Selasa, 09 Juni 2020

Kali Ini Irak yang Bikin Harga Minyak Menguat 1% Lebih

The sun sets behind an idle pump jack near Karnes City, Texas, Wednesday, April 8, 2020. Demand for oil continues to fall due to the new coronavirus outbreak. (AP Photo/Eric Gay)
Foto: Ilustrasi Kilang Minyak (AP/Eric Gay)
Rifan FinancindoPekan lalu Arab Saudi, Rusia dan koleganya yang tergabung dalam OPEC+ sepakat untuk melanjutkan pemangkasan pasokan minyak hingga Juli. Keputusan ini membuat harga minyak mentah naik, tetapi kemarin kabar dari Menteri Energi Arab membuat harga emas hitam sedikit tergelincir walau menguat lagi pagi ini.

Selasa (9/6/2020), harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan menguat lebih dari 1%. Pada 07.55 WIB, harga minyak Brent berjangka naik 1,27% ke US$ 41,32/barel. Di saat yang sama harga minyak West Texas Intermediate (WTI) yang merupakan acuan Amerika Serikat (AS) juga naik 1,54% ke US$ 38,78/barel.

Pada pertemuan yang digelar melalui video konferens pekan lalu, OPEC+ telah satu suara untuk melanjutkan penurunan produksi 9,7 juta barel per hari (bpd) hingga bulan Juli. Jika mengacu pada kesepakatan pada awal April pemangkasan output sebesar 10% dari pasokan minyak global tersebut hanya akan dilakukan pada Mei dan Juni saja.

Keputusan tersebut diambil oleh OPEC+ guna mendongkrak harga minyak yang anjlok signifikan akibat lockdown untuk mengendalikan pandemi corona yang telah memukul permintaan bahan bakar secara signifikan.

Pasar merespons positif kebijakan tersebut. Harga minyak mentah pun melesat dan mencapai rekor tertinggi sejak 10 Maret lalu. Namun selang tak berapa lama harga si emas hitam justru terpeleset akibat negara-negara OPEC tak akan lagi memangkas produksi ekstra secara sukarela.

Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait sebelumnya mengatakan pihaknya akan secara sukarela menambah kuota pemangkasan sebesar 1,18 juta bpd di bulan Juni. Namun setelah keputusan perpanjangan pemangkasan output diambil, pemotongan ekstra yang dilakukan ketiganya tak berlaku lagi untuk Juli.

Informasi tersebut disampaikan oleh Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman kemarin (8/6/2020). Selain memperpanjang periode pemangkasan, Arab Saudi juga menaikkan harga minyaknya untuk Juli.

"Akan terlalu bagus untuk menjadi kenyataan memiliki total hampir 11 juta barel per hari apabila pemotongan [output] sukarela diperpanjang selama sebulan di saat-saat ketika kita melihat defisit pasokan," kata Bjornar Tonhaugen, analis di Rystad Energy, melansir Reuters.

Sementara itu, produsen minyak AS (shale oil) telah mulai membuka kembali sumur yang ditutup karena harga mulai merangkak naik. Analis mengatakan ini dapat menjadi ancaman bagi pemulihan permintaan yang masih rapuh dan melemahkan upaya OPEC untuk menopang harga.

"Produksi AS kembali ke pasar, dan ada spekulasi bahwa kenaikan besar-besaran di Saudi (harga) dapat menekan margin kilang minyak yang berada dalam tekanan di Asia," kata Bob Yawger, direktur masa depan energi di Mizuho di New York.

Namun seiring dengan kembali digebernya perekonomian global, perpanjangan pemangkasan produksi tersebut setidaknya membuat harga minyak mentah terutama Brent masih mampu berada di kisaran US$ 40/barel seperti sekarang ini.

Kabar dari Baghdad juga turut mendongkrak harga minyak pagi ini. Menteri perminyakan baru Iraq Ihsan Abdul Jabbar menegaskan bahwa Iraq akan berkomitmen penuh terhadap langkah pemotongan produksi OPEC+. Kabar ini disampaikan oleh Kementerian Perminyakan Iraq dalam sebuah pernyataan Senin kemarin.

Abdul Jabbar mengatakan negaranya berkomitmen penuh untuk memotong produksinya pada Juni dan Juli sesuai dengan kesepakatan OPEC+, dan juga berkomitmen untuk kesepakatan pengurangan produksi yang disepakati setelah Juni dan Juli.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar