Rabu, 06 Maret 2019

Minyak Libya Berproduksi Penuh, Harga Tertekan | Rifan Financindo

Minyak Libya Berproduksi Penuh, Harga Tertekan
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto
Rifan Financindo - Harga minyak mentah pada perdagangan pagi hari ini (6/3/2019) masih berada di zona merah.

Hingga pukul 08:30 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak Mei melemah 0,77% e posisi US$ 65,35/barel, setelah naik 0,29% kemarin (5/3/2019).

Sedangkan harga minyak jenis lightsweet (WTI) kontrak April turun 0,90% ke level US$ 56,05/barel, setelah terkoreksi 0,05% pada perdagangan kemarin.

Selama sepekan, harga minyak terkoreksi sekitar 1,6% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harganya sudah naik sekitar 22%.


Kembali beropreasinya sumur-sumur di ladang minyak Libya, El Sharara membuat kekhawatiran banjir pasokan kembali merasuki pelaku pasar.

Seperti yang telag diketahui, sejak bulan Desember 2018, ladang minyak terbesar di Libya tersebut sempat ditutup akibat adanya sekelompok pemberontak bersenjata yang melakukan penguasaan.

Namun tiga minggu lalu, Tentara Nasional Libya dibawah komando Khalifa Haftar berhasil merebut wilayah tersebut dan membuat keadaan kembali kondusif untuk aktifitas eksploitasi.

Dengan begini, OPEC akan kembali menerima pasokan minyak Libya, yang biasanya menyumbang sebesar 315.000 barel/hari.

"ini akan meningkatkan produksi minyak Libya, dan juga OPEC, sebesar lebih dari 300.000 barel/hari," kata Commerzbank dalam sebuah laporan, mengutip Reuters.

Selain itu, enam analis yang dihimpun Reuters memperkirakan stok minyak mentah AS akan bertambah sebanyak 400.000 barel di minggu yang berakhir pada 1 Maret.

Akan tetapi, aksi OPEC bersama Rusia dan sekutunya untuk mengurangi pasokan miyak mentah masih terus memberi energi positif pada pergerakan harga.

Menteri Energi Rusia, Alexander Novak pada hari Senin (4/3/2019) mengatakan bahwa pemotongan pasokan minyak dari Negeri Beruang Merah akan mencapai 228.000 barel/hari, yang mana sesuai dengan kuota kesepakatan pada akhir bulan Maret, mengutip Reuters.

Seperti yang diketahui, pada awal Desember 2018 silam, OPEC bersama Rusia telah bersepakat untuk memangkas produksi hingga 1,2 juta barel/hari. Arab Saudi kebagian jatah terbesar, yaitu 322.000 barel/hari.

Sejauh ini, OPEC telah beritikad baik yang ditunjukkan dengan telah memangkas produksi hingga 797.000 barel/hari pada bulan Januari, yang mana sudah hampir memenuhi kuota. Meskipun dengan bantuan sanksi AS atas Iran dan insiden ladang minyak Libya.

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar