Senin, 07 September 2020

Termasuk RI, 3 Negara Ini Calon Terkena Resesi

[DALAM] Resesi
Foto: Arie Pratama
Rifan Financindo - Pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang menyerang dunia membuat negara-negara masuk ke jurang resesi. Tidak hanya negara maju, negara-negara emerging market dengan pertumbuhan ekonomi cenderung tinggi pun masuk ke jurang resesi.

Pada umumnya, suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi 2 kuartal beruntun secara tahunan atau year-on-year (YoY). Sementara jika kontraksi terjadi secara kuartalan atau quarter-to-quarter (QtQ), maka disebut mengalami resesi teknikal.

Berdasarkan data Worldometer, hingga saat ini jumlah kasus Covid-19 di dunia lebih dari 27 juta orang, dengan 883.846 orang meninggal dunia, dan 19.174.193 orang dinyatakan sembuh. Sehingga jumlah kasus aktif tercatat sebanyak 7.017.874 orang.

Virus yang berasal dari kota Wuhan, provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut sudah menyerang lebih dari 200 negara dan wilayah di seluruh dunia.\

Dari total negara yang terjangkit tersebut hingga saat ini sudah 47 negara sah mengalami resesi. Maklum saja, demi meredam penyebaran virus corona, pemerintah mengorbankan sektor ekonomi, kebijakan pembatasan sosial (social distancing) hingga karantina wilayah (lockdown) diterapkan, akibatnya roda perekonomian melambat signifikan bahkan nyaris mati suri. Resesi pun tak terhindarkan.

Amerika Serikat, sang negeri Adikuasa, negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia menjadi salah satu yang mengalami kontraksi PDB terparah. Berdasarkan data pembacaan kedua, PDB kuartal II-2020 dilaporkan sebesar -31,7%, menjadi kontraksi ekonomi terparah sepanjang sejarah AS. Sementara di kuartal I-2020, PDB Negeri Paman Sam -5%, sehingga sah mengalami resesi.

Sementara negara emerging market yang termasuk dalam G20, seperti Afrika Selatan, dan Argentina juga mengalami resesi, meski kontraksi ekonominya tak separah AS.

Pekan depan, ada beberapa negara lagi yang akan melaporkan data PDB. PDB Irlandia kuartal II-2020 akan dirilis pada Senin (7/9/2020), tetapi meskipun mengalami kontraksi tetapi Irlandia masih belum akan mengalami resesi. Sebab di kuartal sebelumnya PDB Irlandia masih tumbuh 5,1% YoY.

Meski demikian, Komisi Eropa memprediksi PDB Irlandia akan berkontraksi 8,5% YoY sepanjang tahun ini, artinya hampir pasti akan mengalami resesi di tahun ini.

Selain Komisi Eropa, Moody's yang sebelumnya memprediksi ekonomi Irlandia hanya akan berkontraksi 1,6% YoY, kini meramal kontraksi sebesar 8,5% YoY. Moody's mengatakan meski pemerintah Irlandia mengelola perekonomian secara prudent, tetapi masih belum cukup untuk menghindarkan dari resesi.

Kemudian, Makedonia yang akan merilis data PDB juga pada hari Senin. Sama dengan Irlandia, Makedonia juga masih selamat dari resesi, sebab di kuartal I-2020 PDB masih tumbuh 0,2% YoY. Makedonia juga tidak akan lepas dari resesi di kuartal III-2020 nanti. PDB Makedonia sebelumnya diprediksi akan tumbuh 3,8% di tahun ini, tetapi kini diramal -3,5% itu pun merupakan skenario yang paling optimistik.

Selain Irlandia dan Makedonia, Indonesia juga termasuk negara calon resesi di kuartal III-2020. Waktu yang akan menjawab.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar