Kamis, 04 Juni 2020

Harga Minyak Turun Lagi di Bawah US$ 40/Barel, Ini Pemicunya

FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto
PT Rifan FinancindoKenaikan stok bensin dan minyak distilat di Amerika Serikat (AS) dibarengi dengan keraguan di pasar bahwa Arab Saudi, Rusia dan aliansinya (OPEC+) akan menggelar pertemuan hari ini membuat harga minyak mentah tertekan.

Harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan melemah di bawah US$ 40/barel untuk jenis Brent. Kemarin pada perdagangan intraday untuk harga minyak Brent untuk kontrak Agustus sempat menyentuh level psikologis US$ 40/barel.

Pada 08.15 WIB, minyak Brent dibanderol US$ 39,52/barel atau melemah 0,68%. Sementara di saat yang sama harga minyak acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) turun lebih dalam dengan koreksi sebesar 1,15% ke US$ 38,86/barel.

Rilis data terbaru Agensi Informasi Energi (EIA) Negeri Paman Sam menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS periode mingguan turun sebesar 2,08 juta barel pekan lalu yang berakhir pada 29 Mei 2020. Penurunan stok dilaporkan setelah pada minggu sebelumnya persediaan naik sebesar 7,93 juta barel.

Stok minyak mentah di pusat pengiriman Cushing Oklahoma pun mengalami penurunan sebesar 1,74 juta barel, masih lebih rendah dibandingkan dengan penurunan pekan sebelumnya yang mencapai 3,39 juta barel.

Di saat yang sama stok minyak distilat yang termasuk didalamnya ada minyak diesel dan pemanas justru mengalami kenaikan sebesar 9,94 juta barel setelah membengkak 5,49 juta barel pada pekan sebelumnya. Stok bensin juga naik 2,79 juta barel dari sebelumnya 724 ribu barel.

"Karena permintaan produk tetap lemah, persediaan bensin menunjukkan peningkatan yang solid, sementara untuk minyak distilasi menunjukkan peningkatan besar - besaran meskipun kilang memproses lebih dari 3,6 juta barel per hari (bpd) di bawah level tahun lalu," kata Matt Smith direktur riset komoditas di ClipperData, melansir Reuters.

Arab Saudi dan Rusia dikabarkan telah sepakat untuk memperpanjang penurunan produksi minyak selama satu bulan. Namun terselip kabar kurang mengenakkan karena menurut sumber yang dikutip Reuters, rapat online anggota OPEC+ yang dijadwalkan pada Kamis diragukan akan digelar.

Alih-alih mengurangi pemangkasan produksi pada bulan Juli, OPEC dan sekutunya kini tengah berdiskusi terkait skenario mempertahankan pemotongan tersebut setelah bulan Juni. "Arab Saudi dan Rusia sejalan dengan perpanjangan selama satu bulan," kata satu sumber OPEC, mengutip Reuters.

OPEC+ pada April lalu sepakat untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta bpd atau sekitar 10% dari output global untuk Mei dan Juni guna mengangkat harga yang terpukul oleh jatuhnya permintaan akibat lockdown.

OPEC+ saat ini sedang terganjal satu masalah. Hambatan utama yang dihadapi organisasi adalah bagaimana menangani negara-negara yang telah gagal melakukan pemangkasan pasokan sesuai dengan pakta yang disepakati.

"Setiap perjanjian tentang perpanjangan pemotongan tergantung pada negara-negara yang belum sepenuhnya memenuhi [kuota] Mei untuk memangkas lebih dalam output mereka dalam beberapa bulan mendatang demi mengimbangi kelebihan produksi," kata sumber yang tak disebutkan namanya itu.

"Saya tidak berpikir akan ada pertemuan pada hari Kamis. Masih ada banyak tantangan," kata sumber OPEC lainnya.

Anggota OPEC Irak dan Nigeria menunjukkan komitmen yang lemah dengan target pengurangan output pada bulan Mei. Kazakhstan juga gagal memenuhi sepenuhnya kewajibannya.

Dua sumber lain juga mengatakan kepada Reuters bahwa produsen OPEC Teluk Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab tidak membahas perpanjangan pemotongan minyak sukarela mereka sebesar 1,180 juta bpd setelah Juni.

Walau tergelincir di pagi ini, sejatinya harga minyak mentah masih berada dalam tren penguatan. Harga minyak naik dalam beberapa hari terakhir dari posisi terendah April didukung oleh pemulihan ekonomi China serta pelonggaran lokcdown yang mulai diterapkan negara-negara lain.

Bagaimanapun juga tantangan yang dihadapi oleh pasar minyak saat ini ada tiga. Pertama adalah kemungkinan gelombang kedua wabah, kedua adalah seberapa cepat permintaan akan pulih dan ketiga adalah bagaimana mengatasi pasokan yang masih besar di pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar