Senin, 10 Agustus 2020

Donald Trump Jadi Superman, Bawa Kado Besar Buat AS

President Donald Trump arrives for a news conference at the White House, Tuesday, July 21, 2020, in Washington. (AP Photo/Evan Vucci)
Foto: Presiden Donald Trump (AP/Evan Vucci)
PT Rifan Financindo Berjangka - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan kekuasaan eksekutifnya dengan menandatangani empat memorandum bantuan virus corona pada Sabtu (8/8/2020). Salah satunya meningkatkan tunjangan pengangguran sebesar US$ 400 (Rp 5,8 juta) setelah Demokrat dan Gedung Putih tidak dapat mencapai kesepakatan tentang RUU stimulus.

Tiga tindakan lainnya yang Trump tandatangani, termasuk memorandum tentang liburan pajak gaji untuk orang Amerika yang berpenghasilan kurang dari US$ 100.000 setahun. Lalu perintah eksekutif tentang bantuan untuk penyewa dan pemilik rumah, dan memorandum tentang penangguhan pembayaran pinjaman mahasiswa.

"Saya mengambil tindakan untuk memberikan tambahan atau ekstra US$ 400 seminggu dan tunjangan yang diperluas, US$ 400. Itu murah hati, tetapi kami ingin menjaga orang-orang kami," kata Trump tentang memorandumnya tentang tunjangan pengangguran di klub golfnya di Bedminster, New Jersey, sebagaimana dilansir dari CNN Internasional.

Namun hal ini tidak semudah ucapan Trump. Sebab negara bagian harus setuju untuk mengadakan pengaturan keuangan dengan pemerintah federal, untuk setiap pengangguran yang tinggal di sana guna mendapatkan tunjangan tambahan.

Pemerintah federal mewajibkan negara bagian untuk membayar 25% (atau US$ 100) dari keuntungan tambahan US$ 400 setiap minggu. Hingga US$ 44 miliar dari Dana Bantuan Bencana akan disediakan untuk bantuan pengangguran guna menambah pembayaran negara, menurut memorandum yang dikeluarkan oleh Gedung Putih tidak lama setelah konferensi pers Trump.

Meski demikian, hal seorang pejabat dari negara bagian timur laut, dari partai Demokrat, menyangsikan kado Trump ini.

"Kami tidak punya uang itu," kata pejabat itu.

Faktanya, negara bagian telah meminta Kongres untuk memberi mereka tambahan US$ 500 miliar untuk membantu menopang anggaran mereka. Sebab tidak ada pendapatan pajak di tengah pandemi.

Jutaan orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran telah menguras dana perwalian tunjangan pengangguran di beberapa negara bagian. Sebanyak 10 negara bagian meminjam hampir US$ 20 miliar dari Departemen Keuangan untuk menutupi bagian pembayaran mereka, yang biasanya berlangsung selama 26 minggu.

Sementara, pemotongan pajak gaji adalah salah satu langkah pajak favorit Trump yang ditentang kedua belah pihak, termasuk dalam RUU stimulus terbaru. Salah satu memorandumnya menyerukan untuk menangguhkan porsi pajak gaji karyawan sebesar 6,2% untuk Jaminan Sosial dan 1,45% untuk jaminan kesehatan kepada pekerja yang berpenghasilan kurang dari US$ 100.000 setahun hingga sisa tahun 2020.

Jika dia terpilih kembali, kata Trump, dia berencana untuk memaafkan pajak dan membuat pemotongan permanen pada pajak gaji. "Saya akan menjadikan semuanya permanen," katanya.

Namun jika Trump tak terpilih kembali, diperkirakan para pekerja harus membayar pajak tersebut hingga akhir tahun 2020.

Tindakan kontroversial Trump ini dianggap tidak membantu pengangguran dan kemungkinan akan melemahkan keuangan Jaminan Sosial dan Kesehatan AS.

Trump juga mengatakan bahwa pemerintahannya sedang mempertimbangkan pajak penghasilan tambahan dan pemotongan pajak capital gain untuk pembayar pajak Amerika.

AS kini menduduki peringkat pertama atas kasus terjangkit virus corona terbanyak, yakni 5.199.444 kasus, dengan 165.617 kasus kematian, dan 2.664.701 pasien berhasil sembuh per Senin (10/8/2020), menurut data Worldometers. (sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Jumat, 07 Agustus 2020

Rupiah KO vs Dolar AS, tapi Pukul Dolar Singapura & Australia

Ilustrasi Uang
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
PT Rifan FinancindoNilai tukar rupiah memang melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS), tetapi melawan dolar Singapura dan Australia mampu menguat. Pergerakan tersebut menunjukkan kinerja rupiah pada hari ini sebenarnya tidak buruk, memang dolar AS yang sedang bangkit.

Pada pukul 13:39 WIB, rupiah melemah 0,14% melawan dolar AS di Rp 14.600/US$, tetapi melawan dolar Singapura menguat 0,12% ke Rp 10.637,76/SG$, begitu juga melawan dolar Australia menguat 0,17% ke Rp 10.529,52/AU$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Meski menguat melawan kedua dolar tersebut, posisi rupiah masih "tidak enak" berada di dekat level terlemah 3 bulan melawan dolar Singapura, lebih parah lagi berada di dekat level terlemah 20 bulan.

Rupiah hari ini mendapat sentimen positif dari kenaikan cadangan devisa (cadev) hingga ke rekor tertinggi sepanjang masa.

Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2020 sebesar US$ 135,1 miliar. Melonjak tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 131,7 miliar. Rekor tertinggi cadangan devisa sebelumnya adalah US$ 132 miliar yang terjadi pada Januari 2018.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," sebut keterangan tertulis BI, Jumat (7/8/2020).

Pada Maret lalu, cadangan devisa Indonesia tergerus US$ 9,4 miliar hingga posisi akhir Maret berada di US$ 121 miliar, yang merupakan level terendah sejak Mei 2019.

Saat itu, nilai tukar rupiah mengalami gejolak hebat, ambrol hingga ke Rp 16.620/US$, terlemah sejak krisis moneter 1998. Sehingga kebutuhan melakukan intervensi menstabilkan rupiah menjadi sangat besar, cadev pun akhirnya tergerus.

Selepas Maret, badai berlalu, rupiah mulai stabil bahkan malah menguat, sehingga kebutuhan intervensi menjadi minim, cadangan devisa jadi terus menanjak. Jika melihat posisi akhir Maret hingga Juli, cadev Indonesia mencatat kenaikan US$ 14,1 milliar.

Penerbitan obligasi berdenominasi yen (Samurai Bond) di awal bulan Juli lalu menjadi salah satu penambah cadev. Lewat penerbitan tersebut, pemerintah berhasil mengumpulkan dana sebesar 100 miliar yen atau sekitar Rp 13,41 trilun dengan kurs rupiah saat itu.

Dalam keterangan tertulis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Jumat (3/7/2020), pemerintah menerbitkan lima seri Samurai Bond, tenor 3 tahun, 5 tahun, 7 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun.

Pasar obligasi Indonesia sebenarnya masih cukup menarik bagi investor asing. Hal tersebut terlihat dari data DJPPR yang menunjukkan aliran modal asing masuk ke pasar obligasi dalam negeri di bulan Juli. Artinya aksi jual justru dilakukan oleh investor domestic. Di akhir Juli, kepemilikan asing di SBN mencapai Rp 945,79 triliun, naik dibandingkan posisi akhir Juni 937 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 06 Agustus 2020

Aduh, Rupiah! Ngapain Pake Kepleset Segala Sih...

FILE PHOTO: An Indonesia Rupiah note is seen in this picture illustration June 2, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Thomas White)

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun rupiah terpeleset di perdagangan pasar spot.

Pada Kamis (6/8/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.587. Rupiah menguat 0,25% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Akan tetapi, mata uang Tanah Air melemah di 'arena' pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.580 di mana rupiah melemah 0,41%.

Tidak seperti rupiah, berbagai mata uang Asia menguat di hadapan dolar AS. Plus, rupiah kini jadi mata uang terlemah di Asia.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:09 WIB:

Hawa Kebangkitan Ekonomi Kian Terasa
Investor sedang berani mengambil risiko, ogah bermain aman. Ini karena data ekonomi di berbagai negara menunjukkan bahwa sepertinya dampak buruk dari pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sudah berlalu, puncaknya ada di kuartal II-2020. Selepas kuartal II-2020, pemulihan ekonomi dunia semakin nyata.

Aktivitas manufaktur di berbagai negara menunjukkan perbaikan pada Juli 2020. Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur di negara-negara Asia seperti Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Thailand, China, sampai Taiwan mengalami peningkatan pada Juli 2020 dibandingkan sebulan sebelumnya. Bahkan di China, Taiwan, Malaysia, dan Vietnam, skor PMI sudah di atas 50 yang menandakan industriawan mulai melakukan ekspansi.


Sementara di AS, PMI sektor jada pada Juli 2020 berada di 58,1. Ini menjadi rekor tertinggi sejak Maret tahun lalu.

Kinerja perdagangan internasional AS juga ciamik. Pada Juni 2020, ekspor tumbuh 9,4% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM) dan impor naik 4,7% MtM. Ini membuat neraca perdagangan AS defisit US$50,69 miliar, lebih sedikit dibandingkan Mei 2020 yang minus US$ 54,8 miliar.

Kemudian di Eropa, PMI manufaktur Zona Euro pada Juli 2020 tercatat 51,8. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 47,4 dan untuk kali pertama berhasil menembus level 50 sejak Februari 2019.

"Jelas bahwa berbagai data ini mendongrak risk appetite investor global. Ini membebani langkah dolar AS dibandingkan mata uang lain," kata Karl Schamotta, Chief Market Strategist di Cambridge Global Payments yang berbasis di Toronto, seperti dikutip dari Reuetrs.

So, mengapa rupiah lesu? Kemungkinan investor sedang mengambil untung (profit taking) dari rupiah yang cenderung menguat akhir-akhir ini.

Sejak pekan ketiga Juli, rupiah menguat nyaris 1% di hadapan dolar AS. Bahkan ada masa di mana rupiah menguat tujuh hari beruntun.

Oleh karena itu, keuntungan yang dapat dari 'beternak' rupiah sudah lumayan tinggi. Ini menggoda pelaku pasar untuk melepas mata uang Ibu Pertiwi sehingga rupiah terperosok ke zona merah.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji) 

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Ekonomi Mau Bangkit, Rupiah Lanjut Menguat

Indonesian rupiah banknotes are counted at a money changer in Jakarta, Indonesia, May 9, 2018. REUTERS/Willy Kurniawan
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat. 'Cuaca' yang mendukung membuat mata uang Tanah Air terus menapaki jalur hijau nan asri.

Pada Kamis (6/8/2020), US$ 1 setara dengan Rp 15.450 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,48% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,21% di hadapan dolar AS. Hari ini, tren penguatan rupiah kemungkinan masih akan berlanjut.

Pasalnya, investor sedang dalam mood yang bagus sehingga berkenan masuk ke aset-aset berisiko. Tingginya risk appetite ini sudah terlihat di pasar saham New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 1,39%, S&P 500 naik 0,64%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,52%.
Investor berbunga-bunga karena data ekonomi terbaru di AS cukup impresif.

Laporan ADP terbaru menyebutkan, perekonomian AS menciptakan 167.000 lapangan kerja pada Juli 2020. Memang melambat dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi menunjukkan bahwa situasi mulai berangsur normal setelah dampak luar biasa dari pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).


adp 
ADP

Data lain menyebutkan, Purchasing Managers' Index (PMI) jasa AS pada Juli 2020 berada di 58,1. Ini menjadi rekor tertinggi sejak Maret tahun lalu.

Kinerja perdagangan internasional AS juga ciamik. Pada Juni 2020, ekspor tumbuh 9,4% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM) dan impor naik 4,7% MtM. Ini membuat neraca perdagangan AS defisit US$50,69 miliar, lebih sedikit dibandingkan Mei 2020 yang minus US$ 54,8 miliar.

Berbagai data ini menunjukkan bahwa sepertinya efek terburuk dari pagebluk virus corona terhadap ekonomi sudah berlalu, paling parah terjadi pada kuartal II-2020 lalu. Sekarang kondisi mulai membaik seiring dengan dibukanya kembali 'keran' aktivitas masyarakat.

Oleh karena itu, Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) cabang Atlanta dalam laman GDPNow memperkirakan ekonomi Negeri Adikuasa pada kuartal III-2020 akan tumbuh tinggi yaitu mencapai 20,3%. Kalau ini terwujud, maka resesi di AS akan berakhir.

Harapan ini, meski kewaspadaan tetap tinggi karena lonjakan kasus corona di seluruh dunia, membuat investor berani untuk mengambil risiko. Arus modal pun mengalir ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia, termasuk Indonesia. Arus modal ini yang menjadi 'vaksin' bagi keperkasaan rupiah
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 05 Agustus 2020

Breaking! AS-China Bakal Ketemuan, Ada Kejutan?

INFOGRAFIS, Damai Perang Dagang As-China Berujung Kebuntuan
Foto: Infografis/Perang Dagang AS-China/Edward Ricardo
PT Rifan - Pejabat senior Amerika Serikat (AS) dan China disebut akan meninjau implementasi dari kesepakatan perdagangan Fase I yang sudah dibuat kedua negara. Disebut Reuters mengutip Wall Street Journal, kedua belah pihak akan menyelenggarakan konferensi melalui video 15 Agustus ini.

Negosiator utama yakni Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer dan Wakil Perdana Menteri China Liu He akan berpartisipasi. Ini akan jadi peninjauan pertama selama enam bulan pakta perjanjian dibuat sejak 15 Februari.

Sayangnya Kantor Perwakilan Dagang AS dan Departemen Keuangan AS belum berkomentar soal ini.

Sebelumnya dalam kesepakatan Fase I, China telah berjanji meningkatkan pembelian barang-barang AS sekitar US$ 200 miliar di atas realisasi di tahun 2017. Termasuk produk pertanian, manufaktur, energi, dan jasa.

Namun sayangnya China disebut belum merealisasikan hal ini sesuai target yang dibuat. Impor barang pertanian bahkan lebih rendah dari 2017, bahkan 50% lebih rendah dari target.

Beijing juga hanya membeli 5% produk energi AS. Padahal target pada fase ini mencapai US$ 25,3 miliar.

Menurut sumber yang akrab dengan ini, China ingin mengadakan pembicaraan untuk membahas masalah lain. Ia menyebut hal-hal di luar pelaksanaan perdamaian dagang Fase I.

"Ini adalah tinjauan semi-tahunan normal dan juga datang pada saat hubungan terus memburuk. Tentu ada banyak yang perlu dibicarakan, "kata orang itu, dikutip Rabu (5/8/2020).

Sementara itu, Duta Besar China untuk AS Cui Tiankai mengatakan rencana evalusasi Fase I selalu ada. Karena kedua belah pihak berhubungan secara teratur soal kesepakatan dagang itu.

"Jika mereka melakukan pertemuan seperti itu, saya kira itu akan sangat positif," kata Cui.

Sebelumnya Presiden AS Donald Trump kerap mengancam akan mengakhiri pakta perdagangan. Ia berulang kali menyebut enggan membicarakan hal tersebut lagi dengan China.

Hubungan AS-China memang menanas kembali sejak pandemi corona muncul di Wuhan. Trump mengatakan China melakukan disinformasi.

Saat ini AS menjadi negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia. Selain Covid-19, Trump juga kini menyasar TikTok dan bakal melarang aplikasi itu jika tak dijual ke pembeli non-China. (sef/sef)
 
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan