Rabu, 09 Oktober 2019

PT Rifan Financindo - Deal Brexit 'Sangat Tidak Mungkin', Poundsterling Mundur Dulu

Deal Brexit 'Sangat Tidak Mungkin', Poundsterling Mundur Dulu
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Chris Ratcliffe)
PT Rifan Financindo - Mata uang poundsterling melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (8/10/19) setelah tersiar kabar jika deal Brexit tidak akan tercapai.

Pada pukul 20:10 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,2205, melemah 0,69% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

CNBC International mengutip beberapa media kini ramai memberitakan jika perundingan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa kini menuju kegagalan. Sky News melaporkan Kanselir Jerman, Angela Merkel, sudah menyampaikan kepada Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson, bahwa deal Brexit untuk saat ini "sangat tidak mungkin". 

Sementara itu BBC mengutip sumber dari Pemerintah Inggris yang mengatakan pihak Uni Eropa tidak menunjukkan keinginan sedikitpun untuk membahas proposal Brexit sejak diajukan PM Johnson.

Pekan ini dikatakan sebagai waktu akhir Inggris dan Uni Eropa berunding untuk mencapai kesepakatan Brexit. Sementara deadline Inggris keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober nanti. Kegagalan perundingan Brexit sebenarnya tidak mengejutkan. Sejak PM johnson mengajukan proposal ke Uni Eropa sudah banyak yang skeptis akan ada deal.

Hal yang paling mungkin terjadi adalah Inggris meminta deadline Brexit dimundurkan. Tetapi sejauh ini belum ada tanda-tanda PM Johnson akan meminta penundaan Brexit.

Sebelum menjabat perdana menteri, dan setelah menjabat, Johnson masih konsisten mengatakan akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa dengan atau tanpa kesepakatan sekalipun pada 31 Oktober.

Meski demikian, Parlemen Inggris sudah bergerak terlebih dahulu dengan membuat undang-undang yang mencegah terjadinya no-deal Brexit, dan menyarankan pemerintah untuk meminta deadline dimundurkan.

Kecilnya peluang terjadinya no-deal Brexit membuat Goldman Sachs menyarakan nasabahnya untuk mengambil posisi beli poundsterling. Bank investasi ternama asal AS ini memprediksi poundsterling akan menguat ke US$ 1,30.

Dinamika politik Inggris sebelum 31 Oktober akan menjadi penggerak utama mata uang poundsterling, apakah sikap PM Johnson akan melunak, dan bersedia meminta penundaan, ataukah masih bersikeras Brexit harus dilakukan akhir Oktober nanti. Yang pasti Johnson tidak akan mengundurkan diri sebagai perdana menteri.

Salah satu pejabat pemerintah mengatakan jika Johnson mengundurkan diri, hal itu akan memberikan jalan oposisi, Partai Buruh, untuk berkuasa. Sementara jika Johnson menolak untuk mundur, Ratu Inggris kemungkinan akan membubarkan parlemen dan meminta diadakan pemilu, yang bisa semakin memperkuat posisi Boris Johnson.

Deadline Brexit dalam hitungan hari, dan terlihat masih cukup rumit untuk mencapai kata "sepakat".
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
 
Sumber : CNBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar