Kamis, 25 Juni 2020

Terbebani Brexit, Kurs Poundsterling Melemah ke Rp 17.576

FILE PHOTO: Wads of British Pound Sterling banknotes are stacked in piles at the Money Service Austria company's headquarters in Vienna, Austria, November 16, 2017. REUTERS/Leonhard Foeger/File Photo
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Leonhard Foeger)
Rifan FinancindoNilai tukar poundsterling melemah melawan rupiah pada perdagangan Rabu (24/6/2020) setelah menguat 2 hari beruntun. Isu Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa menjadi penekan utama mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini.

Pada pukul 19:08 WIB, poundstreling melemah 0,5% melawan rupiah ke Rp 17.576,06/GBP di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sementara melawan dolar AS, poundsterling melemah 0,28% ke US$ 1,2483.

Inggris saat ini dalam masa transisi hingga 31 Desember nanti untuk keluar dari Uni Eropa. Kedua belah pihak sedang melakukan negosiasi untuk hubungan dagang setelah masa transisi berakhir. Jika sampai 31 Desember nanti tidak ada kesepakatan, maka Inggris akan keluar dari pasar tunggal, artinya akan ada tarif ekspor-impor yang akan dikenakan.

Jika hal ini sampai terjadi, maka perekonomian Inggris terancam merosot lebih dalam. Apalagi saat ini pandemi penyakit akibat virus corona sudah membuat perekonomian global nyungsep.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, kemarin mengumumkan pelonggaran kebijakan karantina (lockdown) lebih lanjut. Mulai 4 Juli, pub, restoran, dan bar diizinkan beroperasi kembali. Hal itu memberikan setimen positif ke poundsterling hingga mencatat penguatan 2 hari beruntun.

Selain itu, perekonomian Inggris juga sudah menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Markit kemarin melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur dan jasa yang lebih tinggi dari prediksi. PMI manufaktur Inggris bahkan kembali berekspansi di bulan ini, setelah mengalami kontraksi dalam 3 bulan beruntun.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawah 50 berarti kontraksi, sementara di atas 50 berarti ekspansi.

Markit melaporkan PMI manufaktur di bulan Juni sebesar 50,1, naik dari bulan sebelumnya 40,7 dan jauh lebih tinggi dari prediksi 45,2 di Forex Factory. Sementara itu PMI jasa dilaporkan sebesar 47, meski masih berkontraksi tetapi jauh lebih baik dari bulan sebelumnya 29, juga lebih tinggi dari prediksi 39,1.

Namun sekali lagi, isu Brexit yang terkait dengan masa depan Inggris untuk jangka panjang, membuat poundsterling belum mampu menguat lebih jauh. "Melonggarkan lockdown tidak akan merubah penggerak utama poundsterling, yakni ketidakpastian kesepakatan dagang antara Inggris dengan Uni Eropa," tulis ahli strategi ING, dilansir Reuters.

"Poundsterling masih akan menjadi mata uang underperformer ketimbang mata uang Eropa kainnya," tambah ahli strategi tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar