Rabu, 25 Desember 2019

Trading Forex: Jeblok Lagi, Kalo Jual Pound Bisa Cuan Berapa?

Foto: Ilustrasi koin Poundsterling (REUTERS / Dado Ruvic)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling kembali jeblok melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (23/12/2019), melanjutkan performa buruk pada pekan lalu.

Pada pukul 19:50 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,2938, menguat 0,5% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada pekan lalu, atau tepatnya dalam empat hari perdagangan poundsterling anjlok 2,44%, sehingga jika ditotal dalam lima hari perdagangan hingga malam ini pounsterling telah melemah nyaris 3%.

Jika dilihat secara pip, mata uang negeri John Bull ini turun 391 pip. Pip adalah satuan poin terkecil untuk mewakili perubahan harga dalam trading forex. 1 pip dalam poundsterling senilai US$ 10 jika bertransaksi sebesar 1 lot.

Dalam trading forex, ketika terjadi penurunan harga maka posisi jual atau short akan memperoleh cuan. Poundsterling lawan dolar AS disimbolkan dengan GBP/USD dalam trading forex.

Seorang trader yang mengambil posisi short pada Senin (16/12/2019), dan menahan posisinya hingga hari ini, tentunya akan akan mendapat cuan 391 pip x US$ 10 = US$ 3.910 atau jika di-rupiah-kan lebih dari Rp 54 juta (kurs US$ 1 = Rp 13960). Jumlah profit belum termasuk potongan komisi dan bunga menginap yang berbeda-beda di setiap broker.

Untuk membuka 1 lot kontrak standar dibutuhkan modal yang berbeda-beda tergantung berapa leverage (rasio antara dana si trader sendiri dan dana pinjaman) yang digunakan oleh trader.

Tanpa leverage untuk membuka posisi 1 lot dibutuhkan modal sebesar US$ 100.000. Modal itu tentunya sangat besar, sehingga broker-broker memberikan leverage agar trading menjadi lebih terjangkau.

Di Indonesia sendiri broker pada umumnya menyediakan leverage 1:100, maka jumlah modal yang dibutuhkan atau dikenal dengan margin untuk membuka 1 lot standar adalah 100.000/100 = US$ 1.000.

Dengan asumsi investasi menggunakan modal US$ 10.000, maka cuan yang dihasilkan sebesar 39% saat mengambil posisi short GBP/USD dengan transaksi 1 lot dalam lima hari.

Risiko Hard Brexit Buat Poundsterling Jeblok
Jebloknya performa poundsterling dimulai sejak Selasa (17/12/2019) lalu setelah CNBC International mengutip media lokal mewartakan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson akan mengamandemen undang-undang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Withdrawal Agreement Bill), sehingga masa transisi tidak bisa diperpanjang lagi.

Partai Konservatif yang dipimpin Boris Johnson memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) pada pekan lalu, bahkan menguasai kursi mayoritas parlemen, dengan demikian perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) kemungkinan besar akan terjadi pada 31 Januari 2020, dengan masa transisi yang berlangsung hingga akhir tahun depan.




Kecemasan pelaku pasar akan risiko hard Brexit semakin nyata setelah Jumat (20/12/2019) pekan lalu PM Johnson resmi mengajukan amandemen tersebut ke Parlemen Inggris. Hasilnya mayoritas anggota parlemen setuju, dan akan dilakukan pembahasan lebih lanjut di awal tahun depan.

Dengan amendemen tersebut, Inggris kemungkinan besar akan bercerai dari Uni Eropa (Brexit) pada 31 Januari 2020, dan masa masa transisi keluarnya Inggris dari Uni Eropa berlangsung hingga akhir tahun depan. Amandemen Withdrawal Agreement Bill menghalangi terjadinya perpanjangan masa transisi.

Sementara itu dari Brussel pejabat Uni Eropa mengatakan jadwal perundingan dagang dengan Inggris "kaku" dan cenderung membatasi ruang lingkup untuk mencapai kesepakatan dagang.

Dengan singkatnya masa transisi, tentunya pembahasan perjanjian dagang harus dipercepat. PM Johnson dikatakan akan melakukan pendekatan yang lebih keras di masa transisi tersebut, yang memicu kecemasan akan keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (hard Brexit). Poundsterling pun jeblok.


TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar