Kamis, 08 Agustus 2019

Rifanfinancindo - Walau Yuan Kembali Dilemahkan, Bursa Asia Masih Bisa Menguat

Walau Yuan Kembali Dilemahkan, Bursa Asia Masih Bisa Menguat
Rifanfinancindo - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan di zona hijau pada perdagangan hari ini. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei naik 0,55%, indeks Shanghai menguat 0,67%, indeks Hang Seng melejit 0,99%, dan indeks Kospi terapresiasi 0,81%.

Asa damai dagang AS-China yang masih ada sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Dalam wawancara dengan CNBC International, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump masih terbuka untuk menandatangani kesepakatan dagang dengan China.

"Beliau (Presiden Trump) ingin membuat kesepakatan dan melanjutkan negosiasi. Harus ada dua orang untuk menari tango," kata Kudlow, dilansir dari CNBC International.

Bahkan, Kudlow mengungkapkan bahwa AS siap untuk mengkaji ulang kebijakan bea masuk jika dialog dagang dengan China membuahkan hasil yang memuaskan.

"Situasi bisa berubah mengenai kebijakan bea masuk. Bapak Presiden terbuka terhadap perubahan jika pembicaraan dengan China berlangsung positif," paparnya.

Seperti yang diketahui, pada hari Kamis (1/8/2019) Trump mengumumkan bahwa AS akan mengenakan bea masuk baru senilai 10% bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang hingga kini belum terdampak perang dagang. Kebijakan ini akan mulai berlaku pada tanggal 1 September. Kacaunya lagi, Trump menyebut bahwa bea masuk baru tersebut bisa dinaikkan hingga menjadi di atas 25%.

"AS akan mulai, pada tanggal 1 September, mengenakan bea masuk tambahan dengan besaran yang kecil yakni 10% terhadap sisa produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang masuk ke negara kita," cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump.

China kemudian mengumumkan balasan terkait dengan bea masuk baru yang akan dieksekusi oleh AS pada awal September mendatang. Melansir CNBC International, seorang juru bicara untuk Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan asal Negeri Panda telah berhenti membeli produk agrikultur asal AS sebagai respons dari rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan bea masuk baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 300 miliar.

Di sisi lain, sentimen negatif bagi bursa saham Asia datang dari nilai tukar yuan yang kembali dilemahkan oleh People's Bank of China (PBOC) selaku bank sentral China. Melansir CNBC International, PBOC menetapkan titik tengah yuan pada hari ini di level 7,0039/dolar AS, lebih lemah dibandingkan titik tengah pada perdagangan kemarin (7/8/2019) di level 6,9996/dolar AS. PBOC terus saja melemahkan yuan kala Kementerian Keuangan AS sudah melabeli China dengan julukan "manipulator mata uang".

Ditengarai, langkah PBOC yang terus saja melemahkan nilai tukar yuan dimaksudkan sebagai bentuk lain serangan balasan China terhadap bea masuk baru yang akan dieksekusi AS pada awal bulan depan. Ketika yuan melemah, maka produk ekspor China akan menjadi lebih murah sehingga permintaannya bisa meningkat.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Sumber : CNBC

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo 
Rifanfinancindo
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar