Senin, 16 September 2019

Rifanfinancindo - Cuan Emas? Pekan Ini The Fed Umumkan Bunga Acuan

Cuan Emas? Pekan Ini The Fed Umumkan Bunga Acuan
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Rifanfinancindo - Harga emas dunia pekan ini tampaknya akan mulai terkonsolidasi dengan harapan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan. Jika itu terjadi bukan tidak mungkin harga emas mulai pasang ancang-ancang naik.

Salah seorang investor veteran di Wall Street, Mark Mobius, beberapa kali menyampaikan hal tersebut. Era suku bunga rendah akan membuat banyak investor mengalihkan dana dengan membeli emas.

"Emas fisik adalah sebuah pilihan, menurut saya, kerena peningkatan luar biasa dalam jumlah uang yang beredar," kata Mobius, mitra pendiri Mobius Capital Partners.

"Semua bank sentral mencoba menurunkan suku bunga, mereka memompa uang ke dalam sistem (keuangan). Kemudian, Anda memiliki semua cryptocurrency yang masuk, jadi tidak ada yang benar-benar tahu berapa banyak mata uang di sana," tambahnya.

Pernyataan tersebut buka pepesan kosong. Pasalnya, kebijakan suku bunga rendah merupakan respons atas situasi ekonomi kurang baik, bahkan diramalkan ekonomi global akan mengalami resesi.

Presiden AS Donald Trump beberapa kali berteriak melalui akun twitternya, menyerukan agar The Fed mengambil langkah konkret memotong suku bunga. Bila perlu suku bunga acuan dibuat negatif, agar perbankan menyalurkan kredit untuk membantu sektor riil lebih ekspansi dan ekonomi AS bergerak lagi.

Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) sudah terlebih dahulu melakukan hal tersebut pada hari Kamis pekan lalu dengan memangkas suku bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 basis poin (bps) menjadi -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.

Selain memangkas suku bunga, bank sentral pimpinan Mario Draghi ini juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing yang sebelumnya sudah dihentikan pada akhir tahun lalu.

Program pembelian aset kali ini akan dimulai pada 1 November dengan nilai 20 miliar euro per bulan. Berdasarkan rilis ECB yang dilansir Reuters, QE kali ini tanpa batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro.

Paket kebijakan ECB tersebut likuiditas di pasar berpotensi melimpah. Pasar saham dalam kondisi ekonomi sulit seperti sekarang ini tentu menjadi kurang menarik karena bisa dipastikan kinerja perusahaan yang tercatat di bursa akan mengalami tekanan.

Demikan pula pasar obligasi, sudah jadi hukumnya jika bunga acuan rendah maka yield obligasi akan ikut menyusut.

Artinya, dalam situasi seperti ini tak ada banyak pilihan tempat berinvestasi. Emas akan menjadi pilihan yang paling menarik bagi pemodal dunia.

Artinya pengumuman dari The Fed menjadi hal penting untuk menentukan arah pergerakan emas. Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 79,6% suku bunga akan dipangkas 25 basis poin (bps) menjadi 1,75%-2%.

Emas Investasi Aman untuk Semua Tipe Investor
Pemangkasan suku bunga tersebut kemungkinan besar akan terjadi, tapi yang paling menjadi perhatian adalah panduan kebijakan The Fed. Jika The Fed mengindikasikan akan agresif memangkas suku bunga, emas berpotensi kembali menguat dan akan bersinar di bulan September.

Namun, jika The Fed mengindikasikan tidak akan agresif dalam memangkas suku bunga, September kelabu bagi emas akan terulang kembali.

Dalam dua pekan terakhir, harga emas mengalami tekanan karena ada sentimen positif dari hubungan dangan AS dengan China. Dua negara kekuatan ekonomi terbesar di dunia ini akhirnya bersepakat untuk kembali ke meja perundingan membahas masalah tarif impor yang sempat menyulut terjadi perang dagang.

Pada akhir perdagangan pekan lalu, harga emas melemah sudah turun ke level US$ 1.488,45/troy ons. Padahal harga emas sempat reli dan menyentuh level tertinggi dalam 6 tahun terakhir ke US$ 1.556/troy ounce.

Pada 6 September 2011, sebenarnya harga emas sejak mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920,30/troy ons. Namun setelah mencapai harga tertinggi tersebut harga emas anjlok hampir 11%.

Di pekan ini, pelaku pasar keuangan berharap damai dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China semakin menunjukkan kemajuan. Tentu ini menjadi sentimen yang kurang baik untuk emas.

Kabar terakhir menyebutkan, pemerintah Tiongkok pada hari Rabu menghapus pengenaan bea masuk untuk importasi 734 produk AS di antaranya daging sapi, daging babi, kedelai, dan tembaga.

Presiden AS Donald Trump memuji langkah ini. Menurut Trump, Beijing sudah melakukan langkah besar.

"Mereka (China) pernah membuat sejumlah kebijakan yang cukup baik. Saya rasa ini gestur yang baik. Namun yang sekarang adalah langkah besar," kata Trump, seperti diwartakan Reuters.

Tebaru pada Kamis (12/9/2019) waktu AS, Presiden Trump mengatakan kepada wartawan bahwa dia ingin menandatangani perjanjian penuh dengan Beijing, namun dia membuka opsi untuk mencapai kesepakatan sementara.

"Bayak orang membicarakannya, saya melihat banyak analis mengatakan kesepakatan sementara - artinya kita akan mendahulukan yang mudah dulu. Tetapi tidak ada yang mudah atau sulit. Ada kesepakatan atau tidak ada kesepakatan. Tapi itu sesuatu (opsi) yang akan kita pertimbangkan, kurasa," ujar Trump seperti dikutip CNBC International.

Tentunya jangan lupa, jika anda pemodal domestik ingin berinvesatasi emas, bisa melirik Emas Antam yang pekan lalu terkoreksi Rp 5.000/gram. 


Cuan Emas? Pekan Ini The Fed Mau Umumkan Bunga Acuan
Foto: Infografis/ Pergerakan Emas Sepekan 09-13 September 2019/Aristya Rahadian Krisabella
(hps/hps)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar