilainya] besar ... dengan adanya lebih banyak stimulus yang digelontorkan dan semua orang tahu ketika ada banyak stimulus maka artinya banyak yang ingin memiliki emas," kata Michael Matousek, kepala pedagang di US Global Investors, sebagaimana diwartakan Reuters.

"Emas selama satu setengah bulan terakhir telah diperdagangkan dalam kisaran," kata Matousek, menambahkan, "salah satu hal positif yang dapat mendorong [harga] emas untuk melaju lebih kencang adalah lebih banyaknya stimulus di seluruh dunia."

Harga emas telah naik lebih dari 12% sepanjang tahun ini karena bank-bank sentral global mengeluarkan gelombang stimulus untuk membatasi kerusakan ekonomi akibat pandemi. Emas cenderung mendapat manfaat dari langkah-langkah stimulus yang masif karena dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.

Faktor ketiga yang juga turut berperan dalam membangunkan raksasa yang sedang tertidur adalah hubungan antara AS dengan China yang kembali panas. AS kini semakin memusuhi China.

Kabar terbaru yang tersiar adalah Para senator AS, dari partai Republik, mengusulkan undang-undang yang akan memberi wewenang kepada Presiden AS Donald Trump untuk menjatuhkan sanksi kepada China. Sanksi akan diberikan jika negeri Panda gagal memberikan laporan lengkap soal asal mula merebaknya wabah Covid-19. Sanksi bisa berupa pembekuan aset, larangan perjalanan, pencabutan visa, pembatasan pinjaman untuk bisnis asal China oleh lembaga AS dan larangan listing di bursa.

Tiga faktor di atas harus terus dipantau. Pasalnya kombinasi ketiganya bisa membuat sang raksasa yang sedang tertidur (emas) bisa bangun dan mengamuk. Maka, bersiaplah!

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 12 Mei 2020

Bahaya, Rupiah Kini Terlemah di Asia!

Bahaya, Rupiah Kini Terlemah di Asia!
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan Financindo Berjangka - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga merah di perdagangan pasar spot.

Pada Selasa (12/5/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.978. Rupiah melemah 0,28% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sementara di pasar spot, rupiah pun melemah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.950 di mana rupiah melemah 0,67%.

Namun tidak hanya rupiah, sebagian besar mata uang Asia pun tidak berdaya kala berhadapan dengan dolar AS. Namun depresiasi 0,67% membuat rupiah jadi yang terlemah di Asia.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:07 WIB:  

(aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 11 Mei 2020

Tak Bertenaga! Harga Emas Antam Stagnan Rp 862.000/gram

Tak Bertenaga! Harga Emas Antam Stagnan Rp 862.000/gram
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
PT Rifan Financindo - Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) atau emas Antam pada Senin ini (11/5/2020) tidak berubah atau stagnan di Rp 862.000/gram dari perdagangan Sabtu kemarin.

Sebelumnya pada perdagangan Sabtu, harga emas Antam turun 0,81% sebesar Rp 7.000 dari posisi harga Jumat yakni Rp 869.000/gram.
Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam hari ini, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram flat di Rp 86,2 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Adapun khusus harga 1 gram emas Antam hari Senin ini (11/5/2020) juga tak berubah pada Rp 911.000/gram setelah turun Rp 7.000 pada hari Sabtu kemarin dari Rp 918.000/gram.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam hari ini juga tidak mengalami perubahan ditetapkan pada Rp 812.000/gram, dari posisi kemarin. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.


Sementara harga emas dunia di pasar spot turun 0,5% menjadi US$ 1.709,30/troy ons pada penutupan hari Jumat kemarin, sementara emas berjangka AS turun 0,6% pada U$ 1.715,10/troy ons, melansir dari CNBC Internasional.

Harga emas dunia melemah kembali pada hari Jumat dari level tertinggi dalam kurun hampir dua minggu, karena tumbuhnya harapan investor tentang aktivitas ekonomi yang akan dibuka kembali setelah penyebaran COVID-19 menunjukkan perlambatan, tetapi gelombang stimulus bank sentral terus membuat emas di jalur untuk kenaikan mingguan sebesar 0,6%.

TIM RISET CNBC INDONESIA (har/har)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 08 Mei 2020

Corona Mereda, Bursa Saham Asia Ceria

Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Rifan Financindo - Bursa saham Asia bergerak menguat di perdagangan pagi ini. Optimisme di bursa saham New York berhasil menyeberangi Samudra Atlantik dan sampai di Asia.

Pada Jumat (8/5/2020) pukul 08:40 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Benua Kuning:


Dini hari tadi, Wall Street ditutup di zona hijau. Indeks Dow Jones Indstrial Average (DJIA) naik 0,89% ke 23.875,89, S&P 500 melonjak 1,15% menjadi 2.881,19, dan Nasdaq Composite melesat 1,41% ke 8.979,66.

Pelaku pasar (dan dunia) mulai lega karena sinyal penurunan serangan virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) semakin terlihat. Bahkan di negara-negara yang sudah melonggarkan pembatasan sosial (social disctancing), belum ada lonjakan pasien corona.

Misalnya di Amerika Serikat (AS). US Centers for Desease Control and Prevention mencatat jumlah pasien positif corona di Negeri Paman Sam per 7 Mei 2020 adalah 1.219.066 orang. Bertambah dibandingkan posisi per hari sebelumnya yaitu 1.193.813 orang.

Meski ada penambahan, tetapi jumlahnya relatif terkendali. Sejak 28 April, laju kenaikan kasus corona di AS sudah kurang dari 3% per hari.

"Sejauh ini semuanya berjalan lancar. Ini menjadi sentimen positif di pasar. Investor tentu melihat perkembangan ini dan berkata sejauh ini semua baik-baik saja," kata Brad McMillan, Chief Investment Officer di Commonwealth Fincnacial Network, seperti dikutip dari Reuters.
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 06 Mei 2020

Keputusasaan Berubah Jadi Harapan, Bursa Saham Asia Menghijau

Keputusasaan Berubah Jadi Harapan, Bursa Saham Asia Menghijau
Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (REUTERS/Toru Hanai)
PT Rifan - Bursa saham Asia bergerak cenderung menguat pada perdagangan pagi ini. Mood investor yang sedang lumayan bagus membuat arus modal mengalir ke bursa saham Benua Kuning.

Pada Rabu (6/5/2020) pukul 08:46 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:


|

Bursa saham Asia mengikuti jejak Wall Street yang ditutup di zona hijau. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,56%, S&P 500 naik 0,9%, dan Nasdaq Composite bertambah 1,13%.

Investor (dan dunia) menaruh harapan besar terhadap upaya pemerintah untuk menghidupkan kembali aktivitas masyarakat yang sempat mati suri akibat pembatasan sosial (social distancing) demi mencegah penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Dengan laju penyebaran virus yang semakin melambat, pemerintah mulai berani membuka kembali keran aktivitas publik sehingga membuat ekonomi kembali bergairah.

"Ekonomi tidak punya tombol pause, jika penutupan berlangsung terlalu lama maka akan menciptakan masalah baru. Gangguan terbesar virus corona terhadap perekonomian akan terjadi pada kuartal II-2020. Tidak selamanya seusai pandemi ekonomi akan menjalani periode perlambatan dalam waktu lama, terkadang justru diikuti oleh pertumbuhan yang tinggi," tegas James Bullard, Presiden Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang St Louis, sebagaimana diwartakan Reuters.

The Fed cabang Atlanta memperkirakan ekonomi AS terkontraksi (tumbuh negatif) sangat dalam yaitu -17,6% pada kuartal II-2020. Jika terjadi, maka AS resmi masuk ke jurang resesi karena pada kuartal sebelumnya ekonomi terkontraksi -4,8%. Resesi adalah kontraksi ekonomi dua kuartal beruntun pada tahun yang sama.

Namun selepas itu, ekonomi Negeri Paman Sam diperkirakan bisa bangkit. Resesi yang dialami AS mungkin sangat dalam, tetapi hanya bertahan sebentar.

US National Association for Business Economics (NABE) melakukan jajak pendapat kepada 45 ekonom di AS. Hasilnya, ekonomi AS pada kuartal III-2020 diperkirakan tumbuh 2% dan lebih tinggi lagi menjadi 5,8% pada kuartal IV-2020.

"Ekonomi AS saat ini sudah masuk resesi. Namun panel optimistis bahwa ekonomi akan kembali tumbuh pada paruh kedua 2020," tegas Constance Hunter, Presiden NABE yang juga Kepala Ekonom KPMG, seperti dikutip dari CNBC International.

Perlahan tetapi pasti, keputusasaan berubah menjadi harapan. Meski saat ini kita berada di titik nadir, tetapi harapan untuk bisa bangkit berdiri cukup besar dan sepertinya tidak butuh waktu terlalu lama.

Harapan itu yang kemudian mendorong investor untuk berani masuk ke instrumen berisiko seperti pasar saham di negara berkembang Asia. Arus modal asing yang deras mengalir membuat pasar saham Asia bergelora. 
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan