Selasa, 21 September 2021

Evergrande Bikin Pasar Saham Goyang, Harga Emas Antam Meroket

Petugas menunjukkan koin emas Dirham di Gerai Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Bank Indonesia (BI) mengajak masyarakat dan berbagai pihak untuk menjaga kedaulatan Rupiah sebagai mata uang NKRI.    (CNBC Indonesia/ Tri Susislo)
Foto: Koin Emas Dirham (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

PT Rifan FinancindoHarga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk naik cukup tajam pada perdagangan Selasa (21/3). Kasus Evergrande yang membuat bursa saham global merosot membuat harga emas dunia menguat kemarin, dan mengerek emas Antam hari ini.

Meski demikian, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pekan ini membuat kenaikan emas masih terbatasi.

Melansir data dari situs resmi miliki PT Antam, logammulia.com, harga emas hari ini naik Rp 5.000/gram. Emas dengan berat 1 gram dijual Rp 922.000/batang, secara persentase naik 0,55%.

Harga emas dunia kemarin juga menguat 0,55% ke US$ 1.763,87/troy ons setelah bursa saham global rontokl. Permintaan akan emas sebagai aset aman (safe haven) meningkat.

Kasus Evergrande yang membuat bursa Asia terpuruk dalam beberapa juga "menyerang" bursa saham AS atau (Wall Street), serta bursa saham Eropa. Investor mengkhawatirkan dampak ambruknya raksasa properti China Evergrande Group yang nyaris gagal bayar (default).

Ketiga indeks utama Wall Street ambrol, indeks Nasdaq memimpin sebesar 2,2%, disusul indeks Dow Jones dan S&P 500 yang masing-masing merosot 1,8% dan 1,7%.

Meski demikian, The Fed yang akan mengumumkan kebijakan moneter Kamis dini hari waktu Indonesia membuat langkah emas tertahan.

The Fed diperkirakan akan memberikan detail tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset, serta proyeksi terbaru suku bunga. Keduanya akan menentukan nasib emas.

Rilis data tenaga kerja yang mengecewakan serta inflasi yang melambat membuat The Fed kini diperkirakan membuka banyak pilihan, tetap melakukan tapering jika pasar tenaga kerja kembali membaik, tetapi juga mempertimbangkan menunda tapering jika diperlukan.

"Sulit untuk antusias mulai melakukan tapering jika laju pemulihan pasar tenaga kerja memburuk" kata William English, sebagaimana dilansir Reuters.

English merupakan profesor di Yale School of Management, serta mantan pejabat The Fed yang ikut menginisiasi program pembelian aset di tahun saat krisis finansial global melanda di tahun 2007-2009.

"Mereka (The Fed) ingin melihat lebih banyak data. Dan jika mengecewakan lagi, mereka harus kembali menunggu .... Itu akan menjadi pernyataan yang tricky. Mereka ingin membuka ruang, tetapi tidak berkomitmen, itulah misi mereka," kata English

Tidak hanya tapering, pada pengumuman rapat kebijakan moneter kali ini juga akan berisi dot plot, yakni proyeksi suku bunga The Fed dalam beberapa tahun ke depan. Dot plot edisi sebelumnya menunjukkan mayoritas anggota dewan The Fed melihat suku bunga akan naik di tahun 2023, dan sebanyak 2 kali. Beberapa pejabat The Fed juga melihat kemungkinan suku bunga dinaikkan tahun depan.

Menurut Marshall Gitter dari perusahaan pialang BDSwiss, jika ada tambahan 2 anggota The Fed merubah proyeksi mereka dan melihat suku bunga naik tahun depan, maka akan merubah proyeksi dot plot, dan mayoritas melihat suku bunga akan naik tahun depan.

"Jadi, sangat mungkin mereka akan merubah proyeksi dari tidak ada kenaikan suku bunga menjadi kenaikan satu kali di tahun depan," kata Marshall.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia

Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar