Rabu, 20 Mei 2020

Meski Wall Street Lesu, Bursa Saham Asia Tetap Melaju

Meski Wall Street Lesu, Bursa Saham Asia Tetap Melaju
Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia bergerak cenderung menguat pada perdagangan pagi ini. Padahal sebelumnya bursa saham New York melemah lumayan dalam.

Pada Rabu (20/5/2020) pukul 08:43 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:



Dini hari tadi waktu Indonesia, Wall Street ditutup di zona merah. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok -1,59%, S&P 500 rontok -1,05%, dan Nasdaq Composite terkoreksi -0,54%.

Investor di New York kecewa mendengar kabar bahwa hasil eksperimen vaksin virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) oleh Moderna Inc dinilai tidak memadai. Mengutip STAT News, hasil uji coba yang menggembirakan itu belum bisa menjadi acuan karena:

1. Data yang tidak lengkap dari seluruh peserta uji coba, hanya delapan yang diumumkan. Sementara hasil uji terhadap 45 partisipan lainnya tidak dirilis.
2. Informasi yang tidak lengkap seputar umur dari delapan peserta uji coba yang dinilai berhasil.
3. Belum adanya komentar dari US National Institute for Allergy and Infectious Diseases.
4. Hasil uji coba yang diumumkan baru berdasarkan respons awal terhadap vaksin, belum jelas seberapa lama imunitas bisa bertahan.

Namun investor di Asia tidak terlalu khawatir dengan kabar tersebut. Pasar masih hanyut dalam euforia pelonggaran pembatasan sosial (social distancing) di sejumlah negara karena meredanya wabah virus corona.

Misalnya di Jepang. Pekan ini pemerintah Jepang akan memutuskan apakah akan mencabut status darurat nasional di sejumlah daerah penting seperti Tokyo dan Osaka.

Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan Rakyat Jepang mencatat jumlah pasien positif corona per 19 Mei 2020 adalah 16.365 orang. Naik dibandingkan posisi hari sebelumnya yaitu 16.035 orang.

Walau masih ada penambahan, tetapi laju persentasenya relatif rendah yaitu 0,37%. Sejak 6 Mei 2020, pertumbuhan kasus corona di Jepang sudah stabil di bawah 1% per hari.

Oleh karena itu, ada kemungkinan pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe akan melonggarkan social distancing. Dengan demikian, masyarakat bisa kembali beraktivitas dan roda ekonomi berputar lagi meski belum bisa terlalu kencang.

Harapan ini membuat investor masih berkenan masuk ke bursa saham Asia. Namun dengan isu pandemi virus corona yang selalu naik-turun, sepertinya fluktuasi masih akan terjadi. 

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 19 Mei 2020

Vaksin Covid-19 Ditemukan, Emas Antam Lemas & Drop Rp 10.000

Vaksin Covid-19 Ditemukan, Emas Antam Lemas & Drop Rp 10.000
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
PT Rifan - Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari Selasa ini (19/5/2020) turun 1,14% atau sebesar Rp 10.000 menjadi Rp 866.120/gram dari perdagangan Senin kemarin di level Rp 876.120/gram.

Sebelumnya pada perdagangan kemarin, harga emas Antam naik 0,69% sebesar Rp 6.000 dari posisi harga Sabtu yakni Rp 870.120/gram.

Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam hari ini, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram turun 1,14% berada di Rp 86,612 juta dari harga kemarin Rp 87,612 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Adapun khusus harga 1 gram emas Antam hari Selasa ini (19/5/2020) turun Rp 10.000 menjadi Rp 924.000/gram setelah menguat Rp 6.000 ke Rp 934.000/gram pada hari Senin kemarin.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam hari ini juga turun 1,08% atau Rp 9.000 ditetapkan pada Rp 822.000/gram, dari posisi kemarin Rp 831.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.


Penurunan harga emas Antam seiring dengan turunnya harga emas dunia di pasar spot pada penutupan perdagangan hari Senin kemarin (Selasa pagi waktu Indonesia) yang turun 0,7% menjadi US$ 1.728,72/troy ons setelah menyentuh level tertinggi sejak November 2012 pada perdagangan sebelumnya, melansir dari Reuters.

Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman bulan Juni juga ditutup turun US$ 21,90 atau 1,3% pada US$ 1.734,40/troy ons, melansir dari RTTNews.

Penurunan harga emas dunia kemarin terjadi akibat lonjakan aset berisiko seperti ekuitas setelah perusahaan biotek Moderna Inc. asal AS mengabarkan berita positif tentang eksperimental vaksin mRNA virus corona.

Moderna Inc. mengatakan bahwa vaksin virus corona mRNA eksperimentalnya telah menghasilkan antibodi pada semua 45 pasien uji coba.

Sementara komentar dari ketua Federal Reserve Jerome Powell bahwa ekonomi AS akan memakan waktu sekitar satu setengah tahun untuk pulih, tetapi penurunan tidak akan separah ketika Depresi Hebat, juga berkontribusi terhadap reli di pasar saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA (har/har)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 18 Mei 2020

Safe Haven Diburu, Harga Emas Antam Naik Jadi Rp 876.120/gram

Safe Haven Diburu, Harga Emas Antam Naik Jadi Rp 876.120/gram
Foto: Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan Financindo Berjangka - Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari Senin ini (18/5/2020) naik 0,69% atau sebesar Rp 6.000 menjadi Rp 876.120/gram dari perdagangan Sabtu kemarin di level Rp 870.120/gram.

Sebelumnya pada perdagangan kemarin, harga emas Antam naik 0,24% sebesar Rp 2.120 dari posisi harga Jumat yakni Rp 868.000/gram.

Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam hari ini, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram menguat 0,69% berada di Rp 87,612 juta dari harga kemarin Rp 87,012 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Adapun khusus harga 1 gram emas Antam hari Senin ini (18/5/2020) naik Rp 6.000 menjadi Rp 934.000/gram setelah menguat Rp 11.000 ke Rp 928.000/gram pada hari Sabtu kemarin.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam hari ini juga naik 0,73% atau Rp 6.000 ditetapkan pada Rp 831.000/gram, dari posisi kemarin Rp 825.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.


Kenaikan harga emas Antam seiring dengan penguatan harga emas dunia di pasar spot pada penutupan perdagangan hari Jumat lalu (Sabtu pagi waktu Indonesia) yang naik 0,7% menjadi US$ 1.741,65/troy ons mencapai level tertinggi sejak November 2012 di US$ 1.751,25. Harga emas telah naik lebih dari 2% sejauh minggu ini, melansir dari Reuters.

Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman bulan Juni ditutup naik US$ 15,40 atau 0,9% pada US$ 1.756,30/troy ons dan merupakan penutupan tertinggi sejak 14 April lalu, melansir dari RTTNews.

Penguatan harga emas dunia kemarin di tengah berlanjut nya kekhawatiran tentang ketegangan perdagangan antara AS dan China serta dampak pandemi virus corona pada ekonomi.

Virus corona, yang telah menginfeksi lebih dari 4,46 juta orang dan membunuh 301.445 korban jiwa, telah memukul kegiatan ekonomi global, mendorong bank sentral dan pemerintah untuk mengeluarkan langkah-langkah stimulus besar-besaran. Emas cenderung mendapat manfaat dari stimulus ekonomi karena secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.

Meskipun banyak negara telah mulai melonggarkan pembatasan wilayah, langkah ini telah menghidupkan kembali kekhawatiran infeksi virus corona gelombang kedua.

TIM RISET CNBC INDONESIA (har/har)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 15 Mei 2020

Tak Ada Suku Bunga Negatif di AS, Euro K.O.

Tak Ada Suku Bunga Negatif di AS, Euro K.O.
Foto: Mata Uang Euro. (REUTERS/Lee Jae-Won)
PT Rifan FinancindoNilai tukar euro melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (14/5/2020) setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menegaskan tidak akan menerapkan suku bunga negatif.

Pada pukul 19:20 WIB, euro diperdagangkan di level US$ 1,0790, melemah 0,24% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Mata uang 19 negara ini juga melemah 0,31% ke Rp 16.012,36, yang merupakan level terlemah sejak 6 Maret.

Rabu malam (pagi waktu AS) kemarin, ketua The Fed Jerome Powell mengatakan tidak memiliki rencana untuk menerapkan suku bunga negatif, tetapi instrumen lainnya akan dimaksimalkan.

"Kami akan menggunakan instrumen yang kami miliki secara penuh sampai krisis ini terlewati dan pemulihan ekonomi mulai terjadi. Namun suku bunga negatif bukan sesuatu yang kami pertimbangkan," kata Powell dalam paparan di hadapan Kongres AS secara virtual.

Dikesampingkannya suku bunga negatif tentunya membuat dolar AS kembali perkasa, dan euro menjadi tertekan. Apalagi, Powell memberikan outlook yang agak suram terkait ekonomi Paman Sam, yang diprediksi membutuhkan waktu lama untuk bangkit. 
"Akan butuh waktu untuk kembali seperti sebelum sekarang. Pemulihan kemungkinan akan terjadi dalam tempo yang lebih lebih lambat dari perkiraan," kata Powell.

Selama risiko kesehatan (bahkan kehilangan nyawa) masih tinggi, Powell menegaskan akan sulit bagi dunia usaha untuk menggenjot ekspansi. Akibatnya, penciptaan lapangan kerja menjadi sangat terbatas (bahkan berkurang drastis) sehingga rumah tangga juga mengalami penurunan pendapatan.

"Ini membuat ekonomi akan mengalami periode produktivitas rendah dan pendapatan yang stagnan dalam waktu yang lebih lama. Dukungan fiskal mungkin membutuhkan biaya yang tidak murah, tetapi layak jika mampu membantu menghindari kerusakan ekonomi jangka panjang dan memperkuat peluang menuju pemulihan," papar Powell.

Pernyataan tersebut membuat risk appetite atau selera mengambil risiko pelaku pasar menurun, sehingga mereka lebih memilih mata uang yang berstatus safe haven seperti dolar AS. Alhasil, euro menjadi semakin tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Kamis, 14 Mei 2020

Cadangan AS Turun, Harga Minyak Malah Bergejolak

Cadangan AS Turun, Harga Minyak Malah Bergejolak
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto
Rifan FinancindoHarga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan bergerak volatil pagi ini setelah data stok minyak mentah Negeri Paman Sam dirilis oleh Energy Information Agency (EIA). Dimana persediaan minyak mentah AS turun 745.000 barel menjadi 531,5 juta barel.

Kamis (14/5/2020), pada 07.50 WIB, harga minyak cenderung naik. Brent menguat 0,2% ke US$ 29,25/barel. Di saat yang sama, harga minyak mentah untuk acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) juga menguat 0,3% ke US$ 25,37/barel.

Namun pada 08.43 WIB, harga minyak mentah berbalik arah. Brent melemah 0,58% ke US$ 29,02/barel dan WTI terpangkas tipis 0,04% ke US$ 25,28/barel.

Stok minyak mentah di AS terus mencatatkan kenaikan sejak pertengahan Januari karena turunnya permintaan bahan bakar di seluruh dunia sebagai akibat dari merebaknya wabah virus corona (Covid-19).

Namun secara mengejutkan persediaan minyak mentah AS turun 745.000 barel menjadi 531,5 juta barel pada pekan lalu yang berakhir hingga 8 Mei, jika mengacu pada data EIA. Hal ini jelas berbanding terbalik dengan perkiraan analis yang meramal stok bakal naik 4,1 juta barel.

"Stok minyak mentah komersial AS secara tak terduga turun minggu lalu, menambah bukti bahwa pasar minyak AS telah melewati yang terburuk," kata Capital Economics dalam sebuah catatan, melansir Reuters.

Harga telah meningkat dalam dua minggu terakhir karena beberapa negara melonggarkan pembatasan dan lockdown sehingga memberikan harapan akan kenaikan permintaan bahan bakar.

Suasana di pasar juga membaik atas komitmen produsen minyak utama yang memangkas output demi mencapai keseimbangan supply & demand.  Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia sepakat pada bulan April untuk mengurangi produksi mereka sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) pada bulan Mei dan Juni.

Bahkan Arab Saudi selaku pemimpin de facto OPEC mengatakan akan menambah kuota pemangkasan produksi minyaknya secara sukarela sebanyak 1 juta bpd menjadi 7,5 juta bpd mulai Juni nanti.

Menambah sentimen positif untuk harga minyak, permintaan bensin dan solar di Eropa telah berangsur pulih karena pemerintah di berbagai negara kawasan Benua Biru sudah mulai mengendorkan pembatasan dan aktivitas ekonomi kembali bergeliat.

EIA memperkirakan konsumsi bahan bakar minyak dan bahan bakar cair secara global rata-rata 94,1 juta bpd pada kuartal pertama 2020 atau menurun 5,8 juta bpd dari periode yang sama pada 2019.

Lembaga asal AS itu memproyeksikan permintaan minyak bumi dan bahan bakar cair global rata-rata 92,6 juta bpd pada tahun 2020. Volumenya turun 8,1 juta bpd dari tahun lalu, sebelum akhirnya meningkat 7,0 juta bpd pada tahun 2021.

Lebih lanjut, persediaan bahan bakar cair global akan tumbuh rata-rata 2,6 juta bpd pada tahun 2020 setelah turun 0,2 juta bpd pada tahun 2019. EIA memperkirakan persediaan naik 6,6 juta bpd pada kuartal pertama dan meningkat menjadi 11,5 juta bpd pada kuartal kedua sebagai akibat dari pembatasan mobilitas publik yang semakin meluas & tajam sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan tajam dalam kegiatan ekonomi.

Pertumbuhan permintaan yang lebih kuat karena ekonomi global mulai pulih dan pertumbuhan pasokan yang lebih lambat akan berkontribusi pada penurunan persediaan minyak global dimulai pada kuartal ketiga tahun 2020. EIA memperkirakan persediaan bahan bakar cair global akan turun sebesar 1,9 juta bpd pada tahun 2021.

Hal ini membuat harga minyak berpotensi naik ke depan. Namun karena stok masih akan tetap tinggi, susah rasanya harga si emas hitam untuk kembali ke level US$ 60/barel. Perkiraan EIA, harga minyak Brent rata-rata US$ 46/barel pada 2021 nanti.

Namun adanya ancaman gelombang kedua wabah membuat pasar cukup was-was. Pasalnya jika second wave outbreak datang dan lockdown beserta segala pembatasan sosial lainnnya kembali diterapkan, maka semua prediksi itu jadi tak berarti dan harga minyak pun terancam anjlok.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan